
Prabowo ke Jokowi, Faisal Basri Ingatkan Soal 'Monster' Jahat
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
21 October 2019 19:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Oposisi dibutuhkan untuk menyeimbangkan roda pemerintahan. Namun, hal sebaliknya terjadi di pemerintahan jilid II Presiden-Wakil Presiden Jokowi-KH Ma'ruf.
Sebagian besar partai justru mendekat pada kekuasaan. Fenomena ini menjadi perhatian ekonom Faisal Basri, terutama ketika tokoh Partai Gerindra yang awalnya menjadi lawan petahana Joko Widodo kini mendekat ke Istana. Prabowo hari ini menyatakan siap bergabung sebagai menteri pertahanan (menhan).
"Tidak ada lagi oposisi semua menyemut ke kekuasaan, Pak Prabowo dikabarkan di Menteri Pertahanan, Pak Fadli Zon di Menkominfo," kata Faisal Basri dalam Bedah Buku karyanya bersama Haris Munandar berjudul 'Menuju Indonesia Emas: Menggapai Negara Maju Berkeadilan' Senin (21/10/2019).
Faisal kian prihatin lantaran sejumlah anggota DPR pun ikut merapat dalam kekuasaan. Hal yang mengarah pada power of the state ini kemudian menurut Faisal akan cenderung menciptakan 'monster bengis (despotic leviathan)'.
"Mereka menyemut dalam kekuasaan, wah makin ramai. Maka ini akan cenderung mengarah pada apa yang disebut despotic leviathan, raksasa lalim atau monster bengis," kata Faisal.
Hal lain yang menjadi catatan Faisal Basri adalah masalah kebebasan bersuara. Akademisi juga dihambat bersuara untuk menyampaikan pendapat terhadap pemerintah.
"Teman-teman Fakultas Ekonomi seluruh Indonesia membuat inisiatif meminta Presiden mengeluarkan Perppu, tetapi apa yang terjadi mereka menghadapi represif, padahal sebagian besar akademisi Pro Jokowi, saya Pro Jokowi. Ruang terbuka untuk menyampaikan sesuatu menjadi hilang," kata Faisal.
Karena itu, menghadapi kurangnya oposisi, peluang masih dimiliki oleh civil society. "Civil society, kita semua ada di situ, saya, media, mahasiswa. Perkuat civil society, kita jaga city liberty. Kebebasan tidak ada tawar menawar. Jangan sampai tergerogoti," jelas.
(hoi/hoi) Next Article Ada Isu Duo Mentan-Mendag Dicopot, Seperti Apa Rapornya?
Sebagian besar partai justru mendekat pada kekuasaan. Fenomena ini menjadi perhatian ekonom Faisal Basri, terutama ketika tokoh Partai Gerindra yang awalnya menjadi lawan petahana Joko Widodo kini mendekat ke Istana. Prabowo hari ini menyatakan siap bergabung sebagai menteri pertahanan (menhan).
Faisal kian prihatin lantaran sejumlah anggota DPR pun ikut merapat dalam kekuasaan. Hal yang mengarah pada power of the state ini kemudian menurut Faisal akan cenderung menciptakan 'monster bengis (despotic leviathan)'.
"Mereka menyemut dalam kekuasaan, wah makin ramai. Maka ini akan cenderung mengarah pada apa yang disebut despotic leviathan, raksasa lalim atau monster bengis," kata Faisal.
Hal lain yang menjadi catatan Faisal Basri adalah masalah kebebasan bersuara. Akademisi juga dihambat bersuara untuk menyampaikan pendapat terhadap pemerintah.
"Teman-teman Fakultas Ekonomi seluruh Indonesia membuat inisiatif meminta Presiden mengeluarkan Perppu, tetapi apa yang terjadi mereka menghadapi represif, padahal sebagian besar akademisi Pro Jokowi, saya Pro Jokowi. Ruang terbuka untuk menyampaikan sesuatu menjadi hilang," kata Faisal.
Karena itu, menghadapi kurangnya oposisi, peluang masih dimiliki oleh civil society. "Civil society, kita semua ada di situ, saya, media, mahasiswa. Perkuat civil society, kita jaga city liberty. Kebebasan tidak ada tawar menawar. Jangan sampai tergerogoti," jelas.
(hoi/hoi) Next Article Ada Isu Duo Mentan-Mendag Dicopot, Seperti Apa Rapornya?
Most Popular