UMP Naik, 29 Pabrik Sepatu Pilih Angkat Kaki ke Daerah Lain

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
17 October 2019 19:53
UMP mengubah peta soal relokasi pabrik antar wilayah.
Foto: REUTERS/Ann Wang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha sepatu menanggapi soal kenaikan UMP 2020 yang naik 8,51%. Kenaikan upah menjadi momok yang terus terjadi sepanjang tahun. Meski semenjak ada PP No 78 tahun 2015 tentang pengupahan, kenaikan UMP memang sudah bisa diprediksi jauh-jauh hari. Solusi yang sudah dilakukan adalah memindahkan pabrik ke UMP yang rendah.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan kenaikan upah adalah salah satu masalah internal Indonesia dalam bersaing dengan negara-negara industri sepatu lainnya seperti Vietnam.

"Dengan Vietnam, bukan kita kalah soal head to head, tapi masalah internal kita sendiri," kata Eddy kepada CNBC Indonesia, Kamis (17/10)



Persoalan kenaikan UMP jadi beban tambahan bagi pengusaha, di tengah kondisi perang dagang AS-China yang belum menentu, sektor alas kaki kena dampaknya. Eddy bilang hingga Juli 2019, ekspor alas kaki menukik 12% atau turun kali pertama semenjak 16 tahun terakhir. Padahal, pada 2018 ekspor alas kaki sempat menyentuh US$ 5,1 miliar.

"UMP ini menjadi salah satu momok kita," katanya.

Sehingga pengusaha alas kaki mencoba putar otak dengan mencari jalan keluar dari tekanan kenaikan upah yang terus jadi momok. Sebelumnya, pengusaha memilih mencari lokasi pabrik baru di daerah yang upahnya yang masih rendah akibat kenaikan-kenaikan UMP sebelumnya.

"Kita relokasi dari TangerangĀ (Banten), relokasi 29 pabrik ke Jateng. UMP di Jateng, masih cukupĀ bagus," katanya.


UMP di Banten pada 2019 sudah mencapai Rp2.267.965, sedangkan Jawa Barat Rp1.668.372 dan Jawa Tengah Rp1.605.396.
(hoi/hoi) Next Article Bos Buruh Tak Rela Aturan Upah Minimum 2022 Dirombak Total!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular