
Fakta Kerusuhan Penajam Paser Utara, Calon Ibu Kota Baru RI
Redaksi, CNBC Indonesia
17 October 2019 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Kerusuhan terjadi di calon ibu kota baru RI tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Dilansir detik.com, Kamis (17/10/2019), kejadian itu bermula tatkala sekelompok datang ke pelabuhan penyeberangan di PPU, Rabu (16/10/2019) siang. Mereka lantas berunjuk rasa terkait penganiayaan yang membuat anggota mereka menjadi korban. Kemudian massa mengamuk dengan membakar loket tiket.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Komisaris Besar, Ade Yaya Suryana, mengatakan sekitar 100 orang datang ke pelabuhan PPU sekitar pukul 13.00 WITA. Sekitar pukul 14.20 WITA, merusak loket tiket kapal klotok dan menghentikan transportasi penyeberangan.
Menurut Ade, sempat dilakukan dialog di kantor Kabupaten Penajam Paser Utara antara polisi dan perwakilan massa. Tapi, tidak ada kata sepakat dari dialog itu.
"Sekitar pukul 15.30 WITA kelompok massa terus bertambah dan melakukan aksi pembakaran terhadap pos loket tiket pelabuhan kapal klotok," kata Ade dalam keterangan tertulis.
Kemudian, sekitar pukul 17.15 WITA, polisi berhasil mengendalikan situasi. Kapolda Kaltim Inspektur Jenderal Polisi Widyanto juga turun langsung ke lokasi.
Dipicu penganiayaan
Ade lantas menjelaskan, memang ada penganiayaan pada pekan lalu yang menimbulkan dua korban. Ia menyebut polisi sudah memproses hukum pelaku penganiayaan dan menetapkan tiga orang tersangka.
"Sudah kejadian tanggal 9 (Oktober). Sekitar 2-3 hari dilakukan penangkapan dan penahanan," kata Ade kepada detikcom.
Namun, tiba-tiba pada Rabu (16/10/2019), kelompok dari sisi korban mencari-cari pelaku penganiayaan itu di pelabuhan. Padahal, menurut Ade, tiga tersangka itu sudah ditahan kepolisian.
Kelompok penyerang pelabuhan PPU ini, menurut Ade, tidak terima anggota kelompoknya jadi korban penganiayaan. Ada dua korban, salah satunya meninggal dunia karena ditikam. Tak terima dengan penganiayaan itu, penyerangan dilakukan massa.
Ratusan rumah dibakar
Kepala Kepolisian Resor Penajam Paser Utara, AKBP Sabil Umar, mengatakan ratusan rumah kayu di area pelabuhan PPU juga ikut dibakar oleh massa yang mengamuk. Hal senada juga dikatakan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setkab PPU Ahmad Usman.
"Lebih-kurang 400 rumah di pelabuhan," ujar Ahmad.
Sebagian warga direlokasi ke sejumlah tempat yang ditunjuk Pemkab PPU untuk menampung warga terdampak penyerangan.
Sudah aman dan kondusif
Pada Rabu (16/10/2019) malam, polisi memastikan kerusuhan di kawasan PPU sudah mereda. Saat ini kondisi sudah aman. Kombes Ade berharap masyarakat kini tidak rusuh lagi. Warga juga diimbau mempercayakan penanganan kasus hukum kepada kepolisian.
TNI-Polisi juga melakukan patroli di lokasi kerusuhan. Kolonel Kav Dino Martino menyatakan kerusuhan dipastikan berakhir pukul 21.00 WIB. Aparat kemudian melakukan patroli supaya tak ada aksi massa yang berakibat kerusakan.Dino menyebut Pangdam VI/ Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto dan Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Priyo Widyanto juga bermalam di lokasi untuk memastikan daerah itu sudah aman.
(miq/miq) Next Article Lebih Rinci, Ini Lokasi Ibu Kota Baru RI: Samboja & Sepaku
Dilansir detik.com, Kamis (17/10/2019), kejadian itu bermula tatkala sekelompok datang ke pelabuhan penyeberangan di PPU, Rabu (16/10/2019) siang. Mereka lantas berunjuk rasa terkait penganiayaan yang membuat anggota mereka menjadi korban. Kemudian massa mengamuk dengan membakar loket tiket.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Komisaris Besar, Ade Yaya Suryana, mengatakan sekitar 100 orang datang ke pelabuhan PPU sekitar pukul 13.00 WITA. Sekitar pukul 14.20 WITA, merusak loket tiket kapal klotok dan menghentikan transportasi penyeberangan.
"Sekitar pukul 15.30 WITA kelompok massa terus bertambah dan melakukan aksi pembakaran terhadap pos loket tiket pelabuhan kapal klotok," kata Ade dalam keterangan tertulis.
Kemudian, sekitar pukul 17.15 WITA, polisi berhasil mengendalikan situasi. Kapolda Kaltim Inspektur Jenderal Polisi Widyanto juga turun langsung ke lokasi.
Dipicu penganiayaan
Ade lantas menjelaskan, memang ada penganiayaan pada pekan lalu yang menimbulkan dua korban. Ia menyebut polisi sudah memproses hukum pelaku penganiayaan dan menetapkan tiga orang tersangka.
"Sudah kejadian tanggal 9 (Oktober). Sekitar 2-3 hari dilakukan penangkapan dan penahanan," kata Ade kepada detikcom.
Namun, tiba-tiba pada Rabu (16/10/2019), kelompok dari sisi korban mencari-cari pelaku penganiayaan itu di pelabuhan. Padahal, menurut Ade, tiga tersangka itu sudah ditahan kepolisian.
Kelompok penyerang pelabuhan PPU ini, menurut Ade, tidak terima anggota kelompoknya jadi korban penganiayaan. Ada dua korban, salah satunya meninggal dunia karena ditikam. Tak terima dengan penganiayaan itu, penyerangan dilakukan massa.
Ratusan rumah dibakar
Kepala Kepolisian Resor Penajam Paser Utara, AKBP Sabil Umar, mengatakan ratusan rumah kayu di area pelabuhan PPU juga ikut dibakar oleh massa yang mengamuk. Hal senada juga dikatakan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setkab PPU Ahmad Usman.
"Lebih-kurang 400 rumah di pelabuhan," ujar Ahmad.
Sebagian warga direlokasi ke sejumlah tempat yang ditunjuk Pemkab PPU untuk menampung warga terdampak penyerangan.
Sudah aman dan kondusif
Pada Rabu (16/10/2019) malam, polisi memastikan kerusuhan di kawasan PPU sudah mereda. Saat ini kondisi sudah aman. Kombes Ade berharap masyarakat kini tidak rusuh lagi. Warga juga diimbau mempercayakan penanganan kasus hukum kepada kepolisian.
TNI-Polisi juga melakukan patroli di lokasi kerusuhan. Kolonel Kav Dino Martino menyatakan kerusuhan dipastikan berakhir pukul 21.00 WIB. Aparat kemudian melakukan patroli supaya tak ada aksi massa yang berakibat kerusakan.Dino menyebut Pangdam VI/ Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto dan Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Priyo Widyanto juga bermalam di lokasi untuk memastikan daerah itu sudah aman.
(miq/miq) Next Article Lebih Rinci, Ini Lokasi Ibu Kota Baru RI: Samboja & Sepaku
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular