
Gas Masih Sulit Kalahkan Batu Bara Sebagai Sumber Energi RI
Annisatul Umah, CNBC Indonesia
16 October 2019 20:29

Jakarta, CNBC Indonesia- BP meluncurkan laporan statistik dan proyeksi kebutuhan energi secara global. Untuk Indonesia, diprediksi masih akan mengandalkan batu bara untuk pemenuhan listriknya dalam beberapa tahun.
Hal ini diungkap oleh BP Group Chief Economist Spencer Dale. Ia mengatakan, sebenarnya untuk outlook BP tidak pernah dirinci ke satu negara tapi lebih ke regional tertentu.
"Namun saya berpikir dalam jangka pendek, masa depan Indonesia masih akan sama.. gas alam masih sulit kalahkan batu bara. Satu hal yang jadi catatan dan agak berbeda, tidak ada pertumbuhan yang rapid dalam energi solar," ujarnya, dalam paparan BP Energy Outlook 2019, Rabu (16/10/2019).
Ia membandingkan kondisi energi Indonesia dan India, yang sama-sama berkembang dan mengandalkan batu bara. Bedanya, di India ada perkembangan untuk energi solar karena komponennya semakin murah dan bisa bersaing dengan batu bara ke depannya. "Ini sesuatu yang tidak saya lihat di Indonesia."
Secara global, BP justru melihat ada potensi tumbuh kembang energi baru hingga 85% dari bauran energi dunia pada 2040. Ini dikarenakan adanya tuntutan dari ekonomi yang berkelanjutan untuk beralih ke sumber energi yang lebih rendah emisi. Dari sisi permintaan juga akan naik tiga kali lipat, dengan konsumen terbanyak utama masih dari India dan China.
Selama 2018, BP juga mencatat pertumbuhan permintaan energi Indonesia yang lumayan tinggi yakni mencapai 4,9% setahun.
Melebihi rata-rata pertumbuhan selama sepuluh tahun sebelumnya yakni 2007 sampai 2017 yang hanya 2,8%. Sementara dari sisi produksi minyak, angka kemerosotannya juga cukup tajam yakni sampai 3,5%. Lebih tinggi dibanding rata-rata tahun sebelumnya 1,5%.
Konsumsi batu bara juga lumayan tinggi di 2018, mencapai 62 Mtoe atau naik 7,7% dari rata-rata sebelumnya. Biasanya pertumbuhan tahunan batu bara maksimal di angka 4,7% setahun. Tingginya angka konsumsi batu bara yang tinggi ini karena massifnya pembangunan pembangkit batu bara dan kenaikan angka produksi sebesar 19% di tahun itu.
(gus/gus) Next Article CEO BP Bob Dudley Pensiun di 2020, Digantikan Bernard Looney
Hal ini diungkap oleh BP Group Chief Economist Spencer Dale. Ia mengatakan, sebenarnya untuk outlook BP tidak pernah dirinci ke satu negara tapi lebih ke regional tertentu.
Ia membandingkan kondisi energi Indonesia dan India, yang sama-sama berkembang dan mengandalkan batu bara. Bedanya, di India ada perkembangan untuk energi solar karena komponennya semakin murah dan bisa bersaing dengan batu bara ke depannya. "Ini sesuatu yang tidak saya lihat di Indonesia."
Secara global, BP justru melihat ada potensi tumbuh kembang energi baru hingga 85% dari bauran energi dunia pada 2040. Ini dikarenakan adanya tuntutan dari ekonomi yang berkelanjutan untuk beralih ke sumber energi yang lebih rendah emisi. Dari sisi permintaan juga akan naik tiga kali lipat, dengan konsumen terbanyak utama masih dari India dan China.
Selama 2018, BP juga mencatat pertumbuhan permintaan energi Indonesia yang lumayan tinggi yakni mencapai 4,9% setahun.
Melebihi rata-rata pertumbuhan selama sepuluh tahun sebelumnya yakni 2007 sampai 2017 yang hanya 2,8%. Sementara dari sisi produksi minyak, angka kemerosotannya juga cukup tajam yakni sampai 3,5%. Lebih tinggi dibanding rata-rata tahun sebelumnya 1,5%.
Konsumsi batu bara juga lumayan tinggi di 2018, mencapai 62 Mtoe atau naik 7,7% dari rata-rata sebelumnya. Biasanya pertumbuhan tahunan batu bara maksimal di angka 4,7% setahun. Tingginya angka konsumsi batu bara yang tinggi ini karena massifnya pembangunan pembangkit batu bara dan kenaikan angka produksi sebesar 19% di tahun itu.
(gus/gus) Next Article CEO BP Bob Dudley Pensiun di 2020, Digantikan Bernard Looney
Most Popular