Duo Raksasa Migas AS Digosipkan Mau Cabut, RI Tak Seksi Lagi?

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
16 October 2019 19:33
Pertimbangan Keekonomisan Investasi Migas di Indonesia
Foto: Unit Produksi Terapung (Floating Production Unit/FPU) proyek IDD, Kalimantan, Indonesia. Doc. Chevron
Kalau dilihat sebenarnya salah satu masalah yang jadi pertimbangkan adalah nilai ekonomi. Kalau ditinjau dari segi biaya produksi minyak per barel di Indonesia sebenarnya masih bisa dibilang kompetitif.

Untuk memproduksi 1 barel minyak mentah ongkos produksinya di Indonesia mencapai US$ 19,71 masih lebih murah dibandingkan dengan beberapa negara lain seperti Venezuela, Nigeria dan Brazil.

Exxon Mobil & Chevron Mau Hengkang dari RI, Ada Apa?Sumber : Wall Street Journal
Namun ada hal-hal lain yang juga mempengaruhi nilai keekonomisan investasi di sektor minyak dan gas secara tidak langsung di suatu negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah infrastruktur, kebijakan fiskal, ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan yang dimiliki, akuisis lahan hingga masalah kebijakan lingkungan.

Pada 2018, Fraser Institut melakukan survei kepada berbagai top level executives di sektor migas untuk menanyakan faktor apa saja yang signifikan membuat mereka tidak mau berinvestasi di sektor migas di suatu negara. Fraser menggunakan 16 indikator utama dalam studi tersebut.

Hasilnya ternyata daya saing sektor migas Indonesia pun kurang jika dibanding tetangga sebut saja Malaysia, Thailand, Vietnam dan Australia. Ada beberapa hal yang membuat investor jadi malas atau bahkan tidak betah berinvestasi di Indonesia seperti permasalahan terkait perpajakan (lisensi, royalti, pajak penjualan, dll), birokrasi dan perizinan yang berbelit-belit dan tidak efisien, trade barrier (repatriasi keuntungan), faktor tenaga kerja, kualitas infrastruktur dan juga kualitas database geologi.

Exxon Mobil & Chevron Mau Hengkang dari RI, Ada Apa?Sumber : Fraser Institute, CNBC Indonesia Analysis
Warna biru tua mengindikasikan faktor yang paling signifikan menghambat investasi
Tentu semua faktor tadi di atas mempengaruhi nilai ekonomi dari suatu investasi. Jadi ya wajar-wajar saja kalau raksasa migas AS kembali mempertimbangkan portofolio investasi mereka di negeri ini.

Bukan cuma Fraser, pendiri Medco Grup Arifin Panigoro mengatakan iklim investasi migas saat ini memiliki tantangan tersendiri. Menurutnya para pejabat yang berwenang di sektor ini kurang bisa memberikan kepastian dan insentif yang menarik.

Ia menyebut bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani pelit soal memberikan insentif fiskal bagi pengusaha minyak dan gas. Sementara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dinilai kurang tegas kebijakannya.

Perlu diingat, RI masih butuh investor asing yang punya kekuatan modal. Mengingat masih ada puluhan cekungan migas dengan potensi cadangan disebut-sebut mencapai 7,5 miliar barel yang belum tersentuh. 


(TIM RISET CNBC INDONESIA) (twg/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular