
Kebal Resesi & Perang Dagang, Eksportir RI Ini Tetap Cuan
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
16 October 2019 15:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Gaung ancaman resesi yang dikhawatirkan memukul banyak pelaku usaha nyatanya tak berpengaruh bagi pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM) yang berbasis ekspor. Produsen gitar merek "Batiksoul Guitar" misalnya, justru tetap dapat cuan di tengah ancaman resesi dan perang dagang AS dan China.
Guruh Sabdonugroho, pengusaha gitar yang berbasis di Solo, Jawa tengah ini mengaku resesi maupun perang dagang tak berpengaruh bagi usahanya yang memang menyasar kalangan menengah ke atas, termasuk pasar ekspor. Sebab, gitar yang dijualnya memang memiliki kualitas premium dan dijual terbatas.
"Ini produk butik, dan resesi seperti sekarang hampir tak berpengaruh. Krisis ekonomi tidak pengaruh buat orang-orang yang berduit, kolektor misalnya," jelasnya saat ditemui di booth pameran miliknya dalam gelaran "Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34" di ICE BSD, Tangerang, Rabu (16/10/2019).
Gitar premium dengan bahan baku kayu mangga dan mahoni buatannya punya pangsa pasar sendiri dan telah diekspor ke sejumlah negara seperti Rusia, Singapura, Belanda hingga Denmark. Dengan produksi rata-rata hanya 5-8 unit per bulan, gitar buatannya memang diminati oleh musisi dan kolektor internasional.
"Ada musisi Rusia, kebanyakan memang kolektor," terangnya.
Untuk harga, gitar buatannya dibanderol mulai dari 1.800 euro hingga yang paling mahal pernah menembus harga 4.500 euro atau sekitar Rp28-70 juta per unit. Di dalam negeri, gitar buatannya dijual lebih murah 30 persen dibanding harga jual ekspor.
Pengusaha sepatu BDC Bandung juga mengungkap hal yang sama. Sepatu buatannya laris manis di pasar Nigeria, dan terus menambah ekspor.
"Awalnya ekspor 50 pasang. Naik 100 pasang, 500 pasang sekarang sedang dalam proses ekspor 1.000 pasang," kata Manager Pengelola BDC Bandung, Euis Supriati.
Dijual dengan merek Rionarn, sendal buatannya bersaing dengan alas kaki dari China. Namun, karena kualitas yang dinilai lebih baik, Nigeria lebih memilih alas kaki buatannya.
"Produk kita punya kekuatan. Jadi Pede untuk bersaing dengan China. (Buatan China) Beli Rabu, rusak Kamis," katanya berkelakar.
(hoi/hoi) Next Article Pahit! Pengusaha Ini Pusing Ekspor Saat Pasar Lesu
Guruh Sabdonugroho, pengusaha gitar yang berbasis di Solo, Jawa tengah ini mengaku resesi maupun perang dagang tak berpengaruh bagi usahanya yang memang menyasar kalangan menengah ke atas, termasuk pasar ekspor. Sebab, gitar yang dijualnya memang memiliki kualitas premium dan dijual terbatas.
"Ini produk butik, dan resesi seperti sekarang hampir tak berpengaruh. Krisis ekonomi tidak pengaruh buat orang-orang yang berduit, kolektor misalnya," jelasnya saat ditemui di booth pameran miliknya dalam gelaran "Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34" di ICE BSD, Tangerang, Rabu (16/10/2019).
Gitar premium dengan bahan baku kayu mangga dan mahoni buatannya punya pangsa pasar sendiri dan telah diekspor ke sejumlah negara seperti Rusia, Singapura, Belanda hingga Denmark. Dengan produksi rata-rata hanya 5-8 unit per bulan, gitar buatannya memang diminati oleh musisi dan kolektor internasional.
"Ada musisi Rusia, kebanyakan memang kolektor," terangnya.
Untuk harga, gitar buatannya dibanderol mulai dari 1.800 euro hingga yang paling mahal pernah menembus harga 4.500 euro atau sekitar Rp28-70 juta per unit. Di dalam negeri, gitar buatannya dijual lebih murah 30 persen dibanding harga jual ekspor.
Pengusaha sepatu BDC Bandung juga mengungkap hal yang sama. Sepatu buatannya laris manis di pasar Nigeria, dan terus menambah ekspor.
"Awalnya ekspor 50 pasang. Naik 100 pasang, 500 pasang sekarang sedang dalam proses ekspor 1.000 pasang," kata Manager Pengelola BDC Bandung, Euis Supriati.
Dijual dengan merek Rionarn, sendal buatannya bersaing dengan alas kaki dari China. Namun, karena kualitas yang dinilai lebih baik, Nigeria lebih memilih alas kaki buatannya.
"Produk kita punya kekuatan. Jadi Pede untuk bersaing dengan China. (Buatan China) Beli Rabu, rusak Kamis," katanya berkelakar.
(hoi/hoi) Next Article Pahit! Pengusaha Ini Pusing Ekspor Saat Pasar Lesu
Most Popular