Benarkah Robotisasi Bisa Obrak-Abrik Tenaga Manusia di RI?

Kini banyak yang khawatir bahwa robot mulai mencuri menggantikan peran manusia sehingga manusia kehilangan mata pencaharian atau PHK. Fenomena ini terjadi lantaran berkembang pesatnya teknologi yang mendorong terjadinya revolusi 4.0 yang identik dengan teknologi canggih seperti robotik, kecerdasan buatan dan virtual reality.
Penggunaan mesin/robot di berbagai industri memang dilatarbelakangi oleh filosofi bisnis yang mengejar efisiensi. Mari ambil contoh industri rokok tanah air, di bagian kanan atas rokok biasanya menempel pita cukai dan juga ada kode seperti SKM atau SKT.
Penggunaan mesin di industri rokok salah satunya untuk efisiensi biaya produksi. Kabarnya 1 mesin produksi rokok dapat menggantikan ratusan karyawan sekaligus. Tentu itu adalah sebuah penghematan bagi perusahaan karena hanya beli mesin di awal dan perawatan secara periodik tanpa harus memberikan upah per bulan kepada karyawan.
Perusahaan rokok tanah air mulai beralih ke mesin, tercermin dengan pangsa pasar SKM yang semakin tinggi dan semakin menipisnya pangsa SKT. Menurut penelusuran tim riset CNBC Indonesia, sejak 10 tahun terakhir pangsa rokok SKT turun hingga hampir setengahnya.
Akibat pergeseran tren tersebut, jumlah PHK pada industri rokok meningkat. Menurut Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Sudarto, selama lima tahun terakhir ini sudah ada lebih dari 32.000 karyawan industri hasil tembakau yang dirumahkan.
Penggunaan robot memang sudah masuk ke industri rokok yang padat karya alias banyak menyerap tenaga kerja. Djarum misalnya mengakui sudah menggunakan robot, tapi mengklaim dalam jumlah terbatas.
"Robot-nya, ada. Tidak banyak. Hal itu dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Jadi tidak signifikan dalam efisiensi tenaga kerja," kata Budi Senior Manager Corporate Communications PT Djarum Budi Darmawan.
Benarkah mesin dan robot-robot itu akan gantikan peran dan curi pekerjaan manusia?
Sebenarnya otomatisasi dengan robot akan berdampak positif terhadap perekonomian. Menurut lembaga riset dan konsultan manajemen global, McKinsey & Company otomatisasi akan meningkatkan produktivitas dan akhirnya berdampak positif terhadap PDB suatu negara.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya otomatisasi akan ada pekerjaan yang hilang. Namun akan ada juga jenis pekerjaan baru yang muncul. Menurut McKinsey, akan ada 23 juta pekerjaan yang hilang dan sekitar 27-46 juta pekerjaan baru muncul hingga tahun 2030 nanti di Indonesia.
![]() |
McKinsey juga menggarisbawahi bahwa dengan adanya otomatisasi ini tidak serta merta membuat pekerjaan manusia seluruhnya dapat digantikan robot. Yang akan digantikan oleh robot lebih ke arah aktivitasnya bukan pekerjaannya.
Jenis aktivitas yang nantinya akan digantikan oleh robot adalah aktivitas yang bersifat rutin dan predictable physical activities seperti pengumpulan dan pemrosesan data.
Jenis pekerjaan tersebut memiliki potensi untuk digantikan mesin sebesar lebih dari 70%. Aktivitas pengumpulan data dan aktivitas lain yang bersifat predictable physical activities menyumbang 20% dari jam kerja di Indonesia. Sementara itu aktivitas yang melibatkan pemrosesan data berkontribusi 10% dari total jam kerja di Indonesia.
Contoh jenis pekerjaan yang melibatkan aktivitas pengumpulan data antara lain legal support sementara yang melibatkan pemrosesan data yaitu staf payroll. Jenis pekerjaan lain yang juga memiliki ciri-ciri predictable physical activities dan berpotensi besar digantikan mesin adalah pekerja di bagian produksi dan operator mesin.
McKinsey & Company melalui studinya, juga menyebutkan bahwa persentase aktivitas kerja yang dapat digantikan oleh robot di Indonesia dari 2016-2030 hanya sekitar 12% saja. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura.
![]() |
Sementara itu, jenis pekerjaan yang melibatkan kemampuan sosial dan kreativitas serta berada pada lingkungan yang tidak dapat dikontrol dan diprediksi masih belum dapat digantikan oleh robot. Contoh pekerjaan tersebut seperti tenaga penjual, manajer hingga CEO.
Profesi seperti guru dan juga pekerja konstruksi, pustakawan, tenaga penjual, pramusaji, perawat, hingga profesional seperti lawyer diprediksi naik hingga 2030 nanti. Profesi-profesi yang permintaannya diprediksi akan menurun hingga 2030 adalah staf payroll, staf entri data dan jenis pekerjaan lain yang memenuhi kriteria otomatisasi. Detail prediksi McKinsey tersebut dapat dilihat di bawah ini.
![]() |
Jadi kesimpulannya adalah memang di bidang tertentu pekerjaan manusia akan digantikan oleh robot. Namun bukan berarti pekerjaan akan hilang begitu saja setelah digantikan robot. Peran manusia dalam hal ini tenaga kerja akan berubah dari sebelumnya. Makanya pengembangan kemampuan (skill development) jadi kunci utama adaptasi di era disrupsi.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(twg/twg) Next Article Silmy Karim: Banyak Pengusaha yang Latah Pakai Robot