
SKK: Ini Masa Keemasan Migas Kedua RI!
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
10 October 2019 16:24

Jakarta, CNBC Indonesia- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto meyakini bahwa kejayaan migas Indonesia belum berlalu.
Ia memaparkan, setidaknya Indonesia memiliki 128 cekungan migas dan baru 54 atau kurang dari separuhnya yang dieksplorasi. Dari situ, baru 18 yang berproduksi.
"Saya kira kita bangun optimisme ini, mungkin ini bisa jadi hal sangat penting adalah era keemasan kedua migas Indonesia," kata Dwi, Kamis (10/10/2019).
Menurutnya dari 54 cekungan yang sudah dieksplorasi ada potensi minyak sebesar 3,8 miliar barel, sedangkan 74 cekungan yang belum tersentuh menyimpan potensi kandungan minyak sebesar 7,5 miliar barel. "Potensinya masih sangat besar," papar Mantan Direktur Utama Pertamina ini.
Namun, untuk pengembangannya memang butuh kekuatan modal, dan investor yang kokoh. Dwi menerangkan bisnis hulu migas jangka waktunya panjang. Dimulai dari proses pembuktian cadangan hingga eksplorasi dan produksi bisa menghabiskan waktu hingga sepuluh tahun. Sehingga dibutuhkan investor yang kuat modal.
"Kita butuh investor yang memiliki kemampuan fianansial yang cukup karena memang bergerak di bidang oil and gas ini waktunya cukup panjang eksplorasi saja kadang waktunya sampai 10 tahun ya belum nanti eksekusi dari hasil eksplorasi," kata Dwi.
Lebih lanjut Dwi menjelaskan, iklim investasi yang menarik didorong oleh regulasi yang ramah terhadap investor serta kelengkapan data migas.
Dwi mengharapkan agar tidak ada tumpang tindih regulasi. Menurut Dwi Indonesia bukan satu-satunya negara yang memiliki cadangan migas. Indonesia tidak sendirian selalu berada di tengah-tengah negara global.
(gus/gus) Next Article SKK Kebut 8 Proyek Migas di Kuartal IV-2019
Ia memaparkan, setidaknya Indonesia memiliki 128 cekungan migas dan baru 54 atau kurang dari separuhnya yang dieksplorasi. Dari situ, baru 18 yang berproduksi.
Menurutnya dari 54 cekungan yang sudah dieksplorasi ada potensi minyak sebesar 3,8 miliar barel, sedangkan 74 cekungan yang belum tersentuh menyimpan potensi kandungan minyak sebesar 7,5 miliar barel. "Potensinya masih sangat besar," papar Mantan Direktur Utama Pertamina ini.
Namun, untuk pengembangannya memang butuh kekuatan modal, dan investor yang kokoh. Dwi menerangkan bisnis hulu migas jangka waktunya panjang. Dimulai dari proses pembuktian cadangan hingga eksplorasi dan produksi bisa menghabiskan waktu hingga sepuluh tahun. Sehingga dibutuhkan investor yang kuat modal.
"Kita butuh investor yang memiliki kemampuan fianansial yang cukup karena memang bergerak di bidang oil and gas ini waktunya cukup panjang eksplorasi saja kadang waktunya sampai 10 tahun ya belum nanti eksekusi dari hasil eksplorasi," kata Dwi.
Lebih lanjut Dwi menjelaskan, iklim investasi yang menarik didorong oleh regulasi yang ramah terhadap investor serta kelengkapan data migas.
Dwi mengharapkan agar tidak ada tumpang tindih regulasi. Menurut Dwi Indonesia bukan satu-satunya negara yang memiliki cadangan migas. Indonesia tidak sendirian selalu berada di tengah-tengah negara global.
(gus/gus) Next Article SKK Kebut 8 Proyek Migas di Kuartal IV-2019
Most Popular