
Pak Jokowi Perlambatan Ekonomi RI Sudah Terjadi, Next Resesi?
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
03 October 2019 10:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih jauh dari terjangan resesi ekonomi. Indikator yang menunjukkan sebuah negara resesi, tidak mengarah ke Tanah Air.
Namun apa yang terjadi saat ini, Indonesia mengalami perlambatan! Harus diakui dan diwaspadai.
Demikian perbincangan CNBC Indonesia dengan Menteri Keuangan 2013-2014, Chatib Basri, Kamis (3/10/2019).
"Resesi tidak. Indikator resesi adalah pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi ke level negatif 2 kuartal berturut-turut. Indonesia tidak. Kita masih tumbuh around 5%," katanya.
"Namun harus diakui. Terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia," tuturnya.
Bahkan, Chatib meramalkan ekonomi Indonesia di kuartal III-2019 tidak akan mencapai 5%. Ia melihat kondisi dunia usaha terganggu karena daya beli turun.
"Kuartal III-2019 tidak akan mencapai 5%. Di bawah itu. Saat ini terjadi perlambatan. Daya beli turun, swasta tak mau tambah produksi karena tidak ada yang beli kemudian penjualam motor dan mobil mentok," paparnya.
Pemerintah, sambung Chatib harus serius melihat perlambatan ini. Pasalnya, perlambatan ekonomi bisa mengganggu ekonomi makro secara keseluruhan.
"Harus dipancing dengan beberapa langkah fiskal. Cash transfer, kartu pra kerja tadi cash for traning. Perbanyak bantuan kepada masyarakat," tegas Chatib.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia masih tumbuh namun sayangnya melambat.
Di kuartal II-2019, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% (year on year). Angka ini tumbuh melambat dibandingkan pada kuartal I-2019 yang mencapai 5,07%.
"Ekonomi Indonesia tumbuh melambat," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (5/8/2019).
Perlambatan ekonomi Indonesia ini sudah terlihat sejak kuartal III-2018 yang kala itu ekonomi hanya tumbuh 5,17% dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,27%.
Berikut datanya :
* Kuartal II-2018 : 5,27%
* Kuartal III-2018 : 5,17%
* Kuartal IV-2018 : 5,18%
* Kuartal I-2019 : 5,07%
* Kuartal II-2019 : 5,05%
Angka pertumbuhan ekonomi kali ini atau pada kuartal II-2019 ini terparah sejak kuartal II-2017.
Berikut struktur PDB menurut pengeluaran :
* Konsumsi Rumah Tangga : 5,17%
* PMTB (Investasi) : 5,01%
* Konsumsi Pemerintah : 8,23%
* Konsumsi LNPRT : 15,27%
* Ekspor : -1,81%
* Impor : -6,73%
(wed) Next Article Ekonomi Loyo, Jokowi: Yang Lain Anjlok
Namun apa yang terjadi saat ini, Indonesia mengalami perlambatan! Harus diakui dan diwaspadai.
Demikian perbincangan CNBC Indonesia dengan Menteri Keuangan 2013-2014, Chatib Basri, Kamis (3/10/2019).
![]() |
"Namun harus diakui. Terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia," tuturnya.
Bahkan, Chatib meramalkan ekonomi Indonesia di kuartal III-2019 tidak akan mencapai 5%. Ia melihat kondisi dunia usaha terganggu karena daya beli turun.
"Kuartal III-2019 tidak akan mencapai 5%. Di bawah itu. Saat ini terjadi perlambatan. Daya beli turun, swasta tak mau tambah produksi karena tidak ada yang beli kemudian penjualam motor dan mobil mentok," paparnya.
Pemerintah, sambung Chatib harus serius melihat perlambatan ini. Pasalnya, perlambatan ekonomi bisa mengganggu ekonomi makro secara keseluruhan.
"Harus dipancing dengan beberapa langkah fiskal. Cash transfer, kartu pra kerja tadi cash for traning. Perbanyak bantuan kepada masyarakat," tegas Chatib.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia masih tumbuh namun sayangnya melambat.
Di kuartal II-2019, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05% (year on year). Angka ini tumbuh melambat dibandingkan pada kuartal I-2019 yang mencapai 5,07%.
"Ekonomi Indonesia tumbuh melambat," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (5/8/2019).
Perlambatan ekonomi Indonesia ini sudah terlihat sejak kuartal III-2018 yang kala itu ekonomi hanya tumbuh 5,17% dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,27%.
Berikut datanya :
* Kuartal II-2018 : 5,27%
* Kuartal III-2018 : 5,17%
* Kuartal IV-2018 : 5,18%
* Kuartal I-2019 : 5,07%
* Kuartal II-2019 : 5,05%
Angka pertumbuhan ekonomi kali ini atau pada kuartal II-2019 ini terparah sejak kuartal II-2017.
Berikut struktur PDB menurut pengeluaran :
* Konsumsi Rumah Tangga : 5,17%
* PMTB (Investasi) : 5,01%
* Konsumsi Pemerintah : 8,23%
* Konsumsi LNPRT : 15,27%
* Ekspor : -1,81%
* Impor : -6,73%
(wed) Next Article Ekonomi Loyo, Jokowi: Yang Lain Anjlok
Most Popular