Industri Sepeda Tertekan, Tenaga Kerja Diganti Otomatisasi?

Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
29 September 2019 08:14
Pelaku usaha industri sepeda nasional dihadapkan pada berbagai tekanan
Foto: PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tetap mendukung pengembangan olahraga nasional, khususnya untuk olah raga balap sepeda melalui keberadaan PGN Road Cycling Team (PRCT) di tahun 2019 ini. (Ist PGN)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha industri sepeda nasional dihadapkan pada berbagai tekanan. Di tengah derasnya produk impor dari China, mereka dipusingkan oleh masalah ketenagakerjaan.

"Industri sepertinya tidak dalam kondisi ideal, terkait UMR (Upah Minimum Regional), terkait pesangon," kata Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI), Rudiyono dalam Profit CNBC Indonesia, Jumat (27/9/2019).

Hal itu menjadi catatan tersendiri, apalagi upah di Indonesia dijadikan pembanding oleh beberapa negara ASEAN sehingga akan berada di bawahnya.


"Jangan lupa kalau di luar negeri di ASEAN, mereka melihat UMR kita jadi acuan. Kalau (UMR) kita naik 8%, mereka pasti di bawahnya," tambahnya.

Akumulasi lainnya datang dari serbuan bahan baku hingga unit jadi impor yang mana 90% berasal dari China. Hal ini menjadi konsekuensi setelah Indonesia terlibat dalam perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).


"PR buat industri sepeda. Kalau sudah demikian kita tidak bisa dengan metode yang sekarang digunakan, kita perlu otomatisasi, tapi tenaga kerja di sisi lain. Tidak mudah memilih apakah menggunakan tenaga kerja atau otomatisasi," kata Rudiyono.


(sef/sef) Next Article Begini Strategi Produsen Sepeda Polygon Genjot Ekspor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular