Buwas ke Mafia Beras Orang Miskin: Pelaku Tak Punya Otak!
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
23 September 2019 17:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) digagas untuk menggantikan program beras miskin atau raskin. Tujuannya tetap sama, membantu masyarakat memperoleh pangan sehat.
Akhir-akhir ini, program BPNT yang berada di bawah wewenang Kementerian Sosial terendus telah disalahgunakan oleh sejumlah oknum di lapangan untuk memperoleh keuntungan. Direktur Utama Bulog Budi Waseso yang getol menyuarakan masalah ini.
BPNT merupakan skema baru yang dulunya bernama rastra/raskin. Beras disalurkan melalui penyalur termasuk Bulog, selebihnya ada pemasok swasta, sebab sebelumnya Kementerian Sosial hanya memberi jatah 30% dari total alokasi BPNT. Meski akhirnya Kemensos memberikan 100% kepada Bulog, tapi di lapangan penyalur paling bawah tak semuanya melaksanakan surat edaran Kemensos.
Di program BPNT, Bulog menjadi penyedia beras. Namun, beberapa kali Bulog dituduh menyebarkan beras berkutu dan bau. Buwas pun geram mendengar pernyataan itu. Ia mengklaim bahwa tuduhan itu disampaikan oleh oknum-oknum untuk menjatuhkan citra Bulog demi keuntungan.
Ia menduga ada keterlibatan mafia dalam penyaluran beras BPNT. Modusnya, karung beras bermerek premium diisi dengan beras medium, yang kemudian disebarkan ke e-Warong dan dijual kepada penerima BPNT.
"Saya buktikan, tidak ada saudara-saudara kita penerima BPNT menerima beras yang premium. Tidak ada, saya sendiri sudah cek ke lapangan. Semua medium, paling banter medium plus yang ini sedikit sekali (volumenya)," ucap Buwas.
Ternyata, sebagian e-Warong pun diketahui disalahgunakan. Menurut Buwas ada 300 e-Warong 'siluman' tersebar di seluruh Indonesia. Buwas mengaku tidak habis pikir dengan kelakuan oknum di lapangan ini.
Menurutnya, para oknum ini bisa meraup sekitar Rp9 miliar per bulan dari manipulasi dengan memanfaatkan margin selisih harga beras medium dan premium.
"Korbannya siapa? Saudara kita yang nggak mampu. Ini orang (pelaku) nggak punya otak, nggak punya perasaan. Dan saya juga bukan berarti mau cuci tangan. Kalau Satgas Pangan bisa membuktikan oknum Bulog, saya terima kasih," kata Buwas.
Selanjutnya, bukti dan data terkait kejahatan BPNT ini diserahkan ke tim Satgas Pangan untuk didalami lebih lanjut. Buwas belum mau membeberkan institusi atau pejabat mana yang terlibat dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang. Ia mengatakan, hasil temuan tim Satgas Pangan akan diserahkan kepada Presiden Jokowi.
"Semua bermain untuk mendapatkan dana itu dengan cara macam-macam. Ini kita baru bicara beras, belum yang lainnya sudah begini. Maka, hasil satgas akan kita ajukan kepada Pak Presiden, harus bagaimana sih agar tidak terjadi penyimpangan ini," katanya.
"Maksud Presiden baik, ingin meringankan masyarakat kurang mampu. Tapi pelaksananya kurang ajar semua, nilainya gede, kali-kalinya gede nih," katanya.
(hoi/hoi) Next Article 2 Tahun di Bulog, Buwas Susah Stabilkan Harga Selain Beras
Akhir-akhir ini, program BPNT yang berada di bawah wewenang Kementerian Sosial terendus telah disalahgunakan oleh sejumlah oknum di lapangan untuk memperoleh keuntungan. Direktur Utama Bulog Budi Waseso yang getol menyuarakan masalah ini.
BPNT merupakan skema baru yang dulunya bernama rastra/raskin. Beras disalurkan melalui penyalur termasuk Bulog, selebihnya ada pemasok swasta, sebab sebelumnya Kementerian Sosial hanya memberi jatah 30% dari total alokasi BPNT. Meski akhirnya Kemensos memberikan 100% kepada Bulog, tapi di lapangan penyalur paling bawah tak semuanya melaksanakan surat edaran Kemensos.
Di program BPNT, Bulog menjadi penyedia beras. Namun, beberapa kali Bulog dituduh menyebarkan beras berkutu dan bau. Buwas pun geram mendengar pernyataan itu. Ia mengklaim bahwa tuduhan itu disampaikan oleh oknum-oknum untuk menjatuhkan citra Bulog demi keuntungan.
Ia menduga ada keterlibatan mafia dalam penyaluran beras BPNT. Modusnya, karung beras bermerek premium diisi dengan beras medium, yang kemudian disebarkan ke e-Warong dan dijual kepada penerima BPNT.
"Saya buktikan, tidak ada saudara-saudara kita penerima BPNT menerima beras yang premium. Tidak ada, saya sendiri sudah cek ke lapangan. Semua medium, paling banter medium plus yang ini sedikit sekali (volumenya)," ucap Buwas.
Ternyata, sebagian e-Warong pun diketahui disalahgunakan. Menurut Buwas ada 300 e-Warong 'siluman' tersebar di seluruh Indonesia. Buwas mengaku tidak habis pikir dengan kelakuan oknum di lapangan ini.
Menurutnya, para oknum ini bisa meraup sekitar Rp9 miliar per bulan dari manipulasi dengan memanfaatkan margin selisih harga beras medium dan premium.
"Korbannya siapa? Saudara kita yang nggak mampu. Ini orang (pelaku) nggak punya otak, nggak punya perasaan. Dan saya juga bukan berarti mau cuci tangan. Kalau Satgas Pangan bisa membuktikan oknum Bulog, saya terima kasih," kata Buwas.
Selanjutnya, bukti dan data terkait kejahatan BPNT ini diserahkan ke tim Satgas Pangan untuk didalami lebih lanjut. Buwas belum mau membeberkan institusi atau pejabat mana yang terlibat dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang. Ia mengatakan, hasil temuan tim Satgas Pangan akan diserahkan kepada Presiden Jokowi.
"Semua bermain untuk mendapatkan dana itu dengan cara macam-macam. Ini kita baru bicara beras, belum yang lainnya sudah begini. Maka, hasil satgas akan kita ajukan kepada Pak Presiden, harus bagaimana sih agar tidak terjadi penyimpangan ini," katanya.
"Maksud Presiden baik, ingin meringankan masyarakat kurang mampu. Tapi pelaksananya kurang ajar semua, nilainya gede, kali-kalinya gede nih," katanya.
(hoi/hoi) Next Article 2 Tahun di Bulog, Buwas Susah Stabilkan Harga Selain Beras
Most Popular