
Ada Pabrik China Pindah ke RI, Tapi Investornya Ngeluh
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
21 September 2019 15:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut ada satu pabrik tekstil dari China merelokasi pabrik ke Indonesia. Sayangnya, ada persoalan yang kurang menggembirakan soal relokasi pabrik asal China tersebut.
Ketua API, Ade Sudrajat mengatakan pabrik yang nilai investasinya mencapai US$200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun itu mengaku relokasi yang dilakukan karena terpaksa. Apalagi, investornya komplain soal harga tanah yang mahal di Indonesia.
"Relokasinya sudah berlangsung sebulan lalu di Kendal, Jawa Tengah. Mereka sudah beli lahan. Termasuk pemain besar di pemintalan, pencelupan, dan garmen," kata Ade kepada CNBC Indonesia.
Masuknya pabrik asal China menjadi kabar baik di tenah sentimen negatif atas laporan Bank Dunia. Laporan tersebut menyebutkan jika pada 2018-2019 dari 33 perusahaan China yang relokasi, tak satu pun pilih Indonesia. Sebaliknya, ada 23 pabrik China memilih Vietnam sebagai lokasi baru dan sisanya ke negara lain.
Sementara itu, relokasi yang dilakukan karena faktor pertimbangan mitra bisnisnya di Indonesia. Selama ini perusahaan China tersebut memasok kain ke perusahaan garmen kepada dua pemain besar di Indonesia.
"Mereka ada kontrak dengan garmen dari sini, dengan dua raksasa di sini, dipaksa oleh buyer-nya yang di sini. Kalau nggak dipaksa, ya nggak mau masuk dia," katanya.
Sebelumnya dalam sebuah pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo, Ade sudah menyampaikan terkait persoalan lahan tersebut. Menurut Ade, apa yang disampaikan terkait komplain itu sudah diterima Jokowi. "Beliau sangat mengerti hal tersebut," kata Ade.
Ade juga menyampaikan pengalaman kemudahan berinvestasi di Ethiopia dan India. Menurutnya kedua negara itu memberikan pelbagai insentif serta kecepatan pelayanan dalam memperoleh izin. Termasuk keberadaan industrial park yang menjadi kesatuan rantai pasok untuk memudahkan jalur logistik.
Pengalaman berinvestasi di Ethiopia sebelumnya dilakoni oleh CEO Busana Apparel Group, M Maniwen, yang juga pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT). Ia berekspansi ke negara Afrika itu lantaran upah buruh yang murah dibanding dengan Indonesia.
Maniwanen menyebut, ada kemudahan saat merelokasi pabrik di sana. Bahkan, dia juga mengakui keunggulan Vietnam dalam mempermudah calon investor.
"Kita datang ke sana, kita diberi tanah gratis, tetapi bayar bangunan dan sewa untuk jangka 15 atau 20 tahun," kata Maniwanen di sela-sela diskusi Penyelamatan Industri TPT Nasional di menara Kadin, Jakarta, Senin (9/9/2019).
(hps/hps) Next Article Diam-Diam 1 Pabrik China Pindah ke RI, Investornya Komplain
Ketua API, Ade Sudrajat mengatakan pabrik yang nilai investasinya mencapai US$200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun itu mengaku relokasi yang dilakukan karena terpaksa. Apalagi, investornya komplain soal harga tanah yang mahal di Indonesia.
"Relokasinya sudah berlangsung sebulan lalu di Kendal, Jawa Tengah. Mereka sudah beli lahan. Termasuk pemain besar di pemintalan, pencelupan, dan garmen," kata Ade kepada CNBC Indonesia.
Sementara itu, relokasi yang dilakukan karena faktor pertimbangan mitra bisnisnya di Indonesia. Selama ini perusahaan China tersebut memasok kain ke perusahaan garmen kepada dua pemain besar di Indonesia.
"Mereka ada kontrak dengan garmen dari sini, dengan dua raksasa di sini, dipaksa oleh buyer-nya yang di sini. Kalau nggak dipaksa, ya nggak mau masuk dia," katanya.
Sebelumnya dalam sebuah pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo, Ade sudah menyampaikan terkait persoalan lahan tersebut. Menurut Ade, apa yang disampaikan terkait komplain itu sudah diterima Jokowi. "Beliau sangat mengerti hal tersebut," kata Ade.
Ade juga menyampaikan pengalaman kemudahan berinvestasi di Ethiopia dan India. Menurutnya kedua negara itu memberikan pelbagai insentif serta kecepatan pelayanan dalam memperoleh izin. Termasuk keberadaan industrial park yang menjadi kesatuan rantai pasok untuk memudahkan jalur logistik.
Pengalaman berinvestasi di Ethiopia sebelumnya dilakoni oleh CEO Busana Apparel Group, M Maniwen, yang juga pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT). Ia berekspansi ke negara Afrika itu lantaran upah buruh yang murah dibanding dengan Indonesia.
Maniwanen menyebut, ada kemudahan saat merelokasi pabrik di sana. Bahkan, dia juga mengakui keunggulan Vietnam dalam mempermudah calon investor.
"Kita datang ke sana, kita diberi tanah gratis, tetapi bayar bangunan dan sewa untuk jangka 15 atau 20 tahun," kata Maniwanen di sela-sela diskusi Penyelamatan Industri TPT Nasional di menara Kadin, Jakarta, Senin (9/9/2019).
(hps/hps) Next Article Diam-Diam 1 Pabrik China Pindah ke RI, Investornya Komplain
Most Popular