Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit flu babi Afrika sampai saat ini diyakini belum ada indikasi masuk wilayah Indonesia dan menyerang peternakan babi. Namun, para peternak babi, terutama sentra babi di Bali mulai khawatir. Apalagi negara-negara tetangga juga sudah terjangkit.
"Sangat bahaya bila sampai masuk Indonesia, di China sampai pembunuhan massal, membumihanguskan babi. Saya khawatir, tapi saya percaya pemerintah bisa antisipasi. Teman-teman peternak di Manado, sempat kontak-kontak mau komunikasi dengan dirjen peternakan (Kementan)," kata Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa kepada CNBC Indonesia, Rabu (18/9).
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita belum merespons saat ditanya soal antisipasi pemerintah terkait flu babi Afrika, kala dikonfirmasi CNBC Indonesia.
Hari mengakui sejauh yang ia tahu, dari pemerintah pusat maupun pemda Bali belum belum melihat soal antisipasi soal risiko penyebaran flu babi Afrika di Indonesia. Namun, informasi beredar di kalangan peternak soal tindakan khusus untuk turis China yang masuk bandara di Bali, tapi ia belum bisa memastikan bahwa itu terkait antisipasi flu babi Afrika yang sedang mengganas di China.
"Kalau di bandara Bali, ada info saya dapat, ada pelarangan makanan China masuk lewat bandara, turis China dilarang bawa makanan. Cuma bagaimana antisipasi pemerintah saya belum dengar, belum diundang," katanya.
Hari berharap pemerintah segera menyampaikan langkah-langkah antisipasi yang akan dan telah dilakukan agar peternak tenang. Yang terjadi saat ini, peternak masih bertanya-tanya. Apalagi turis asal China banyak masuk ke Bali, sebagai salah satu sentra peternakan babi di Indonesia.
"Sekarang teman-teman peternak pada bingung," katanya
Negara-Negara Lain Juga Was-Was
Jepang
Pejabat Jepang pada hari Sabtu telah memusnahkan 753 babi di Prefektur Saitama utara Tokyo setelah mendeteksi wabah demam babi. Demikian disampaikan surat kabar Yomiuri, yang dikutip Chanel News Asia, Minggu.
Akibat hal ini, pengiriman dari dua peternakan babi di Prefektur Saitama ke Jepang dihentikan. Flu babi ini masuk kembali ke Jepang tahun lalu setelah hilang selama 26 tahun terakhir. Wabah ini juga ditemukan di sebuah peternakan di Prefektur Gifu, Jepang tengah.
Namun, kementerian pertanian Jepang mengatakan bahwa wabah demam babi di Jepang adalah jenis yang berbeda dari demam babi Afrika yang mematikan di China. Penyakit yang ditemukan di Gifu juga dikenal sebagai babi kolera.
Jepang adalah produsen daging babi terbesar ke-10 di dunia, dan mengekspor produk daging babi senilai sekitar 12 miliar yen (US$ 111 juta dolar) setiap tahun.
Vietnam
Vietnam adalah negara Asia lainnya yang baru terjangkit wabah flu babi. Wabah ini telah memasuki Vietnam sejak beberapa minggu terakhir.
Wabah babi ini telah menyebabkan masalah ekonomi di Vietnam dan mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut. Daging babi menyumbang tiga perempat dari konsumsi daging. Sebanyak lebih dari 1,2 juta babi di seluruh negeri ini telah mati atau dibunuh, kata pemerintah Vietnam pada 13 Mei.
"Ini mungkin penyakit kesehatan hewan yang paling serius (di dunia)," kata Dirk Pfeiffer, seorang ahli epidemiologi hewan di City University of Hong Kong.
Parahnya, Francois Roger, ahli epidemiologi hewan di Pusat Penelitian Pertanian Perancis untuk Pembangunan Internasional di Montpellier, mengatakan bahwa Vietnam tidak akan sesiap China dalam menghadapi wabah ini.
"Vietnam mungkin tidak memiliki kemampuan untuk dapat mengendalikan ASF," kata Roger.
Filipina
Wabah ini juga telah menyebar di Filipina. Menurut laporan Al-Jazeera, tes laboratorium telah mengkonfirmasi bahwa demam babi Afrika menyebabkan kematian kawanan babi di setidaknya tujuh desa dekat Manila, ibu kota Filipina. Pemerintah juga berencana membentuk lembaga untuk memastikan penyakit yang sangat menular ini tidak menyebar lebih lanjut, kata pejabat Filipina, Senin.
Menteri Pertanian Filipina, William Dar mengatakan pada konferensi pers bahwa 16 dari 20 sampel darah yang dikirim ke laboratorium Inggris dinyatakan positif terdampak penyakit itu, tetapi tes lebih lanjut masih diperlukan.
"Apa yang menimpa kita yang tidak kita ketahui di antara 35 jenis virus," kata Dar, merujuk pada jenis virus yang berbeda dengan tingkat kematian yang berbeda-beda.
Sebanyak lebih dari 7.400 babi telah dimusnahkan di peternakan di desa-desa di provinsi Rizal dan Bulacan yang dikhawatirkan terkena infeksi virus dalam beberapa bulan terakhir.
Dar juga mengatakan bahwa Departemen Pertanian memverifikasi laporan infeksi di daerah lain. Tetapi ia menolak untuk mengidentifikasi daerah tersebut.
Negara Lain
Mengutip Science Mag, dalam beberapa minggu terakhir, wabah ini telah menyebar ke Kamboja, Mongolia, Hong Kong, Laos dan mungkin Korea Utara. Para ahli kesehatan hewan juga sepakat bahwa penyakit itu pasti akan menyebar lebih jauh ke wilayah lainnya.
Sementara di Eropa, virus ASF telah masuk ke wilayah Georgia pada 2007 dan sejak itu menyebar ke seluruh Rusia.
Di Selatan, pemerintah Australia dikabarkan terus melakukan pencegahan, mengingat negara itu juga banyak mengonsumsi daging babi. Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertanian Federal Australia Bridget McKenzie mengatakan penyakit ini menyebar dengan cepat, dan parahnya tidak memiliki obat atau vaksin.
"Ini membunuh sekitar 80% babi yang terinfeksi dan kelihatannya satu dari empat babi di dunia akan dimusnahkan pada akhir tahun." katanya.