Penjualan Mobil Nyungsep, Simak Penyebabnya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 September 2019 20:31
Penjualan Mobil Nyungsep, Simak Penyebabnya
Foto: Toyota C-HR Hybrid (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Volume penjualan mobil baru tahun ini turun dobel digit dibanding tahun lalu. Rendahnya permintaan, sentimen negatif yang datang dari dalam negeri maupun global serta ketatnya persaingan.

Volume penjualan mobil Januari-Agustus 2019 tercatat mencapai 660.286 unit, turun 13,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 763.444 unit. Hingga akhir Desember tahun lalu, penjualan mobil di pasar domestik mencapai 1,1 juta unit.

Namun, apabila melihat performa penjualan hingga Agustus ini, tampaknya akan susah untuk mencapai volume penjualan yang sama. Pasalnya di periode Januari-Agustus tahun ini sudah ada selisih penjualan sebesar 103.158 unit mobil dibanding periode yang sama di 2018. Selisih yang mencapai seratus ribu lebih pada dasarnya adalah volume penjualan mobil dalam satu bulan.



Pada periode Januari-Agustus 2018, pangsa pasar PT Astra International TbkĀ mencapai 49,1%. Pada tahun ini pangsa pasarnya naik menjadi 52,1%. Walaupun naik, PT Astra Internasional Tbk mencatatkan selisih penjualan sebesar 30.528 unit mobil untuk periode tersebut. Hal itu berarti penurunan penjualan mobil yang lebih parah dialami oleh pemain lain seperti Mitsubishi, Honda, Suzuki, Nissan, dan lainnya.




Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), volume penjualan mobil tahun ini diprediksi tidak akan mencapai target 1,1 juta unit. Target penjualan mobil memang tidak jauh berbeda dengan capaian tahun 2018.

Terdapat setidaknya dua alasan utama yang menyebabkan penurunan volume penjualan mobil yaitu rendahnya permintaan serta sentimen negatif yang datang dari dalam maupun luar negeri. Faktor lain yang juga mewarnai merosotnya penjualan mobil di Indonesia adalah ketatnya persaingan antar pemain.

Penurunan permintaan mobil dipicu oleh tingginya bunga kredit kepemilikan mobil seiring dengan peningkatan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sejak 15 November 2018, Bank Indonesia bersikap "hawkish" dengan menaikkan BI-7DRRR 25 bps ke 6%. Hingga Juni 2019, sikap tersebut tetap di pertahankan bank sentral yang menyebabkan biaya kredit mobil jadi membengkak.

Hal ini tentu berdampak pada penjualan mobil mengingat 70% pembeliannya melalui kredit. Tingkat suku bunga yang tinggi tentunya akan memberatkan konsumen dalam membeli mobil.




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sementara itu sentimen negatif yang datang dari global seperti bara api perang dagang AS-China yang terus memanas juga membuat mata uang rupiah berfluktuasi begitu juga harga komoditas seperti minyak yang notabene sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Sentimen negatif juga datang dari dalam negeri mengingat tahun 2019 juga merupakan tahun politik.

Terlihat sejak Januari-Mei 2019 penjualan mobil cenderung turun 14,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Saat tahun politik, tidak hanya investor yang waspada konsumen pun juga dapat bersikap berhati-hati dan waspada terutama dalam hal keputusan pembelian barang mewah seperti mobil.



Bagaimanapun juga di tahun politik memang rawan gesekan atau konflik sehingga membeli aset-aset mewah juga membutuhkan pertimbangan yang hati-hati.

Melambatnya perekonomian Indonesia & global juga jadi sentimen yang mewarnai turunnya penjualan mobil. Seretnya penjualan mobil tahun ini juga diiringi dengan terus tergerusnya indeks keyakinan konsumen (IKK) sejak Mei lalu.

Walaupun masih optimistis menatap perekonomian yang diindikasikan dengan nilai indeks di atas 100, tampaknya optimisme konsumen juga ikut tergerus. IKK bulan Agustus berada di angka 123,1 terendah sejak Januari 2019.

Pada Agustus, menurut survei BI, hampir seluruh kelompok tingkat pengeluaran responden mengalami penurunan level IKK, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 2,1-3 juta per bulan. Sementara dari sisi usia, penurunan IKK juga terjadi pada hampir seluruh kelompok usia responden, terutama pada responden berusia 51-60 tahun.

Di sisi lain faktor ketatnya persaingan antar pemain juga turut mewarnai merosotnya penjualan mobil di tahun 2019 ini. Ketatnya persaingan ditandai dengan masuknya pemain baru dari China dengan merek Wuling dengan harganya yang miring. Sejak Februari hingga Juni Wuling tercatat telah membukukan penjualan hingga 980 unit.

Selain masuknya varian baru, perang juga turut menggerus margin pemain. Di tahun 2019 Nissan memberikan diskon hingga 2% untuk produk baru Livina & Serena, hal tersebut juga direspon oleh Mitsubishi dengan memberikan diskon untuk varian Xpander untuk mempertahankan pangsa pasarnya.



(TIM RISET CNBC INDONESIA)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular