
Internasional
Gegara Vape Perusahaan Rokok Ini Bangkrut & PHK 40% Karyawan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 September 2019 14:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan tembakau terbesar kedua di Malaysia, JT International Bhd (JTI Malaysia), kemungkinan akan mengurangi 40% jumlah pekerjanya. Perusahaan juga dikabarkan akan menutup dan memindahkan operasi layanan bersama (shared services operations) ke negara lain dalam waktu dekat.
Demikian disampaikan Direktur Pelaksana JTI Malaysia Cormac O'Rourke setelah meninjau operasi bisnis, struktur, dan proses perusahaan.
"Kami telah memasuki proses konsultasi tentang masalah ini. Karena proses ini sedang berlangsung, kami belum dalam posisi untuk mengomentari atau mengkonfirmasi apa kemungkinan perubahan di sini, tetapi akan memberikan kejelasan lebih lanjut pada waktunya," katanya mengutip The Star Senin (16/9/2019).
Jumlah 40% dari tenaga kerja perusahaan berarti sekitar 170 orang. Menurut laporan, staf JTI Malaysia telah diberitahu tentang program rasionalisasi itu pada 30 Agustus.
O'Rourke menambahkan bahwa lingkungan operasi di Malaysia telah sangat menantang selama beberapa tahun terakhir, terutama karena meningkatnya jumlah produk tembakau ilegal, yang sekarang menjangkau 60% pasar.
Sementara itu, seorang sumber menyebut selain masalah rokok ilegal, keputusan perusahaan juga dipengaruhi oleh maraknya industri vape ilegal di negara itu.
"Kondisi pasar di sini belum membaik dan profitabilitas untuk industri secara keseluruhan telah berkurang setengahnya sejak 2015 sejak bea cukai naik tajam," kata sumber tersebut dikutip dari laman yang sama.
"Pengecer mendapatkan margin dari industri tetapi industri tidak dapat mendukung situasi yang kacau,".
Ia juga menambahkan bahwa langkah perusahaan dipengaruhi langkah Japan Tobacco Inc yang berupaya merambah pasar internasional, termasuk di Malaysia.
Dalam sebuah briefing awal bulan lalu, JTI Malaysia mengungkapkan bahwa rokok dan produk vaping ilegal telah menggelembung hingga 70% dari total konsumsi di Malaysia. Ini telah membuat pemerintah Malaysia kehilangan pendapatan pajak hingga RM 6 miliar.
Sumber itu menambahkan bahwa penjualan rokok legal di Malaysia sebelumnya mencapai 20 miliar batang per tahun, tetapi sekarang ada di bawah tujuh miliar batang per tahun.
"Sebagai hasil dari tantangan ini, transformasi operasi di Malaysia diperlukan untuk memastikan keberlanjutan bisnis secara keseluruhan," katanya dalam sebuah pernyataan.
JTI Malaysia, yang mengusung merek Mevius, Winston dan LD, diperkirakan saat ini memiliki pangsa pasar 25% di negara itu. Pada 25 Juni 2014 lalu perusahaan melakukan delisting dari Pasar Utama Bursa Malaysia. Hal ini menyebabkan British American Tobacco (Malaysia) Bhd menjadi satu-satunya perusahaan tembakau yang terdaftar di Malaysia.
(sef/sef) Next Article Bersatu, Berdoa, Berkarya, Kunci Eksistensi Nojorono Kudus
Demikian disampaikan Direktur Pelaksana JTI Malaysia Cormac O'Rourke setelah meninjau operasi bisnis, struktur, dan proses perusahaan.
"Kami telah memasuki proses konsultasi tentang masalah ini. Karena proses ini sedang berlangsung, kami belum dalam posisi untuk mengomentari atau mengkonfirmasi apa kemungkinan perubahan di sini, tetapi akan memberikan kejelasan lebih lanjut pada waktunya," katanya mengutip The Star Senin (16/9/2019).
Jumlah 40% dari tenaga kerja perusahaan berarti sekitar 170 orang. Menurut laporan, staf JTI Malaysia telah diberitahu tentang program rasionalisasi itu pada 30 Agustus.
O'Rourke menambahkan bahwa lingkungan operasi di Malaysia telah sangat menantang selama beberapa tahun terakhir, terutama karena meningkatnya jumlah produk tembakau ilegal, yang sekarang menjangkau 60% pasar.
Sementara itu, seorang sumber menyebut selain masalah rokok ilegal, keputusan perusahaan juga dipengaruhi oleh maraknya industri vape ilegal di negara itu.
"Kondisi pasar di sini belum membaik dan profitabilitas untuk industri secara keseluruhan telah berkurang setengahnya sejak 2015 sejak bea cukai naik tajam," kata sumber tersebut dikutip dari laman yang sama.
"Pengecer mendapatkan margin dari industri tetapi industri tidak dapat mendukung situasi yang kacau,".
Ia juga menambahkan bahwa langkah perusahaan dipengaruhi langkah Japan Tobacco Inc yang berupaya merambah pasar internasional, termasuk di Malaysia.
Dalam sebuah briefing awal bulan lalu, JTI Malaysia mengungkapkan bahwa rokok dan produk vaping ilegal telah menggelembung hingga 70% dari total konsumsi di Malaysia. Ini telah membuat pemerintah Malaysia kehilangan pendapatan pajak hingga RM 6 miliar.
Sumber itu menambahkan bahwa penjualan rokok legal di Malaysia sebelumnya mencapai 20 miliar batang per tahun, tetapi sekarang ada di bawah tujuh miliar batang per tahun.
"Sebagai hasil dari tantangan ini, transformasi operasi di Malaysia diperlukan untuk memastikan keberlanjutan bisnis secara keseluruhan," katanya dalam sebuah pernyataan.
JTI Malaysia, yang mengusung merek Mevius, Winston dan LD, diperkirakan saat ini memiliki pangsa pasar 25% di negara itu. Pada 25 Juni 2014 lalu perusahaan melakukan delisting dari Pasar Utama Bursa Malaysia. Hal ini menyebabkan British American Tobacco (Malaysia) Bhd menjadi satu-satunya perusahaan tembakau yang terdaftar di Malaysia.
(sef/sef) Next Article Bersatu, Berdoa, Berkarya, Kunci Eksistensi Nojorono Kudus
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular