Internasional
Stok Babi Kurang, Pemerintah China Janji Swasembada
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
12 September 2019 17:09

Meskipun kekurangan domestik China mungkin menawarkan windfall kepada pemasok asing, mereka harus mendapatkan persetujuan pemerintah sebelum mereka bisa menjual ke China. Pada Senin, Beijing menyetujui impor dari 25 pabrik daging Brasil, sehingga jumlah total negara menjadi 89.
Pada Rabu, para pejabat Denmark menyelesaikan perjalanan tiga hari ke China, dengan mengatakan mereka berharap dapat meningkatkan ekspor daging babi ke China.
Menteri pangan Denmark Mogens Jensen menghadiri pembukaan fasilitas pemrosesan daging baru di dekat Shanghai yang dioperasikan oleh Danish Crown. Menurut kementerian luar negeri negara itu, China mengimpor 230.000 ton daging babi dari Denmark pada 2018.
Dewan Negara China mengeluarkan seperangkat pedoman baru untuk mendukung industri, menguraikan langkah-langkah seperti peningkatan subsidi untuk meningkatkan produksi dalam negeri di tengah memburuknya kekurangan daging babi yang telah mengirim harga ke rekor tertinggi.
Indeks harga konsumen yang dirilis pada Selasa memperkuat gambaran suram dari pasokan pasar yang ketat karena data menunjukkan bahwa harga daging babi naik 46,7% pada Agustus, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hampir dua kali lipat dari kenaikan 27% yang diungkapkan pada Juli.
Harga daging babi adalah salah satu indikator utama yang digunakan oleh warga China untuk mengukur kesejahteraan mereka, dan pada saat ini, kesejahteraan sedang terkikis. Menurut NDRC, China telah menghabiskan total 3,23 miliar yuan (US $ 454 juta/Rp 6,3 triliun) dalam subsidi sepanjang tahun ini untuk mengatasi krisis kekurangan daging babi.
"Sebanyak 1,1 miliar yuan baru ditambahkan di bawah anggaran pemerintah pusat, dengan fokus mendukung provinsi-provinsi barat di lembah Sungai Yangtze untuk melakukan pekerjaan perbaikan pertanian dalam mengendalikan polusi dan mengurangi limbah ternak dan unggas," kata Peng Shaozong dari NDRC.
Namun, sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan riset Gavekal Dragonomics memperingatkan bahwa rencana pemerintah untuk melunakkan tekanan terhadap industri mungkin tidak efektif.
"Karena perbaikan praktik pemeliharaan babi untuk menghilangkan penyakit akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan jika pemerintah bergerak lebih agresif, harga tinggi dan kekurangan daging babi akan tetap bertahan," kata laporan itu. (sef/sef)
Pada Rabu, para pejabat Denmark menyelesaikan perjalanan tiga hari ke China, dengan mengatakan mereka berharap dapat meningkatkan ekspor daging babi ke China.
Menteri pangan Denmark Mogens Jensen menghadiri pembukaan fasilitas pemrosesan daging baru di dekat Shanghai yang dioperasikan oleh Danish Crown. Menurut kementerian luar negeri negara itu, China mengimpor 230.000 ton daging babi dari Denmark pada 2018.
Indeks harga konsumen yang dirilis pada Selasa memperkuat gambaran suram dari pasokan pasar yang ketat karena data menunjukkan bahwa harga daging babi naik 46,7% pada Agustus, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hampir dua kali lipat dari kenaikan 27% yang diungkapkan pada Juli.
Harga daging babi adalah salah satu indikator utama yang digunakan oleh warga China untuk mengukur kesejahteraan mereka, dan pada saat ini, kesejahteraan sedang terkikis. Menurut NDRC, China telah menghabiskan total 3,23 miliar yuan (US $ 454 juta/Rp 6,3 triliun) dalam subsidi sepanjang tahun ini untuk mengatasi krisis kekurangan daging babi.
"Sebanyak 1,1 miliar yuan baru ditambahkan di bawah anggaran pemerintah pusat, dengan fokus mendukung provinsi-provinsi barat di lembah Sungai Yangtze untuk melakukan pekerjaan perbaikan pertanian dalam mengendalikan polusi dan mengurangi limbah ternak dan unggas," kata Peng Shaozong dari NDRC.
Namun, sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan riset Gavekal Dragonomics memperingatkan bahwa rencana pemerintah untuk melunakkan tekanan terhadap industri mungkin tidak efektif.
"Karena perbaikan praktik pemeliharaan babi untuk menghilangkan penyakit akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan jika pemerintah bergerak lebih agresif, harga tinggi dan kekurangan daging babi akan tetap bertahan," kata laporan itu. (sef/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular