
Ngeri! Bank Dunia Ramal Ekonomi RI 2020 Tumbuh di Bawah 5%
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
09 September 2019 18:51

Pada masa resesi global pada 2009, ketika pertumbuhan dunia turun hingga 6,2 persentase poin, harga komoditas anjlok dan ekonomi Indonesia terkoreksi sebesar 1,7 persentase poin.

"Adanya risiko global tersebut akan berdampak pada adanya aliran dana keluar dari Indonesia karena penyakit kronis yang masih menghantui yaitu CAD [Current Account Deficit/Defisit Transaksi Berjalan]," jelas Bank Dunia. World Bank memperkirakan CAD Indonesia setiap tahun berada di angka US$ 33 miliar.
Dalam skenario normal saja, Indonesia masih membutuhkan setidaknya US$ 16 miliar lagi untuk menutup celahnya. Hal itu disebabkan karena rata-rata aliran dana masuk melalui penanaman modal asing (PMA) per tahun hanya 22 miliar dolar belum lagi dikurangi aliran dana keluar akibat aktivitas investasi sebesar 5 miliar dolar per tahun.
Apabila skenario yang terburuk terjadi, yaitu capital outflows, maka Indonesia akan membutuhkan lebih banyak aliran dana masuk untuk menambal kebocoran CAD tersebut.
"Solusinya bukan dengan menurunkan CAD, melainkan dengan meningkatkan penanaman modal asing (PMA)" terang Bank Dunia.

Masalahnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, PMA tidak tumbuh agresif di Indonesia. Aliran dana PMA mengalir deras ke Kamboja dan Vietnam. Bank Dunia menyebutkan, rata-rata arus masuk PMA ke Kamboja dalam skala 5 tahunan berada di angka 11,8%. Pada periode yang sama, aliran masuk ke Vietnam sebesar 5,9%, Malaysia di angka 3,5%, Filipina berada di kisaran 2,6%, Indonesia 1,9% dan terakhir Thailand di angka 1,7%.
Bank Dunia juga menyebutkan, aliran PMA yang deras ke Vietnam merupakan salah satu keberhasilan dari reformasi dalam kebijakan investasinya. Untuk dapat mengundang investor asing, Indonesia masih memiliki PR untuk membenahi iklim investasinya menjadi lebih terbuka, payung hukum yang jelas dan sesuai dengan arahan dan kebijakan presiden.
Simak video ancaman resesi kian nyata di bawah ini:
(wed)

"Adanya risiko global tersebut akan berdampak pada adanya aliran dana keluar dari Indonesia karena penyakit kronis yang masih menghantui yaitu CAD [Current Account Deficit/Defisit Transaksi Berjalan]," jelas Bank Dunia. World Bank memperkirakan CAD Indonesia setiap tahun berada di angka US$ 33 miliar.
Dalam skenario normal saja, Indonesia masih membutuhkan setidaknya US$ 16 miliar lagi untuk menutup celahnya. Hal itu disebabkan karena rata-rata aliran dana masuk melalui penanaman modal asing (PMA) per tahun hanya 22 miliar dolar belum lagi dikurangi aliran dana keluar akibat aktivitas investasi sebesar 5 miliar dolar per tahun.
Apabila skenario yang terburuk terjadi, yaitu capital outflows, maka Indonesia akan membutuhkan lebih banyak aliran dana masuk untuk menambal kebocoran CAD tersebut.
"Solusinya bukan dengan menurunkan CAD, melainkan dengan meningkatkan penanaman modal asing (PMA)" terang Bank Dunia.

Masalahnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, PMA tidak tumbuh agresif di Indonesia. Aliran dana PMA mengalir deras ke Kamboja dan Vietnam. Bank Dunia menyebutkan, rata-rata arus masuk PMA ke Kamboja dalam skala 5 tahunan berada di angka 11,8%. Pada periode yang sama, aliran masuk ke Vietnam sebesar 5,9%, Malaysia di angka 3,5%, Filipina berada di kisaran 2,6%, Indonesia 1,9% dan terakhir Thailand di angka 1,7%.
Bank Dunia juga menyebutkan, aliran PMA yang deras ke Vietnam merupakan salah satu keberhasilan dari reformasi dalam kebijakan investasinya. Untuk dapat mengundang investor asing, Indonesia masih memiliki PR untuk membenahi iklim investasinya menjadi lebih terbuka, payung hukum yang jelas dan sesuai dengan arahan dan kebijakan presiden.
Simak video ancaman resesi kian nyata di bawah ini:
(wed)
Pages
Most Popular