Internasional

Perang Dagang dengan AS, Ekspor China Turun Tajam

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 September 2019 11:50
Perang Dagang dengan AS, Ekspor China Turun Tajam
Foto: Ekonomi China Melemah (Chinatopix via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor China secara tak terduga turun pada Agustus karena pengiriman ke Amerika Serikat (AS) melambat tajam, memperpanjang pelemahan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Perlambatan ini juga berarti pemerintah China membutuhkan lebih banyak stimulus akibat perang dagang antara negaranya dengan Amerika Serikat (AS) terus meningkat.

Rilis data bea cukai pada hari Minggu (8/9/19) menunjukkan ekspor Agustus turun 1% dari tahun sebelumnya atau turun terbesar sejak Juni, ketika ekspor turun 1,3%.


Sebelumnya, analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan akan ada kenaikan 2% di bulan Agustus setelah ekspor naik 3,3% pada Juli.

Di antara mitra dagang utamanya, ekspor China di bulan Agustus ke AS turun 16% YoY, melambat tajam dari penurunan 6,5% pada Juli. Sementara impor dari Amerika merosot 22,4%.

Penurunan itu sendiri tetap terjadi setelah China membiarkan mata uangnya melemah melewati level kunci 7 yuan per dolar pada Agustus. Itu merupakan penurunan tajam yuan pertama kalinya sejak krisis keuangan global.

"Ekspor masih lemah bahkan dalam menghadapi depresiasi mata uang yuan yang substansial, menunjukkan bahwa permintaan eksternal yang lamban adalah faktor paling penting yang mempengaruhi ekspor tahun ini," kata Zhang Yi, ekonom di Zhong Hai Sheng Rong Capital Management.

China secara luas diperkirakan akan mengumumkan lebih banyak langkah-langkah dukungan dalam beberapa minggu mendatang untuk mencegah risiko perlambatan ekonomi yang lebih tajam ketika AS meningkatkan tekanan perdagangan.

Beberapa langkah itu termasuk pemotongan suku bunga pinjaman utama. Jika terjadi, ini akan menjadi pemotongan pertama dalam dalam empat tahun.


BERSAMBUNG KE HAL 2
Pada hari Jumat, bank sentral memangkas persyaratan cadangan bank untuk ketujuh kalinya sejak awal 2018 untuk menyediakan lebih banyak dana untuk pinjaman. Langkah itu diumumkan beberapa hari setelah rapat kabinet mengisyaratkan bahwa pelonggaran kebijakan mungkin akan segera terjadi.

Namun begitu, banyak analis memperkirakan pertumbuhan ekspor akan melambat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, sebagaimana dibuktikan dengan memburuknya pesanan ekspor baik dalam survei resmi dan pabrik swasta.

Data hari Minggu juga menunjukkan impor China menyusut untuk bulan keempat berturut-turut sejak April. Impor turun 5,6% YoY di bulan Agustus, sedikit lebih rendah dari perkiraan penurunan 6% dan tidak berubah dari penurunan 5,6% di bulan Juli.

Permintaan domestik yang lambat kemungkinan merupakan faktor utama penurunan, seiring dengan pelemahan harga komoditas global. Konsumsi dan investasi domestik China tetap lemah meskipun telah dilakukan upaya meningkatkan pertumbuhan selama lebih dari satu tahun.

Di sisi lain, China melaporkan surplus perdagangan US$ 34,84 miliar bulan lalu, dibandingkan dengan surplus US$ 45,06 miliar pada Juli. Analis memperkirakan surplus untuk Agustus mencapai US$ 43 miliar.

Sementara surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat mencapai US$ 26,95 miliar pada Agustus, menyempit dari US$ 27,97 miliar pada bulan Juli.

Selama delapan bulan tahun 2019 ini, jumlah surplus China mencapai US$ 195,45 miliar. Hal ini terus menerus dikeluhkan oleh Presiden AS Donald Trump dalam negosiasi dagang pemerintahannya dengan China.

[Gambas:Video CNBC]



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular