
Bumi Makin Tua, Komplikasi Penyakit Ekonomi Berujung Resesi

Penyakit defisit neraca dagang AS sepertinya malah memicu komplikasi yang membuat perekonomian di bumi ini terancam mengalami resesi.
Pelambatan ekonomi di bumi ini sudah terasa sebelum AS-China memulai babak baru perang dagang pada 1 September lalu. Kini dengan adanya tambahan tarif impor baru, tentunya risiko terjadinya resesi akan semakin meningkat.
Italia, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di zona euro sudah mengalami resesi di akhir 2018 lalu. Terbaru Turki resmi mengalami resesi di kuartal II-2019.
Pada periode April-Juni 2019, ekonomi Turki terkontraksi alias negatif 1,5% year-on-year (YoY). Pada kuartal sebelumnya, kontraksi ekonomi Turki lebih dalam yaitu minus 2,4% YoY.
Baca: Sah, Turki Sudah Resesi! |
Indonesia bisa dikatakan masih cukup aman dari bahaya resesi, melihat PDB yang masih konsisten sedikit di atas 5%. Tapi tetap saja cukup aman tidaklah aman. Pemerintah RI sudah menaruh perhatian terhadap penyakit ekonomi di bumi ini yang bisa berujung pada resesi.
"Dengan adanya pertumbuhan yang melemah dan perdagangan internasional yang melemah, maka seluruh indikator menunjukkan bahwa apabila tren ini berlanjut, maka tahun 2020 dikhawatirkan akan terjadi resesi, terutama di negara-negara maju," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Ruang Rapat Komisi Xi, Jakarta, pada Rabu (28/8/2019).
Sepekan setelah Sri Mulyani berbicara mengenai resesi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama jajaran menteri Kabinet Kerja menggelar rapat terbatas. Topiknya, antisipasi perkembangan perekonomian dunia.
"Payung harus kita siapkan. Kalau hujannya besar, kita nggak kehujanan. Kalau gerimis, kita nggak kehujanan," tegas Jokowi, Rabu (4/9/2019).
Jokowi menilai, ancaman resesi semakin nyata yang terefleksikan dari depresiasi sejumlah mata uang negara berkembang seperti yuan China, maupun peso Argentina. Kondisi ini, mau tidak mau harus dihadapi.
"Dan kita harapkan, langkah antisipatif sudah benar-benar konkret kita siapkan dan berharap, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan dampak dari resesi bisa kita hindarkan," katanya.
Jokowi menegaskan, kunci bagi Indonesia terhindar dari risiko resesi adalah meningkatkan arus investasi asing (foreign direct investment/FDI).
"Jalan paling cepat adalah yang berkaitan dengan FDI. Kuncinya hanya ada di situ, nggak ada yang lain," tegas kepala negara.
"Oleh sebab itu, saya minta seluruh kementerian yang berkaitan dengan ekonomi menginventarisir regulasi, aturan yang menghambat yang membuat kita lambat," katanya
Mengacu pada pernyataan Presiden Jokowi mengenai FDI, investasi di sektor manufaktur bisa jadi langkah tepat untuk memacu industri pengolahan. Indonesia disebut sebagai negara "gemah ripah loh jinawi" atau memiliki kekayaan alam yang berlimpah, tetapi sayangnya kekayaan alam yang dimiliki belum mampu diolah sehingga dalam perdagangan international hanya mengandalkan bahan mentah.
Pengembangan sektor manufaktur dapat menjadikan bahan mentah memiliki nilai tambah, menjadikan RI negara dengan keunggulan kompetitif, tidak lagi mengandalkan ekspor bahan mentah yang harganya sangat fluktuatif di tengah gejolak pasar finansial.
Harapannya, dengan pengembangan sektor manufaktur, RI bisa memiliki "imun" untuk menangkal penyakit-penyakit ekonomi dari eksternal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
