
Pak Jokowi, Ini Kata Begawan Migas Subroto Soal Kondisi RI
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
04 September 2019 16:35

Jakarta, CNBC Indonesia- Pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus lalu masih menempel di kepala para pelaku industri migas. Jokowi tanpa ragu mengatakan bahwa kejayaan minyak RI sudah padam.
Pernyataan Jokowi ini mengundang berbagai reaksi, ada yang sepakat ada yang tidak. Mengingat produksi minyak RI memang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir, dari yang semula di atas 1 juta barel kini di kisaran 750 ribu barel sehari.
Begawan migas senior, Prof Dr Subroto, pun buka suara. Menurutnya yang tepat menggambarkan situasi saat ini adalah Indonesia sedang dalam masa transisi. "Masuknya renewable energi, meninggalkan fossil fuel. Pada waktu sekarang ini, peranan bahan bakar fosil secara global harusnya 2030 sudah tidak digunakan lagi. Akan tetapi di Indonesia, renewable baru 9%, berarti energi masih dipenuhi dari fossil fuel," ujarnya saat dijumpai di Konvensi IPA ke 43 di JCC, Rabu (4/9/2019).
Ini yang menjadi problem Indonesia, ketika bahan bakar fosil turun tapi kebutuhan masih tinggi. Produksi minyak turun, sementara gas diperkirakan akan naik. Batu bara masih besar, meski disiapkan akan diganti gas secara bertahap.
Indonesia, kata dia, sebenarnya masih punya banyak cadangan terutama di kawasan timur. "Tapi itu daerah sulit, jadi sekarang harus realistis. Cadangannya ada, potensinya ada."
Tetapi, dibanding negara-negara lain, untuk kembangkan proyek migas negeri ini dinilai masih kurang atraktif. "Kita tuh kurang berikan insentif. Malaysia misalnya. Selama ini kita mesti sadari sedang dalam transisi period, tetapi kebutuhan fossil fuel minyak utamanya dan gas masih besar. Ini perlu banyak sekali insentif untuk tingkatkan akselerasi produksi."
Ia membetulkan bahwa minyak sudah tak sejaya dulu, tapi bukan berarti bisa diabaikan untuk tak dimanfaatkan. "Gas, methanol, gas alam, itu tetap kita kejar."
Para pelaku industri migas yang bergabung dalam Indonesia Petrolium Associaton (IPA) pun buka suara, dalam pembukaan konvensi mereka hari ini President IPA sementara Louise McKenzie mengatakan bahwa migas masih memainkan peranan penting untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi negara.
"Kita harus bekerja bersama untuk ini, populasi Indonesia terus berkembang. Migas memiliki peran signifikan untuk pertumbuhan ekonomi. Sesuatu yang absolute essential untuk pengembangan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan untuk semua orang," ujar Louise yang juga Presiden Exxonmobil Indonesia, Rabu (4/9/2019).
Ia mengatakan secara geologi Indonesia masih atraktif, contohnya adalah temuan blok gas raksasa Sakakemang yang sungguh membanggakan. "Ini bukti bahwa kita harus terus mengembangkan dan mencari sumber migas, kebijakan dan iklim fiskal tentunya perlu dilihat dan harus ada action," katanya.
(gus/gus) Next Article Kejayaan Minyak Disebut Selesai, Kontraktor Migas Buka Suara
Pernyataan Jokowi ini mengundang berbagai reaksi, ada yang sepakat ada yang tidak. Mengingat produksi minyak RI memang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir, dari yang semula di atas 1 juta barel kini di kisaran 750 ribu barel sehari.
Ini yang menjadi problem Indonesia, ketika bahan bakar fosil turun tapi kebutuhan masih tinggi. Produksi minyak turun, sementara gas diperkirakan akan naik. Batu bara masih besar, meski disiapkan akan diganti gas secara bertahap.
Indonesia, kata dia, sebenarnya masih punya banyak cadangan terutama di kawasan timur. "Tapi itu daerah sulit, jadi sekarang harus realistis. Cadangannya ada, potensinya ada."
Tetapi, dibanding negara-negara lain, untuk kembangkan proyek migas negeri ini dinilai masih kurang atraktif. "Kita tuh kurang berikan insentif. Malaysia misalnya. Selama ini kita mesti sadari sedang dalam transisi period, tetapi kebutuhan fossil fuel minyak utamanya dan gas masih besar. Ini perlu banyak sekali insentif untuk tingkatkan akselerasi produksi."
Ia membetulkan bahwa minyak sudah tak sejaya dulu, tapi bukan berarti bisa diabaikan untuk tak dimanfaatkan. "Gas, methanol, gas alam, itu tetap kita kejar."
Para pelaku industri migas yang bergabung dalam Indonesia Petrolium Associaton (IPA) pun buka suara, dalam pembukaan konvensi mereka hari ini President IPA sementara Louise McKenzie mengatakan bahwa migas masih memainkan peranan penting untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi negara.
"Kita harus bekerja bersama untuk ini, populasi Indonesia terus berkembang. Migas memiliki peran signifikan untuk pertumbuhan ekonomi. Sesuatu yang absolute essential untuk pengembangan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan untuk semua orang," ujar Louise yang juga Presiden Exxonmobil Indonesia, Rabu (4/9/2019).
Ia mengatakan secara geologi Indonesia masih atraktif, contohnya adalah temuan blok gas raksasa Sakakemang yang sungguh membanggakan. "Ini bukti bahwa kita harus terus mengembangkan dan mencari sumber migas, kebijakan dan iklim fiskal tentunya perlu dilihat dan harus ada action," katanya.
![]() |
(gus/gus) Next Article Kejayaan Minyak Disebut Selesai, Kontraktor Migas Buka Suara
Most Popular