
Ini Tips Jonan Agar KKKS Bisa Bertahan Bisnis Migas di RI
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
04 September 2019 15:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta agar para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus melakukan efisiensi dalam kegiatan hulu minyak dan gas gumi (Migas).
Jonan menuturkan, pergerakan harga minyak dunia saat ini tidak bisa diprediksi. Pasokan dan permintaan dipengaruhi oleh gejolak politik dunia yang tidak pasti.
Untuk itu, lanjut Jonan, yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan melakukan efisiensi biaya produksi dan eksplorasi. Apalagi, saat ini sudah ada teknologi yang tentunya bisa menciptakan efisiensi.
"Penggunaan teknologi yang lebih maju akan bisa menciptakan efisiensi biaya kerja," kata Jonan saat dijumpai dalam gelaran The 43rd Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition 2019, di Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Dia bilang efisiensi diperlukan untuk membuat bisnis migas tetap bertahan. Sebab jika melihat 10 tahun lalu, harga minyak bisa mencapai US$ 120 per barel, sementara saat ini levelnya sudah berada di bawah US$ 60 per barel.
Ia menilai, apabila tidak melakukan efisiensi dikhawatirkan bisnis migas akan gulung tikar karena harus menanggung biaya tinggi, sementara penerimaan yang bisa didapatkan dari produksi mengalami penurunan akibat harga minyak kian rendah.
"Jadi coba cari caralah, kan KKKS ini besar-besar ada Exxon, ConocoPhillips, Pertamina dan lain-lain. Kalau kita lihat harga minyak kita enggak bisa prediksi. Yg bisa kita lakukan efisiensi bisnis, efisiensi biaya," jelas Jonan.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi(SKK Migas) Dwi Soetjipto. Dia mengatakan selain menggunakan teknologi terbaik, KKKS juga berlu bersinegi. Dia bilang ke depannya akan ada clustering antara upsteam, midstream dan downstream untuk menciptakan efisiensi.
"Ke depan kita bangun clustering 6-7 cluster. Harus ada kerja sama, infrastrukturnya jangan sendiri-sendiri, open access mekanism harus diimplementasikan," ujar Dwi.
Kemudian pengadaan bersama misalnya jika menanggung biaya sendiri akan lebih mahal. Sehingga lebih baik melakukan konsolidasi antarkontraktor.
"Perpanjangan kontrak apabila hanya jangka pendek juga akan lebih mahal, maka diciptakanlah kontrak jangka panjang," pungkas Dwi.
(gus) Next Article Jonan: Sektor Migas Mulai Ditinggalkan Milenial
Jonan menuturkan, pergerakan harga minyak dunia saat ini tidak bisa diprediksi. Pasokan dan permintaan dipengaruhi oleh gejolak politik dunia yang tidak pasti.
"Penggunaan teknologi yang lebih maju akan bisa menciptakan efisiensi biaya kerja," kata Jonan saat dijumpai dalam gelaran The 43rd Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition 2019, di Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Dia bilang efisiensi diperlukan untuk membuat bisnis migas tetap bertahan. Sebab jika melihat 10 tahun lalu, harga minyak bisa mencapai US$ 120 per barel, sementara saat ini levelnya sudah berada di bawah US$ 60 per barel.
Ia menilai, apabila tidak melakukan efisiensi dikhawatirkan bisnis migas akan gulung tikar karena harus menanggung biaya tinggi, sementara penerimaan yang bisa didapatkan dari produksi mengalami penurunan akibat harga minyak kian rendah.
"Jadi coba cari caralah, kan KKKS ini besar-besar ada Exxon, ConocoPhillips, Pertamina dan lain-lain. Kalau kita lihat harga minyak kita enggak bisa prediksi. Yg bisa kita lakukan efisiensi bisnis, efisiensi biaya," jelas Jonan.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi(SKK Migas) Dwi Soetjipto. Dia mengatakan selain menggunakan teknologi terbaik, KKKS juga berlu bersinegi. Dia bilang ke depannya akan ada clustering antara upsteam, midstream dan downstream untuk menciptakan efisiensi.
"Ke depan kita bangun clustering 6-7 cluster. Harus ada kerja sama, infrastrukturnya jangan sendiri-sendiri, open access mekanism harus diimplementasikan," ujar Dwi.
Kemudian pengadaan bersama misalnya jika menanggung biaya sendiri akan lebih mahal. Sehingga lebih baik melakukan konsolidasi antarkontraktor.
"Perpanjangan kontrak apabila hanya jangka pendek juga akan lebih mahal, maka diciptakanlah kontrak jangka panjang," pungkas Dwi.
(gus) Next Article Jonan: Sektor Migas Mulai Ditinggalkan Milenial
Most Popular