Produksi Lapangan Sukowati Naik 10 Ribu Barel, Ini Rahasianya

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
23 August 2019 13:44
Pertamina aplikasikan konsep baru, sukses genjot produksi lapangan Sukowati hingga 10 ribu barel sehari
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mencatat, produksi minyak bumi di Lapangan Sukowati yang dikelola oleh Pertamina EP Aset 4 meningkat menjadi 10.000 Barrel Oil Per Day (BOPD).

Vice President Perencanaan SKK Migas Dadang Rukmana membeberkan peningkatan produksi minyak bumi Lapangan Sukowati terjadi dalam kurun waktu 3 bulan sejak dialih kelola oleh PT Pertamina Aset 4 pada 20 Mei 2018. Dalam periode tersebut, produksi minyak bisa melonjak dari hanya 6000 BOPD menjadi 9.000 BOPD dan sekarang menjadi 10.000 BOPD.



Dadang merinci dari 12 sumur uji coba di Lapangan Sukowati, 9 sumur dapat dihidupkan kembali dengan produksi 400 BOPD hingga 2.000 BOPD. "Ini sangat mungkin konsep ini dilakukan di lapangan (migas) lain," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (23/8/2019).

Uji coba terakhir program ini dilakukan di sumur SKW-12 dan telah memproduksi minyak sebesar 2.230 BOPD. Selanjutnya, kata Dadang, tim SKK Migas - Pertamina EP Aset 4 akan kembali melakukan uji coba di Lapangan Sele-Linda dan Lapangan Poleng.

"Tentunya diharapkan uji coba berikutnya mampu memberikan hasil yang positif dalam upaya Pemerintah meningkatkan produksi migas nasional," pungkas Dadang.

Di sisi lain, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menambahkan, berdasarkan laporan SKK Migas, Lapangan Sukowati telah menerapkan konsep dan strategi baru untuk mengembalikan sumur-sumur yang statusnya stop produksi.

"SKK Migas menerapkan konsep well service melalui sumur-sumur yang statusnya shut-in dengan biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih cepat," kata Agung.

Agung menjelaskan, biaya murah yang dihitung SKK Migas sekitar seperlima dari biaya pemboran sumur baru atau sekitar USD 500 - 900 ribu. Selain itu, Waktu yang dibutuhkan lebih kurang selama 30 hari dan mampu menghasikan produksi 5 kali dibandingkan program pemboran sumur baru. 

"Konsep yang dipakai begitu efisien. Hal seperti ini yang terus didorong oleh Kementerian ESDM di sektor ini," tandasnya.


(gus) Next Article Melihat RS Darurat Covid-19 di Lapangan Simprug

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular