Ekspor Hingga Manufaktur RI Vs Vietnam, Siapa Pemenang?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 August 2019 15:45
Indonesia Perlu Belajar Dari Vietnam
Foto: Buruh bekerja di pabrik mobil Vinfast pada kesempatan upacara pembukaannya di kota Hai Phong, Vietnam 14 Juni 2019. REUTERS / Kham
Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal II-2019 sebesar 3,54% YoY. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding kuartal II-2018 sebesar 3,88%. 

Dari 7 kelompok industri manufaktur, hanya tiga antaranya membukukan percepatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019, yakni industri kimia farmasi dan obat tradisional, tekstil dan pakaian jadi, serta kertas dan barang dari kertas. 

Sementara industri makanan dan minuman masih mengalami pertumbuhan meski melambat dari sebelumnya. Tiga industri lainnya mengalami kontraksi di kuartal II-2019 yakni industri batu bara dan pengilangan migas, alat angkutan, serta industri karet barang dari karet dan plastik. Padahal ketiga industri tersebut di kuartal II-2018 masih mencatat pertumbuhan. 

Kembali ke tiga industri yang mengalami percepatan pertumbuhan, dua di antaranya terbantu gelaran Pemilu 2019 yakni industri tekstil dan pakaian jadi (tumbuh 6,48% YoY), serta kertas dan barang dari kertas (tumbuh 12,49% YoY). Namun, dengan usainya Pemilu, momentum pertumbuhan dua industri tersebut sudah mulai surut, dan diprediksi akan kembali melandai. 

"Pada kuartal III kira-kira istilahnya masih flat, kalau ada lonjakan tidak terlalu mempengaruhi," kata Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Ade juga menyoroti perang dagang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi industri tekstil.

Pangsa ekspor produk tekstil mencapai 8,1% di tahun 2018 dan 8,6% di tahun 2019 berdasarkan proyeksi BI, terbesar ketiga setelah ekspor batubara dan minyak nabati. 

Namun sayangnya ekspor tekstil di kuartal II-2019 berkontraksi 7,1% YoY. Bahkan industri ini sudah mengalami kontraksi kuartal-II 2018, yang berarti kontraksi sudah terjadi dalam empat kuartal beruntun. 

Masalah perang dagang dan pelambatan ekonomi global agaknya tidak harus selalu dijadikan kambing hitam. Negara tetangga, Vietnam masih terus menunjukkan peningkatan ekspor sejak perang dagang berkecamuk. 



Data dari International Trade Center menunjukkan ekspor Vietnam selalu meningkat sejak tahun 2015, bahkan di tahun 2018 terjadi peningkatan yang signifikan. Ekspor Indonesia menurun pada periode 2014-2016, dua tahun terakhir baru menunjukkan peningkatan, tetapi jauh lebih rendah dari Vietnam. 

Di tahun 2014, ekspor Vietnam masih kalah dibandingkan Indonesia, tetapi setelahnya Vietnam terus di atas Indonesia. 

Apa saja produk ekspor Vietnam? 

Lima besar produk ekspor Vietnam yakni Mesin/Peralatan Listrik (HS 58), Alas Kaki (HS 64), Mesin/Pesawat Mekanik (HS 84), Pakaian Jadi Bukan Rajutan (HS 62) dan Pakaian Jadi Rajutan (HS 61). Semua produk ekspor tersebut selalu menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, yang memberikan gambaran bahwa pangsa pasarnya besar dan permintaannya kuat.



Bandingkan dengan tingkat ekspor Indonesia dengan produk yang sama dengan Vietnam cenderung mendatar, dan nilainya sangat jauh di bawah Vietnam. Bisa berarti produk-produk manufaktur Indonesia tidak punya daya saing melawan produk dari Vietnam, sehingga kalah telak. 



Memang produk ekspor andalan Vietnam berbeda dengan Indonesia. Vietnam mengandalkan sektor manufaktur sebagai ekspor, sementara Indonesia masih mengandalkan komoditas barang mentah yang belum memiliki nilai tambah. 

Selain nilai tambahnya rendah, menggantungkan diri kepada komoditas mentah sebagai produk ekspor utama juga tidak baik karena harganya yang begitu berfluktuasi.

(BERLANJUT KE HALAMAN 3) (pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular