PDB Inggris Alami Kontraksi di Q2-2019, Terburuk Sejak 2012

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 August 2019 19:51
Ekonomi Inggris mengalami kontraksi untuk pertama kalinya sejak akhir 2012
Foto: Para pekerja melintasi London Bridge (REUTERS/Paul Hackett)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Inggris mengalami kontraksi untuk pertama kalinya sejak akhir 2012. Rilis data resmi Jumat (9/8/19) menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua menyusut sebesar 0,2%.

Analis sebelumnya memproyeksikan ekonomi akan flat selama periode tersebut.

Akibat pengumuman itu, pound melemah di bawah US$ 1,21 terhadap dolar tetapi segera pulih. Terhadap euro, pound juga melemah. Indeks FTSE 100, yang sering bereaksi terbalik terhadap nasib pound, naik setelah rilis data, tetapi masih di wilayah negatif pada Jumat pagi.

Sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar untuk keseluruhan penurunan, anjlok 2,3% secara kuartalan dalam tiga bulan hingga Juni 2019. Angka itu adalah penurunan kuartalan terbesar sejak tiga bulan pertama tahun 2009.

Secara month-to-month, PDB Juni masih di angka nol, melenceng dari proyeksi kenaikan 0,1%.

Pelambatan dalam output Inggris telah diperkirakan terjadi setelah ada penumpukan persediaan selama kuartal pertama. Penumpukan ini terjadi untuk mengantisipasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang sebelumnya dijadwalkan terjadi pada bulan Maret. Namun, Brexit telah ditunda dan sekarang dijadwalkan untuk dilakukan pada 31 Oktober.

Jika Inggris mencatatkan penurunan lebih lanjut dalam tiga bulan hingga akhir September, maka ekonomi Inggris akan secara resmi masuk ke dalam resesi.

Kepala Ekonom Bisnis di IHS Markit, Chris Williamson, memperingatkan di Twitter bahwa data PMI (Purchasing Managers' Index) saat ini menunjukkan perlambatan lebih lanjut untuk kuartal ketiga. Demikian dilansir CNBC International.




(dru) Next Article Ucapkan Selamat Tinggal Pada Pertumbuhan Ekonomi RI 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular