
Jokowi Siapkan Kebijakan Tak Populer, Harga BBM Jadi Contoh
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 August 2019 19:42

Sanur, CNBC Indonesia- Presiden Joko Widodo mengatakan periode kedua pemerintahannya akan semakin berat karena menghadapi sejumlah tantangan.
Tantangannya mulai dari isu toleransi, radikalisme, dan ancaman global ekonomi. Terutama dengan ramainya isu perang dagang antara AS dan Tiongkok, yang tak cuma mengkhawatirkan Indonesia tapi juga dunia. Belum lagi soal revolusi industri 4.0.
"Membawa perubahan sangat radikal, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat dinamis, dunia berubah sangat cepat ke arah yang sering tidak diduga," kata dia, saat menyampaikan pidatonya di Kongres V PDI Perjuangan, Kamis (8/8/2019).
Belum lagi, lanjutnya, persaingan antar negara kini semakin ketat dan semua ingin jadi pemenang. Sehingga, tidak ada pilihan lain selain bekerja cepat, inovatif, efisien, dan melakukan lompatan terobosan. "Kita harus melakukan lompatan terobosan yang belum kita pikirkan dan siapkan kebijakan tak populer tapi penting untuk rakyat. Yang jelas ujungnya keberpihakan kita kepada rakyat."
Lalu, ia memberikan contoh kebijakan tak populer yang pernah ia ambil yakni pada 2015 ketika memutuskan untuk memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Itu tidak populer, tapi saya paham 70% subsidi BBM dinikmati kelompok menengah dan atas."
Subsidi BBM tadi, lanjutnya, kemudian dipangkas dan dialihkan sebanyak 4-% untuk masyarakat belum sejahtera lewat program PKH (program keluarga harapan), rastra (beras sejahtera), dan lainnya.
(gus/gus) Next Article Pak Jokowi, Ini Dampaknya Kalau Nekat Naikkan Harga BBM
Tantangannya mulai dari isu toleransi, radikalisme, dan ancaman global ekonomi. Terutama dengan ramainya isu perang dagang antara AS dan Tiongkok, yang tak cuma mengkhawatirkan Indonesia tapi juga dunia. Belum lagi soal revolusi industri 4.0.
"Membawa perubahan sangat radikal, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat dinamis, dunia berubah sangat cepat ke arah yang sering tidak diduga," kata dia, saat menyampaikan pidatonya di Kongres V PDI Perjuangan, Kamis (8/8/2019).
Lalu, ia memberikan contoh kebijakan tak populer yang pernah ia ambil yakni pada 2015 ketika memutuskan untuk memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Itu tidak populer, tapi saya paham 70% subsidi BBM dinikmati kelompok menengah dan atas."
Subsidi BBM tadi, lanjutnya, kemudian dipangkas dan dialihkan sebanyak 4-% untuk masyarakat belum sejahtera lewat program PKH (program keluarga harapan), rastra (beras sejahtera), dan lainnya.
(gus/gus) Next Article Pak Jokowi, Ini Dampaknya Kalau Nekat Naikkan Harga BBM
Most Popular