
Kebakaran Hutan
Jokowi Ancam Pecat Jenderal, Ini Fakta Kebakaran Hutan RI
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 August 2019 15:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia masih menjadi persoalan yang sulit untuk diselesaikan dan menjadi permasalahan yang sering terulang.
Kebakaran hutan memang tidak pernah absen setiap tahun di Indonesia. Terutama pada bulan Agustus, dimana biasanya musim kemarau menyebabkan permukaan lahan kering dan berisiko menyulut api di titik panas.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah memberi instruksi kepada Jenderal TNI, Hadi Tjahjanto, dan Kapolri, Tito Karnavian untuk membantu menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan lahan.
"Saya kemarin sudah telepon Panglima TNI, saya minta copot yang tidak bisa mengatasi. Saya telepon lagi tiga atau empat hari yang lalu ke Kapolri, copot kalau enggak bisa mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan," kata Jokowi, Selasa (6/8/2019) kemarin.
Jokowi memang terlihat serius soal masalah ini. Bahkan dirinya dengan tegas menyatakan niatnya untuk 'menyingkirkan' aparat yang tidak mampu membantu mengusir kebakaran.
Bagaimana Potret Kebakaran di Era Jokowi?
Di awal masa jabatan Jokowi, tepatnya pada tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terbilang sangat parah. Kala itu luas lahan yang terbakar mencapai 2,61 juta hektare. Bahkan Bank Dunia (World Bank) menyebut kejadian tersebut sebagai "tindakan kriminal lingkungan hidup terbesar pada abad ke-21".
Memang, salah satu penyebabnya adalah masalah pengelolaan lanskap, di mana pada musim kemarau api sering dipakai untuk membersihkan dan menyiapkan lahan pertanian/perkebunan baru.
Akan tetapi, pada tahun 2015 ada fenomena El Nino yang turut memperparah keadaan. Suhu laut di perairan selatan yang lebih tinggi menyebabkan kemarau panjang dan gagal panen di sejumlah lahan perkebunan. Akibatnya, lahan gambut menjadi sangat rawan terbakar.
Celakanya, kebakaran di lahan gambut menghasilkan asap yang lebih banyak ketimbang kebakaran lahan non-gambut. Selain itu, lahan gambut lebih susah dipadamkan.
Alhasil asap tidak hanya menyelimuti wilayah Indonesia saja, namun sampai ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Pasca bencana tersebut, kebakaran hutan terus berkurang dari tahun ke tahun, hingga mencapai titik terendah di tahun 2017 yaitu hanya seluas 165,4 ribu hektare.
Akan tetapi pada tahun 2018 luas kebakaran kembali meningkat menjadi 501,5 ribu hektare.
Bagaimana Nasib Kebakaran di 2019?
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Kebakaran hutan memang tidak pernah absen setiap tahun di Indonesia. Terutama pada bulan Agustus, dimana biasanya musim kemarau menyebabkan permukaan lahan kering dan berisiko menyulut api di titik panas.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah memberi instruksi kepada Jenderal TNI, Hadi Tjahjanto, dan Kapolri, Tito Karnavian untuk membantu menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan lahan.
Jokowi memang terlihat serius soal masalah ini. Bahkan dirinya dengan tegas menyatakan niatnya untuk 'menyingkirkan' aparat yang tidak mampu membantu mengusir kebakaran.
Bagaimana Potret Kebakaran di Era Jokowi?
Di awal masa jabatan Jokowi, tepatnya pada tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terbilang sangat parah. Kala itu luas lahan yang terbakar mencapai 2,61 juta hektare. Bahkan Bank Dunia (World Bank) menyebut kejadian tersebut sebagai "tindakan kriminal lingkungan hidup terbesar pada abad ke-21".
Memang, salah satu penyebabnya adalah masalah pengelolaan lanskap, di mana pada musim kemarau api sering dipakai untuk membersihkan dan menyiapkan lahan pertanian/perkebunan baru.
Akan tetapi, pada tahun 2015 ada fenomena El Nino yang turut memperparah keadaan. Suhu laut di perairan selatan yang lebih tinggi menyebabkan kemarau panjang dan gagal panen di sejumlah lahan perkebunan. Akibatnya, lahan gambut menjadi sangat rawan terbakar.
Celakanya, kebakaran di lahan gambut menghasilkan asap yang lebih banyak ketimbang kebakaran lahan non-gambut. Selain itu, lahan gambut lebih susah dipadamkan.
Alhasil asap tidak hanya menyelimuti wilayah Indonesia saja, namun sampai ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Pasca bencana tersebut, kebakaran hutan terus berkurang dari tahun ke tahun, hingga mencapai titik terendah di tahun 2017 yaitu hanya seluas 165,4 ribu hektare.
Akan tetapi pada tahun 2018 luas kebakaran kembali meningkat menjadi 501,5 ribu hektare.
Bagaimana Nasib Kebakaran di 2019?
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Next Page
Bagaimana Nasib Kebakaran Hutan 2019?
Pages
Most Popular