
Duh! Listrik Mati 8 Jam, Ritel Ditaksir Rugi Rp200 Miliar
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
05 August 2019 16:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menaksir potensi kerugian ritel di Jakarta mencapai Rp200 miliar akibat pemadaman listrik di DKI Jakarta Minggu (8/7).
Potensi kerugian itu berdasarkan perkiraan didasarkan pada 82 mal dan 2500 toko ritel modern di Jakarta. Saat pemadaman listrik beberapa fasilitas transaksi, telekomunikasi, perbankan sempat terganggu.
"Aprindo menyayangkan pemadaman listrik (black out) yang terjadi di Jabodetabek kemarin Minggu (04/08). Potensi kerugian anggota Aprindo akibat black out ditaksir melebihi Rp200 miliar per 7-8 jam pada 82 mal dan sekitar 2.500 toko ritel modern anggota Aprindo di Jakarta," kata Roy Mandey dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Senin (5/8/2019).
Kerugian besar itu dialami lantaran pemadaman listrik berlangsung sejak pukul 11.50 hingga pukul 22.00 WIB yang merupakan jam operasional ritel modern. Apalagi pemadaman berlangsung di akhir pekan yang merupakan waktu luang untuk masyarakat berkunjung ke gerai ritel modern atau pusat perbelanjaan.
"Potensi kehilangan penjualan terlihat betul, karena masyarakat akhirnya enggan atau membatalkan keinginan berbelanja nya," tambahnya.
Biaya operasional beberapa gerai ikut membengkak akibat penggunaan genset diesel agar gerai tetap buka untuk melayani masyarakat.
"Demi kenyamanan konsumen, kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional. Ini seharusnya tidak perlu kami keluarkan" lanjutnya.
Selain pengusaha ritel, Roy menyoroti kenyamanan masyarakat yang terganggu karena fasilitas seperti jaringan pembayaran elektronik tidak bisa berfungsi normal.
Menurut Roy, PLN seharusnya terlebih dahulu memberikan pengumuman rencana pemadaman listrik kepada pelaku usaha. Jika pelaku usaha akan mempersiapkan cara tetap memberi pelayanan maksimal kepada konsumen.
Begitu juga masyarakat tetap mendapat haknya sebagai konsumen. Ia berharap PLN dapat bertindak lebih cepat dan tanggap apabila ada gangguan gardu listrik.
"Kami setuju bahwa seharusnya PLN mempunyai sistem mumpuni untuk mengantisipasi masalah semacam ini, back up plan yang reaktif terhadap gangguan dan contigency plan yang terencana," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Tidak Ada Listrik, Pusat Belanja Bisa Tutup Lebih Awal
Potensi kerugian itu berdasarkan perkiraan didasarkan pada 82 mal dan 2500 toko ritel modern di Jakarta. Saat pemadaman listrik beberapa fasilitas transaksi, telekomunikasi, perbankan sempat terganggu.
"Aprindo menyayangkan pemadaman listrik (black out) yang terjadi di Jabodetabek kemarin Minggu (04/08). Potensi kerugian anggota Aprindo akibat black out ditaksir melebihi Rp200 miliar per 7-8 jam pada 82 mal dan sekitar 2.500 toko ritel modern anggota Aprindo di Jakarta," kata Roy Mandey dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Senin (5/8/2019).
Kerugian besar itu dialami lantaran pemadaman listrik berlangsung sejak pukul 11.50 hingga pukul 22.00 WIB yang merupakan jam operasional ritel modern. Apalagi pemadaman berlangsung di akhir pekan yang merupakan waktu luang untuk masyarakat berkunjung ke gerai ritel modern atau pusat perbelanjaan.
"Potensi kehilangan penjualan terlihat betul, karena masyarakat akhirnya enggan atau membatalkan keinginan berbelanja nya," tambahnya.
Biaya operasional beberapa gerai ikut membengkak akibat penggunaan genset diesel agar gerai tetap buka untuk melayani masyarakat.
"Demi kenyamanan konsumen, kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional. Ini seharusnya tidak perlu kami keluarkan" lanjutnya.
Selain pengusaha ritel, Roy menyoroti kenyamanan masyarakat yang terganggu karena fasilitas seperti jaringan pembayaran elektronik tidak bisa berfungsi normal.
Menurut Roy, PLN seharusnya terlebih dahulu memberikan pengumuman rencana pemadaman listrik kepada pelaku usaha. Jika pelaku usaha akan mempersiapkan cara tetap memberi pelayanan maksimal kepada konsumen.
Begitu juga masyarakat tetap mendapat haknya sebagai konsumen. Ia berharap PLN dapat bertindak lebih cepat dan tanggap apabila ada gangguan gardu listrik.
"Kami setuju bahwa seharusnya PLN mempunyai sistem mumpuni untuk mengantisipasi masalah semacam ini, back up plan yang reaktif terhadap gangguan dan contigency plan yang terencana," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Tidak Ada Listrik, Pusat Belanja Bisa Tutup Lebih Awal
Most Popular