
Alasan Korut Luncurkan Rudal yang Bisa Bikin Perang Meletus
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
31 July 2019 12:01

Seoul, CNBC Indonesia - Korea Utara (Korut), Rabu (31/7/2019) waktu setempat, lagi-lagi menembakkan dua rudal balistik jarak pendek. Menurut militer Korea Selatan (Korsel), rudal itu diluncurkan Korut dengan maksud menekan Seoul dan Washington DC untuk menghentikan latihan militer.
Peluncuran rudal terbaru Korut berasal dari Semenanjung Hodo, di pantai timur Korut. Menurut Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS), lokasi itu serupa dengan peluncuran sebelumnya, 25 Juli 2019.
Menurut JCS, Korut menembakkan rudal balistik yang meluncur hingga 250 kilometer. Namun, kantor berita Korsel, yaitu Yonhap, menilai peluncuran rudal itu tampak berbeda dari peluncuran sebelumnya.
Juru Bicara Militer AS di Korsel Kolonel Lee Peters mengatakan, "Kami mengetahui laporan tentang peluncuran rudal dari Korea Utara, dan kami akan terus memantau situasi tersebut," seperti dilansir CNBCIndonesia dari Reuters, Rabu (31/07/2019).
Lain halnya dengan Jepang. Kementerian Pertahanan Jepang tidak melihat ada rudal yang melewati wilayah Negeri Sakura maupun zona ekonomi ekslusif (ZEE). Kabar peluncuran itu tidak menjadi ancaman bagi keamanan Jepang.
Sebelumnya, Korut telah melakukan uji coba dua rudal balistik jarak pendek baru pada 25 Juli 2019. Itu merupakan uji coba pertama sejak Kim Jong Un dan Donald Trump bertemu pada 30 Juni lalu. Saat itu, kedua pihak setuju memulai kembali pembicaraan denuklirisasi yang sempat terhenti.
Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri AS belum dapat menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.
Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menganggap remeh peluncuran rudal yang dilakukan pekan lalu. Namun, Pompeo terus mengharapkan kemajuan diplomatik dengan Korut.
Sejak pertemuan Trump dan Kim Jong Un di Zona Demiliterisasi (DMZ), Pyongyang menuduh Washington DC mengingkari janji, dengan berencana mengadakan latihan militer bersama Korsel dan memperingatkan bahwa jika itu terjadi akan membuat pembicaraan gagal kembali.
Perbedaan
Sekadar kilas balik, KTT AS dan Korut di Vietnam, Februari lalu, gagal mewujudkan kata sepakat antara Trump dan Kim. Kedua belah pihak juga gagal untuk menyamakan perbedaan antara tuntutan Washington soal denuklirisasi Pyongyang, dan tuntutan Korut soal sanksi.
Sebelumnya pada Selasa, Trump menegaskan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong Un. Akan tetapi, Trump menambahkan, "Kita akan melihat apa yang terjadi. Saya tidak bisa memberi tahu Anda apa yang akan terjadi."
Pompeo mengaku berharap pembicaraan bisa hidup kembali dan denuklirisasi dapat terlaksana segera. Pompeo dan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho diperkirakan akan bertemu di sela-sela Forum Keamanan Asia Tenggara di Bangkok, Thailand, pekan ini. Akan tetapi, Ri Yong Ho membatalkan perjalanan.
Pompeo mengaku tidak mengharapkan perwakilan Korut hadir di Bangkok. Akan tetapi, jika mereka hadir, dia akan menantikan kesempatan untuk bertemu Ri Yong Ho.
"Kami akan lihat apakah mereka hadir di sana, dan jika mereka ada, saya yakin kami akan bertemu," tambahnya.
Menurut seorang pejabat senior pemerintah AS, seorang pejabat Korut mengatakan kepada National Security Council (NSC) Gedung Putih minggu lalu bahwa pembicaraan akan segera dimulai.
Analis dari Center for the National Interest Harry Kazianis mengatakan, peluncuran rudal terbaru adalah upaya yang jelas dari Korut untuk menekan Washington DC.
"Untuk saat ini, kelihatannya pembicaraan antara AS dan Korut ditunda hingga musim gugur, karena rezim Kim Jong Un tidak akan segera kembali ke diplomasi setelah beberapa uji coba rudal ini," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Korea Utara Tembakkan Rudal ke Arah Jepang, Perang?
Peluncuran rudal terbaru Korut berasal dari Semenanjung Hodo, di pantai timur Korut. Menurut Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS), lokasi itu serupa dengan peluncuran sebelumnya, 25 Juli 2019.
Menurut JCS, Korut menembakkan rudal balistik yang meluncur hingga 250 kilometer. Namun, kantor berita Korsel, yaitu Yonhap, menilai peluncuran rudal itu tampak berbeda dari peluncuran sebelumnya.
Lain halnya dengan Jepang. Kementerian Pertahanan Jepang tidak melihat ada rudal yang melewati wilayah Negeri Sakura maupun zona ekonomi ekslusif (ZEE). Kabar peluncuran itu tidak menjadi ancaman bagi keamanan Jepang.
Sebelumnya, Korut telah melakukan uji coba dua rudal balistik jarak pendek baru pada 25 Juli 2019. Itu merupakan uji coba pertama sejak Kim Jong Un dan Donald Trump bertemu pada 30 Juni lalu. Saat itu, kedua pihak setuju memulai kembali pembicaraan denuklirisasi yang sempat terhenti.
Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri AS belum dapat menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.
Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menganggap remeh peluncuran rudal yang dilakukan pekan lalu. Namun, Pompeo terus mengharapkan kemajuan diplomatik dengan Korut.
Sejak pertemuan Trump dan Kim Jong Un di Zona Demiliterisasi (DMZ), Pyongyang menuduh Washington DC mengingkari janji, dengan berencana mengadakan latihan militer bersama Korsel dan memperingatkan bahwa jika itu terjadi akan membuat pembicaraan gagal kembali.
![]() |
Perbedaan
Sekadar kilas balik, KTT AS dan Korut di Vietnam, Februari lalu, gagal mewujudkan kata sepakat antara Trump dan Kim. Kedua belah pihak juga gagal untuk menyamakan perbedaan antara tuntutan Washington soal denuklirisasi Pyongyang, dan tuntutan Korut soal sanksi.
Sebelumnya pada Selasa, Trump menegaskan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong Un. Akan tetapi, Trump menambahkan, "Kita akan melihat apa yang terjadi. Saya tidak bisa memberi tahu Anda apa yang akan terjadi."
Pompeo mengaku berharap pembicaraan bisa hidup kembali dan denuklirisasi dapat terlaksana segera. Pompeo dan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho diperkirakan akan bertemu di sela-sela Forum Keamanan Asia Tenggara di Bangkok, Thailand, pekan ini. Akan tetapi, Ri Yong Ho membatalkan perjalanan.
Pompeo mengaku tidak mengharapkan perwakilan Korut hadir di Bangkok. Akan tetapi, jika mereka hadir, dia akan menantikan kesempatan untuk bertemu Ri Yong Ho.
"Kami akan lihat apakah mereka hadir di sana, dan jika mereka ada, saya yakin kami akan bertemu," tambahnya.
Menurut seorang pejabat senior pemerintah AS, seorang pejabat Korut mengatakan kepada National Security Council (NSC) Gedung Putih minggu lalu bahwa pembicaraan akan segera dimulai.
Analis dari Center for the National Interest Harry Kazianis mengatakan, peluncuran rudal terbaru adalah upaya yang jelas dari Korut untuk menekan Washington DC.
"Untuk saat ini, kelihatannya pembicaraan antara AS dan Korut ditunda hingga musim gugur, karena rezim Kim Jong Un tidak akan segera kembali ke diplomasi setelah beberapa uji coba rudal ini," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Korea Utara Tembakkan Rudal ke Arah Jepang, Perang?
Most Popular