
Pak Jokowi, Inflasi Boleh Rendah Tapi Impor Jangan Tinggi Ya!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 July 2019 14:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Di periode kedua 2019-2024, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menargetkan laju inflasi tetap terjaga di kisaran 2-4%. Pengendalian inflasi sangat penting bagi negara berkembang seperti Indonesia, karena dapat menjaga daya beli dan konsumsi yang merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi.
"Dalam kurun waktu 2020-2024, kebijakan pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i) Meningkatkan produktivitas terutama pasca panen dan meningkatkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP); (ii) Menurunkan rata-rata inflasi dan volatilitasnya pada 10 komoditas pangan strategis; (iii) Menurunkan disparitas harga antardaerah dengan rata-rata harga nasional, serta menurunkan disparitas harga antarwaktu; (iv) Menjangkar ekspektasi inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; serta (iv) Meningkatkan kualitas statistik," demikian tertuang dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Pengendalian inflasi menjadi salah satu prestasi pemerintahan Jokowi periode pertama 2014-2019. Laju inflasi berhasil dijaga di kisaran 3% sejak pertengahan 2017 hingga sekarang.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi rendah adalah sebuah berkah. Sebab inflasi tinggi sejatinya menjadi khittah bagi negara berkembang, karena permintaan yang masih tumbuh tinggi tanpa bisa diimbangi oleh pasokan.
Inflasi rendah artinya Indonesia mampu menyediakan pasokan yang memadai sementara permintaan terus tumbuh. Namun, terkadang pemenuhan kebutuhan itu memang didatangkan dari luar negeri alias impor karena produksi dalam negeri belum bisa memenuhi.
Misalnya, impor produk sayuran pada Januari-April 2019 tercatat US$ 2,54 miliar. Naik 3,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demi menjaga inflasi dan daya beli, ya memang saat ini pilihannya terbatas.
Impor menjadi opsi paling rasional, ketimbang pasokan di dalam negeri seret dan menyebabkan inflasi yang tidak perlu. Indonesia masih di level ketahanan, belum kedaulatan.
Agar impor tidak tinggi demi menjaga inflasi, produksi dalam negeri mau tidak mau harus ditingkatkan. Entah itu pangan atau produk-produk manufaktur.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
"Dalam kurun waktu 2020-2024, kebijakan pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i) Meningkatkan produktivitas terutama pasca panen dan meningkatkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP); (ii) Menurunkan rata-rata inflasi dan volatilitasnya pada 10 komoditas pangan strategis; (iii) Menurunkan disparitas harga antardaerah dengan rata-rata harga nasional, serta menurunkan disparitas harga antarwaktu; (iv) Menjangkar ekspektasi inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; serta (iv) Meningkatkan kualitas statistik," demikian tertuang dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Pengendalian inflasi menjadi salah satu prestasi pemerintahan Jokowi periode pertama 2014-2019. Laju inflasi berhasil dijaga di kisaran 3% sejak pertengahan 2017 hingga sekarang.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, inflasi rendah adalah sebuah berkah. Sebab inflasi tinggi sejatinya menjadi khittah bagi negara berkembang, karena permintaan yang masih tumbuh tinggi tanpa bisa diimbangi oleh pasokan.
Inflasi rendah artinya Indonesia mampu menyediakan pasokan yang memadai sementara permintaan terus tumbuh. Namun, terkadang pemenuhan kebutuhan itu memang didatangkan dari luar negeri alias impor karena produksi dalam negeri belum bisa memenuhi.
Misalnya, impor produk sayuran pada Januari-April 2019 tercatat US$ 2,54 miliar. Naik 3,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Demi menjaga inflasi dan daya beli, ya memang saat ini pilihannya terbatas.
![]() |
Impor menjadi opsi paling rasional, ketimbang pasokan di dalam negeri seret dan menyebabkan inflasi yang tidak perlu. Indonesia masih di level ketahanan, belum kedaulatan.
Agar impor tidak tinggi demi menjaga inflasi, produksi dalam negeri mau tidak mau harus ditingkatkan. Entah itu pangan atau produk-produk manufaktur.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Ini Caranya TIngkatkan Produksi
Pages
Most Popular