Dugaan Gagal Bayar Duniatex, Ada Masalah dengan Tekstil?

Suhendra, CNBC Indonesia
24 July 2019 12:01
Industri tekstil jadi sorotan terkait ramainya kabar dugaan gagal bayar Duniatex.
Foto: Seorang wanita bekerja di bengkel produsen tekstil di Binzhou, provinsi Shandong, China 11 Februari 2019. (China Daily via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar potensi gagal bayar utang obligasi sebesar US$ 300 juta produsen tekstil Indonesia PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang tergabung dalam Grup Duniatex, mencuat ke publik. Hal ini mendapat respons kalangan dunia usaha termasuk pengusaha di bawah Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).

Ketua Umum API Ade Sudrajat menyampaikan kondisi industri tekstil terkini yang dia bilang "dalam keadaan baik". Ade bilang nilai ekspor ditargetkan tumbuh jadi US$ 14,6 miliar. Namun, penyakit lama soal serbuan barang impor masih jadi persoalan industri yang sering disebut "sunset" ini.



"Kami menyadari bahwa iklim usaha saat ini belum sempurna...khususnya pada sektor impor untuk konsumsi domestik yang berlebihan walau barang tersebut sudah diproduksi di dalam negeri," kata Ade, Rabu (24/7).

Bagaimana sebenarnya peta industri tekstil dan produk tekstil bila dilihat dari neraca perdagangan ekspor-impot?

Data API menunjukkan neraca ekspor-impor produk TPT memang masih positif sepanjang Januari-Mei 2019, masih ada pertumbuhan surplus 10,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Periode Januari-Mei tahun ini ada surplus sebesar US$ 2,1 miliar.

Namun, bila dibedah lebih rinci, ada bolong-bolong yang cukup besar untuk sektor hulu dan hilirnya. Masih ada impor untuk produk tekstil dan pakaian jadi. Impor tekstil tercatat US$ 3,1 miliar dan pakaian jadi ada impor US$ 366 juta, tapi memang ada penurunan dibanding periode sama tahun lalu masing-masing minus 4% dan 5%.



Ekspor tekstil dan pakaian jadi cenderung stagnan dibanding periode yang sama tahun lalu, ekspor tekstil US$ 2 miliar, dan pakaian jadi US$ 3,5 miliar.

Namun, bila ditarik ke belakang, industri TPT memang sedang tak baik-baik saja dari sisi neraca perdagangan. Data Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menunjukkan, rata-rata pertumbuhan ekspor sejak tahun 2007 hingga tahun lalu hanya 3,1% per tahun, tak mampu mengimbangi laju pertumbuhan impor sebesar 12,3% per tahun. Neraca perdagangan TPT Indonesia juga terus tergerus dari surplus US$ 6,7 miliar di tahun 2007 menjadi hanya US$ 3,2 miliar tahun lalu.

Namun, itu baru dari sisi potret soal neraca dagang, belum lagi ada aspek produksi, utilisasi dan lainnya.

(hoi/hoi) Next Article Pak Jokowi, Pabrik Tekstil Terbesar Duniatex Gagal Bayar Lagi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular