Waskita akan Jual Lima Tol, Dua Ruas Tuntas Agustus

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
17 July 2019 15:48
PT Waskita Karya (Persero) Tbk menyatakan bakal melepas kepemilikan sahamnya di 5 ruas tolnya.
Foto: CNBC Indonesia/Exist In Exist
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi BUMN, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) menyatakan bakal melepas kepemilikan sahamnya atau divestasi konsesi dua ruas tol melalui anak usahanya PT Waskita Toll Road.

Manajemen Waskita menyatakan, due diligence atau uji tuntas tengah berjalan dan sudah ada 2 investor yang tertarik, mencakup satu investor lokal dan satu investor asing. Targetnya pada Agustus atau September proses divestasi dua ruas tol selesai.

"Mengerucutnya menyisakan 1 investor asing dan 1 investor lokal. Nanti dicari yang lebih menguntungkan," kata Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto dalam interviewnya di Program Closing Bell, CNBC Indonesia, Rabu (17/7/2019).

Saat ini Waskita Toll Road berencana menjual lima ruas dari 18 jalan tol yang dikelola perseroan. Penjualan lima ruas jalan tol tersebut dilakukan dengan cara divestasi saham, untuk tahap pertama akan dijual dua ruas terlebih dahulu. 



Ruas tol milik Waskita yang akan dijual adalah rula Solo-Ngawi 90 Km dan Ngawi-Kertosono 87 Km. Investor yang serius dari Hong Kong.

"Untuk dua ruas ini di Trans Jawa. Diharapkan Agustus-September sudah bisa selesai due dilligence-nya, kita bisa putuskan," ungkap Herwidiakto.

Menurutnya, penjualan ruas tol ini nantinya membantu leverage perseroan guna ekspansi pembangunan tol lebih luas. Ia bilang dari 18 ruas tol, sebanyak 6-8 ruas akan dipertahankan sebagai recurring income atau pendapatan berkelanjutan.

"Lebih jauh masih ada 6-8 ruas nantinya yang akan dilepas. Sementara kita juga nambah lagi. Ini nanti membantu leverage perusahaan," terang Herwidiakto.

Dari 18 ruas tol yang dimiliki Waskita, 10 ruas yang menjadi saham mayoritas perseroan. Di 2025 nantinya, Waskita Toll Road akan menambahkan hingga 6 ruas tol baru.

"Tahun ini yang sudah hampir final adalah Jembatan Tol Teluk Balikpapan, 9 Km. Kemudian ada Tol Mojokerto, Kertosono-Kediri, dan kemudian ada lagi yang sama Jasa Marga yakni Demak-Gresik," tuturnya.

Ini Daftar 18 ruas tol yang dimiliki Waskita:
  1. Kanci-Pejagan 35 kilometer (KM), kepemilikan Waskita 77,69%
  2. Pejagan-Pemalang 57 km, kepemilikan Waskita 99,99%
  3. Ciawi-Sukabumi 54 km, kepemilikan Waskita 99,99%
  4. Pasuruan-Probolinggo 31 km, kepemilikan Waskita 99,99%
  5. Bekasi-Cawang-Kampung Melayu 21 km, kepemilikan Waskita 98,97%
  6. Kayu Agung-Palembang-Betung 112 km, kepemilikan Waskita 98%
  7. Cimanggis-Cibitung 26 km, kepemilikan Waskita 90%
  8. Pemalang-Batang 39 km, kepemilikan Waskita 60%
  9. Krian-Legundi-Bunder-Manyar 38 km, kepemilikan Waskita 55%
  10. Cibitung-Cilincing 35 km, kepemilikan Waskita 55%
  11. Solo-Ngawi 90 km, kepemilikan Waskita 40%
  12. Ngawi-Kertosono 87 km, kepemilikan Waskita 40%
  13. Semarang-Batang 75 km, kepemilikan Waskita 40%
  14. Cinere-Serpong 10 km, kepemilikan Waskita 35%
  15. Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi 62 km, kepemilikan Waskita 30%
  16. Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat 143 km, kepemilikan Waskita 30%
  17. Depok-Antasari 22 km, kepemilikan Waskita 25%
  18. Cileunyi-Sumedang-Dawuan 60 km, kepemilikan Waskita 15%

Sebenarnya tak hanya ini, ada beberapa BUMN lagi yang telah menerapkan sekuritisasi aset atau 'penjualan aset' untuk mendapatkan 'fresh money'. Bagaimanapun penjualan perlu sebagai antisipasi utang perseroan yang tinggi. Tahun lalu, WSKT membukukan total utang paling tinggi di antara BUMN Karya lain dengan perolehan mencapai Rp 95,5 triliun.

Angka ini tumbuh hampir 4 kali lipat (363,5%) dibandingkan tahun 2015. Capaian ini menjadi perusahaan mencatatkan pertumbuhan utang tertinggi dibanding 6 emiten karya lainnya.

Lebih lanjut, tingkat hutang yang tinggi bukan menjadi persoalan jika dibarengi dengan performa likuiditas yang baik.

Nah, salah satu rasio keuangan yang umum digunakan untuk menganalisa tingkat likuiditas suatu perusahaan adalah debt-to-equity ratio (DER).

DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas (yang diatribusikan pada pemilik induk). DER bisa juga menandakan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.

Tol Dibangun (Dari Utang), Tol Dijual (Ke Asing)Foto: Performa DER Emiten Karya


Dari tabel di atas terlihat bahwa tahun lalu, emiten karya yang memiliki resiko kredit tertinggi adalah WSKT. Sementara, emiten dengan perolehan DER terendah adalah PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

Dengan nilai DER yang lebih dari 5 kali lipat, bisa dibilang cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, resiko perusahaan untuk tidak mampu membayar utang-utangnya jauh lebih besar.

Beberapa analis ada yang berpendapat bahwa nilai DER lebih dari 2 tidak mengapa bagi perusahaan berskala besar, apalagi yang sumber pemasukannya dari proyek pembangunan. Namun, kondisi tersebut tetap harus diwaspadai.


(wed) Next Article Sama dengan Erick, Basuki Belum Setuju Holding BUMN Karya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular