
5 Tahun Kawal Gejolak Rupiah, Mirza Adityaswara Pamit dari BI
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
08 July 2019 06:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 24 Juli 2019 nanti, Mirza Adityaswara akan mengakhiri jabatannya sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI). Selama 5 tahun lebih, Mirza menduduki posisi 'BI 2' di tengah pasang surut kondisi ekonomi dunia dan Indonesia, serta gejolak rupiah.
Mirza sudah dua periode menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior BI. Dia pertama kali menduduki jabatan tersebut pada Okeobter 2013 hanya selama 10 bulan, karena menggantikan Darmin Nasution yang naik menjadi Gubernur BI. Darmin menggantikan Boediono yang menjadi Wakil Presiden kala itu.
"Posisi Deputi Gubernur Senior kosong, dan baru diisi kembali pada waktu periode Pak Gubernur Agus Martowardojo, menggunakan term Pak Darmin yang tersisa 10 bulan," kata Mirza di Bali, akhir pekan lalu. Dia mengenang saat itu terpilih setelah bersaing dengan Anton Gunawan.
Dua periode jabatan Deputi Gubernur Senior BI dilalui Mirza dengan tidak mudah. Saat dia masuk ke BI di Oktober 2013, kurs atau nilai tukar rupiah tengah digoyang keras. Karena kebijakan kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
"Kenaikan suku bunga acuan di AS membuat kurs bergejolak terutama di negara yang mengalami current account deficit (CAD)," kata Mirza.
Belum lagi, pemerintah melakukan pengendalian defisit anggaran dengan mengurangi subsidi, baik itu listrik atau BBM. Efeknya harga-harga naik, dan inflasi melonjak.
"Dana asing keluar besar di 2014. Akibatnya kurs rupiah melemah dari Rp 10.000/US$ ke Rp 13.000/US$. Sudah pakai bunga acuan naik dan intervensi rupiah," ujar Mirza.
Intervensi rupiah yang dilakukan BI kala itu, membuat cadangan devisa turun ke US$ 92 miliar. "Entah apa yang akan terjadi pada rupiah bila tidak dikendalikan," kata Mirza.
Saat itu, BI juga melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuannya. Namun kondisi perlahan membaik, di 2015.
"CAD dan inflasi terkendali. Pengetatan moneter beralih menjadi longgar di 2016-2017. Di 2013-2014 memang bukan era yang mudah, saat kami melakukan pengetatan moneter," ujarnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menunjuk Destry Damayanti sebagai calon Deputi Gubernur Senior BI pengganti Mirza. Destry dan Mirza satu almamater di Universitas Indonesia (UI). Perjalanan karir keduanya hampir mirip.
Destry sedang melakukan proses fit and proper test di DPR. "Kalau lancar, setelah 24 Juli ada Deputi Gubernur Senior baru di BI," tutur Mirza.
Ke mana Mirza akan melanjutkan karirnya? Pria kelahiran 19 April 1965 ini hanya senyum-senyum saja dan tak mau menjawab atau bahkan mengungkapkan keinginannya.
(wed/wed) Next Article Kunjungi Tarakan, DGS BI Ajak Daerah Jaga Rupiah
Mirza sudah dua periode menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior BI. Dia pertama kali menduduki jabatan tersebut pada Okeobter 2013 hanya selama 10 bulan, karena menggantikan Darmin Nasution yang naik menjadi Gubernur BI. Darmin menggantikan Boediono yang menjadi Wakil Presiden kala itu.
"Posisi Deputi Gubernur Senior kosong, dan baru diisi kembali pada waktu periode Pak Gubernur Agus Martowardojo, menggunakan term Pak Darmin yang tersisa 10 bulan," kata Mirza di Bali, akhir pekan lalu. Dia mengenang saat itu terpilih setelah bersaing dengan Anton Gunawan.
"Kenaikan suku bunga acuan di AS membuat kurs bergejolak terutama di negara yang mengalami current account deficit (CAD)," kata Mirza.
Belum lagi, pemerintah melakukan pengendalian defisit anggaran dengan mengurangi subsidi, baik itu listrik atau BBM. Efeknya harga-harga naik, dan inflasi melonjak.
"Dana asing keluar besar di 2014. Akibatnya kurs rupiah melemah dari Rp 10.000/US$ ke Rp 13.000/US$. Sudah pakai bunga acuan naik dan intervensi rupiah," ujar Mirza.
Intervensi rupiah yang dilakukan BI kala itu, membuat cadangan devisa turun ke US$ 92 miliar. "Entah apa yang akan terjadi pada rupiah bila tidak dikendalikan," kata Mirza.
Saat itu, BI juga melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuannya. Namun kondisi perlahan membaik, di 2015.
"CAD dan inflasi terkendali. Pengetatan moneter beralih menjadi longgar di 2016-2017. Di 2013-2014 memang bukan era yang mudah, saat kami melakukan pengetatan moneter," ujarnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menunjuk Destry Damayanti sebagai calon Deputi Gubernur Senior BI pengganti Mirza. Destry dan Mirza satu almamater di Universitas Indonesia (UI). Perjalanan karir keduanya hampir mirip.
Destry sedang melakukan proses fit and proper test di DPR. "Kalau lancar, setelah 24 Juli ada Deputi Gubernur Senior baru di BI," tutur Mirza.
Ke mana Mirza akan melanjutkan karirnya? Pria kelahiran 19 April 1965 ini hanya senyum-senyum saja dan tak mau menjawab atau bahkan mengungkapkan keinginannya.
(wed/wed) Next Article Kunjungi Tarakan, DGS BI Ajak Daerah Jaga Rupiah
Most Popular