Ulasan Semester I-2019

Duh, Inflasi Pangan Semester I-2019 Tertinggi di Era Jokowi

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 July 2019 21:03
Inflasi terbesar di semester I-2019 ada pada kelompok barang Bahan Makanan, dan merupakan tertinggi di era Jokowi.
Foto: Bawang Merah di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC IndonesiaInflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian sebuah bangsa. Pasalnya, inflasi mencerminkan kenaikan harga sejumlah komoditas di tingkat konsumen. Kala inflasi tak terkendali, konsumen akan terpapar risiko penurunan daya beli. Ujung-ujungnya, tingkat konsumsi, yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan ekonomi bisa terganggu.

Terutama di Indonesia, di mana konsumsi masih menyumbang lebih dari separuh Produk Domestik Bruto.

Bagaimana Rapot Inflasi Semester I Era Jokowi-Jusuf Kalla?

Siang tadi (1/7/2019) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi bulan Juni 2019 di angka 0,55% month-on-month (MoM).  Dengan begitu, tingkat inflasi tahun kalender Indonesia hingga akhir semester I-2019 (Januari-Juni 2019) telah mencapai 2,05%.

Berdasarkan catatan BPS, tingkat inflasi tahun kalender di semester I-2019 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Per akhir semester I-2018, tingkat inflasi tahun kalender secara umum berada di posisi 1,9%.

Padahal, target inflasi pemerintah tahun 2019 dan tahun 2018 sama-sama sebesar 3,5%. Sementara realisasi inflasi sepanjang tahun 2018 sudah mencapai 3,13% atau hanya 37 basis poin di bawah target pemerintah.



Selain itu, kondisi tahun 2019 dan 2018 juga tidak jauh berbeda, dimana lebaran sama-sama jatuh di bulan Juni. Artinya, perhitungan kenaikan harga akibat lonjakan konsumsi di bulan Ramadan hingga hari raya Idul Fitri juga masuk di semester I.

Bila kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin inflasi tahun 2019 akan menembus target pemerintah yang sebesar 3,5%.

Siapa yang Jadi Biang Kerok?

Bila ditilik lebih dalam, inflasi terbesar di semester I-2019 ada pada kelompok barang Bahan Makanan, yaitu sebesar 4,97%. Bahkan inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam masa kepemimpinan Jokowi periode 2014-2019.



Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), kenaikan harga sejumlah bahan pangan di tahun 2019 memang lebih tinggi dibanding tahun 2018.

Salah satu contohnya adalah komoditas bawang putih. Harga bawang putih rata-rata nasional tertinggi sepanjang semester I-2019 tercatat sebesar Rp 64.050/kg. Padahal sepanjang semester I-2018, bawang putih paling mahal hanya Rp 36.050/kg. Artinya ada kenaikan harga tertinggi hingga 77,67%.

Ada pula komoditas cabai merah yang mana paling mahal tercatat sebesar Rp 63.500/kg di semester I-2019. Sementara pada semester I-2018 cabai merah paling mahal hanya Rp 47.650/kg. Ada kenaikan harga tertinggi hingga 33,26%.

Sama halnya dengan komoditas bawang merah, dimana paling sempat melonjak ke posisi Rp 42.500/kg sepanjang semester I-2019. Ada lonjakan harga tertinggi sebesar 12,29% dibanding tahun sebelumnya.



Melihat fakta tersebut, harus diakui memang ada gejolak harga Bahan Makanan yang tidak biasa di tahun 2019. Setidaknya hingga tengah tahun.

Artinya, pemerintah selayaknya melakukan upaya yang ekstra untuk mengendalikan harga bahan pangan di paruh kedua 2019.

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution pun sebenarnya sudah sadar akan hal ini. Menurutnya, apabila pemerintah tidak berupaya serius untuk menurunkannya, maka tingkat inflasi akhir tahun dapat lebih dari 4%.

"Inflasi itu kan bisa diturunkan, itu bedanya dengan yang lain. Artinya, harus ada upaya sungguh-sungguh supaya dia tetap di kisaran 3,5 persen. Kalau nggak, itu akan di atas 4 persen," ujar Darmin di kantornya , Senin (1/7/2019).



TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Kemarau Panjang, Waspada Kenaikan Inflasi Hingga Agustus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular