Inflasi Juni 2019 Melambat, Ini Faktor Lengkapnya

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 July 2019 12:11
Tingkat inflasi bulanan Indonesia pada bulan Juni 2019 diumumkan sebesar 0,55% (month-on-month/MoM)
Foto: Bazzar emas di kantor pusat pegadaian, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi bulanan pada Juni 2019 diumumkan sebesar 0,55% (month-on-month/MoM) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari Senin (1/7/2019).

Angka tersebut lebih kecil dibanding bulan Mei 2019 yang sebesar 0,66% MoM dan juga di bawah inflasi Juni 2018 yang mencapai 0,59% MoM.

Sementara tingkat inflasi tahunan bulan Juli 2019 dibacakan sebesar 3,28% (year-on-year/YoY), lebih kecil ketimbang Mei 2019 yang sebesar 3,32% YoY. Namun lebih tinggi dibanding Juni 2018 yang mencapai 3,12% YoY.

Secara umum, penurunan inflasi pada bulan Juni disebabkan karena Ramadan di tahun 2019 yang hampir penuh terjadi sepanjang Mei. Kenaikan harga sepanjang bulan Ramadan lumrah menjadi yang tertinggi karena konsumsi rumah tangga yang mencapai puncaknya. Maka dari itu wajar apabila kenaikan harga bulan setelah Ramadan agak melandai.

Sumber: Badan Pusat Statistik


Penyebab utama inflasi bulan Juni 2019 adalah kenaikan harga pada kelompok barang Bahan Makanan. Inflasi pada kelompok bahan makanan mencapai 1,63% MoM dengan andil sebesar 0,38%.

Beberapa komoditas yang memberi andil inflasi terbesar pada kelompok bahan makanan adalah cabai merah (andil 0,2%), ikan segar (andil 0,05%), aneka sayuran (0,01%). Sementara ada pula komoditas yang memberi andil deflasi pada kelompok bahan makanan, seperti bawang putih (andil -0,06%), daging ayam ras, dan telur ayam ras (andil -0,02%).

Kelompok barang yang mengalami inflasi terbesar kedua adalah Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, yakni sebesar 0,59% MoM dengan andil 0,1%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada kelompok ini adalah nasi dengan lauk pauk sebesar 0,02%.



Selain itu, ada pula inflasi yang terjadi pada kelompok barang Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar, yaitu sebesar 0,17% MoM dengan andil 0,04%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disebabkan kenaikan upah Asisten Rumah Tangga (ART). Maklum, setelah lebaran, permintaan akan ART biasanya meningkat.

Sementara inflasi pada kelompok Sandang yang sebesar 0,81% MoM dengan andil 0,05% utamanya disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan. Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, kenaikan harga emas paling tinggi terjadi di kota Serang, Tarakan, dan Ternate yang mencapai 5%.

Kenaikan harga emas perhiasan di Indonesia tampaknya sejalan dengan lonjakan harga emas global. Tercatat harga emas di pasar spot naik hingga 7,47% sepanjang bulan Juni 2019. Risiko eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat emas banyak diborong sebagai instrumen pelindung nilai (hedging).

Sumber: Badan Pusat Statistik


Ditinjau menurut komponen pembentuknya, inflasi inti pada Juni 2019 tercatat sebesar 0,38% MoM atau 3,25% YoY. Angka tersebut lebih rendah tinggi ketimbang inflasi inti Mei 2019 yang hanya 0,27% MoM atau 3,12% YoY.

Sebagai informasi, inflasi inti mencerminkan perubahan harga yang murni disebabkan mekanisme pasar. Perhitungan inflasi inti tidak memasukkan komponen barang yang diatur pemerintah (administer price) dan bergejolak (volatile).

Kenaikan angka inflasi inti menunjukkan lapangan usaha memiliki ruang untuk menaikkan harga karena peningkatan permintaan. Namun perlu diwaspadai bila terus meningkat karena dapat mengancam daya beli masyarakat.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(dru) Next Article Tak Seperti Ramadan Biasanya, Inflasi April Cuma 0,08%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular