
PLN Cari Pinjaman Hingga US$ 2 Miliar
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
27 June 2019 18:14

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) mencatatkan posisi total utang perusahaan mencapai Rp 394,2 triliun hingga kuartal I-2019. Besaran utang ini mengalami peningkatan dari posisi akhir 2018 yang angkanya Rp 387,4 triliun.
Plt Direktur Utama PLN, Djoko Abumanan, menjelaskan utang tersebut digunakan oleh PLN untuk pendanaan berbagai macam proyek infrastruktur di sektor kelistrikan. Misalnya, pembangunan pembangkit listrik, penambahan transmisi, dan jaringan.
"Dalam kurun waktu sejak akhir 2015 hingga kuartal pertama 2019, penambahan utangnya sebesar Rp 160,7 triliun (sudah termasuk dalam Rp 394,2 triliun)," ujar Djoko saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Lebih lanjut Djoko menyebutkan, jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan tambahan penyerapan investasi di periode yang sama Rp 334,7 triliun. Dengan begitu, lanjut Djoko, hal tersebut menunjukkan keuangan PLN yang sehat karena dapat memanfaatkan sumber pendanaan internal.
Adapun, dari jumlah posisi utang saat ini, bila dirinci terbagi atas mata uang dolar AS setara Rp 214,9 triliun, mata uang rupiah Rp 135,14 triliun, mata uang yen Jepang setara Rp 40,57 triliun, mata uang Euro setara Rp 3,4 triliun dan lainnya Rp 119 miliar.
Posisi utang yang masih aman dan terjaga juga ditandai dengan total aset PLN yang hingga kuartal I-2019 yang sebesar Rp 1.500 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding posisi akhir tahun yang sebesar Rp 1.492 triliun
"90% aset tetap dan 10% aset tidak tetap atau 62% ekuiti, 27% utility jangka panjang dan 11% utility jangka pendek," jelas Djoko.
Di sisi lain, Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto, mengatakan perusahaan berencana menambah utang pada kuartal 3 atau kuartal 4 tahun ini. Sebab, perusahaan sudah mulai melakukan banyak pembayaran.
"Bayar-bayar investasi. Dulu saya katakan, investasi kami setiap tahun kan antara Rp 80-90 triliun," kata Sarwono ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Untuk besarannya, diperkirakan US$ 1-2 miliar. Namun, hal ini tergantung juga dari kecukupan dana perusahaan. Bentuk utangnya pun, lanjut Sarwono bisa dalam bentuk obligasi atau pinjaman kepada bank.
"Utangnya bisa macam-macam, bisa global bond, bisa pinjam langsung ke bank, pilihannya selalu saya katakan tergantung dari situasi pasar. Kalau pasarnya bagus di pinjaman ya pinjaman. Pokoknya lihat dulu nanti," pungkas Sarwono.
(wed/wed) Next Article Pemerintah Kucurkan Rp 3 T Untuk Insentif Biaya Listrik
Plt Direktur Utama PLN, Djoko Abumanan, menjelaskan utang tersebut digunakan oleh PLN untuk pendanaan berbagai macam proyek infrastruktur di sektor kelistrikan. Misalnya, pembangunan pembangkit listrik, penambahan transmisi, dan jaringan.
"Dalam kurun waktu sejak akhir 2015 hingga kuartal pertama 2019, penambahan utangnya sebesar Rp 160,7 triliun (sudah termasuk dalam Rp 394,2 triliun)," ujar Djoko saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Lebih lanjut Djoko menyebutkan, jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan tambahan penyerapan investasi di periode yang sama Rp 334,7 triliun. Dengan begitu, lanjut Djoko, hal tersebut menunjukkan keuangan PLN yang sehat karena dapat memanfaatkan sumber pendanaan internal.
Adapun, dari jumlah posisi utang saat ini, bila dirinci terbagi atas mata uang dolar AS setara Rp 214,9 triliun, mata uang rupiah Rp 135,14 triliun, mata uang yen Jepang setara Rp 40,57 triliun, mata uang Euro setara Rp 3,4 triliun dan lainnya Rp 119 miliar.
Posisi utang yang masih aman dan terjaga juga ditandai dengan total aset PLN yang hingga kuartal I-2019 yang sebesar Rp 1.500 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding posisi akhir tahun yang sebesar Rp 1.492 triliun
"90% aset tetap dan 10% aset tidak tetap atau 62% ekuiti, 27% utility jangka panjang dan 11% utility jangka pendek," jelas Djoko.
Di sisi lain, Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto, mengatakan perusahaan berencana menambah utang pada kuartal 3 atau kuartal 4 tahun ini. Sebab, perusahaan sudah mulai melakukan banyak pembayaran.
"Bayar-bayar investasi. Dulu saya katakan, investasi kami setiap tahun kan antara Rp 80-90 triliun," kata Sarwono ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Untuk besarannya, diperkirakan US$ 1-2 miliar. Namun, hal ini tergantung juga dari kecukupan dana perusahaan. Bentuk utangnya pun, lanjut Sarwono bisa dalam bentuk obligasi atau pinjaman kepada bank.
"Utangnya bisa macam-macam, bisa global bond, bisa pinjam langsung ke bank, pilihannya selalu saya katakan tergantung dari situasi pasar. Kalau pasarnya bagus di pinjaman ya pinjaman. Pokoknya lihat dulu nanti," pungkas Sarwono.
(wed/wed) Next Article Pemerintah Kucurkan Rp 3 T Untuk Insentif Biaya Listrik
Most Popular