Penjualan Mobil LCGC Anjlok, Taksi Online Penyebabnya?

Redaksi, CNBC Indonesia
25 June 2019 14:33
Beberapa bulan terakhir penjualan mobil LCGC dalam tren terus turun, kenapa ya?
Foto: Istimewa
Jakarta - CNBC Indonesia - Penjualan "mobil murah" atau yang biasa disebut sebagai low cost and green car (LCGC) kembali turun pada Mei 2019 maupun sepanjang tahun ini. Biang keroknya ada faktor keberadaan taksi online dan masalah pembiayaan.

Pada Mei 2019, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) total penjualan LCGC hanya mencapai 18.271 unit sedangkan pada 2018 sempat mencapai 21.982 unit atau turun 16%. Sepanjang tahun ini, penjualan LCGC belum pernah menyentuh angka 20.000 unit.



Sepanjang Januari-Mei 2019, penjualan mobil LCGC juga turun, hanya terjual 90.065 unit, sedangkan di periode yang sama 2018 sempat mencapai 105.009 unit. Toyota Calya sepanjang Januari-Mei 2019 terjual sebanyak 17.925 unit, sedangkan LCGC lain Toyota, Toyota Agya lebih sedikit yakni 10.298 unit.

Pangsa pasar LCGC masih dipegang oleh Grup Astra melalui Toyota dan Daihatsu. Namun, penguasaan pangsa pasar Astra pada segmen ini juga mengalami penyusutan, pada Mei Astra masih memimpin pangsa pasar 74% atau sebanyak 13.511 unit, sedikit menurun dibandingkan April 2019 yang sempat 76% setara 14.665 unit.

Direktur Pemasaran PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy menjelaskan ada dua faktor pemicu segmen LCGC ini mengalami penurunan penjualan, antara lain faktor taksi online dan perusahaan pembiayaan.



"Ada dua faktor pertama penggunaan Calya untuk taksi online cukup tinggi (yang kemudian meningkatkan penjualan di saat itu) dan kedua kemampuan leasing untuk mengambil (mobil) ini lebih tinggi. Pada 2016-2017 daya serap leasing lebih kuat dibanding tahun 2018 akhir, jadi 2018 semester kedua sudah cukup menurun. Jadi faktornya ada online taksi, dan leasing, dan memang produknya sudah tidak baru, dan segmen yang dulu enggak beli sudah beli," kata Anton seperti dikutip dari detikcom.

Anton mengatakan penurunan ini karena persoalan kembali normalnya permintaan LCGC akibat booming taksi online beberapa tahun lalu. Saat LCGC mengalami masa puncak permintaan, lalu kini sudah normal kembali sehingga terlihat ada tren penurunan.

Pada 2016-2017 adalah puncak permintaan kenaikan LCGC karena permintaan taksi online. Anton mencontohkan puncak dari Toyota Calya terjadi pada awal-awal launching, karena konsumen yang kemampuan daya belinya terbatas, akhirnya bisa membeli mobil. Selain itu banyak pengguna Calya yang menggunakan mobil ini menjadi mobil taksi online sehingga permintaan mobil meningkat.

"Ini sudah normal permintaannya, di angka ini sudah alamiah. Bukan jenuh juga, karena ini memang normalnya di level 5.000an untuk Calya, sebelumya pernah 7.000, 6.000, tapi memang 5.000 ini masih level normal," ujarnya.

Faktor lain adalah berkembangnya taksi online justru berdampak pada orang agar tak perlu repot-repot memiliki kendaraan pribadi khususnya LCGC yang sebelumnya dianggap sebagai mobil harga terjangkau.

"Transportasi makin bagus, LRT ada, Taxi sharing ada, orang jadi merasa enggak perlu (mobil pribadi). Dengan naik taksi online orang enggak perlu mikir lahan parkir dan maintenance. Dan pakainya pun hanya sekali-kali," kata Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Franciscus Soerjopranoto Maret 2019 lalu.


(hoi/hoi) Next Article PPnBM akan Naik, Masihkah Agya Cs Jadi Mobil Murah?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular