Tiket Mahal, Kemenhub Minta Maskapai Tegur Traveloka Cs
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
31 May 2019 09:39
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perhubungan memberi penjelasan terkait keresaham masyarakat yang ramai membicarakan mahalnya harga tiket pesawat untuk rute-rute tertentu menjelang liburan Lebaran 2019.
Tiket Bandung-Medan atau Jakarta-Makassar misalnya, di platform aplikasi penjualan tiket seperti Traveloka.com atau Tiket.com, bisa dijual 5-6 kali lipat dari harga normal.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti menegaskan, pihaknya telah meminta maskapai untuk mengingatkan dan menegur mitra penjual/agen untuk tidak menampilkan harga yang tidak masuk akal karena penerbangan harus melalui beberapa kali transit.
"Karena yang muncul di layar aplikasi konsumen, harga tiket jadi tidak masuk akal. Kalau maskapai tidak diingatkan untuk menegur mitra mereka, ini akan merugikan reputasi maskapai sendiri, sekaligus membuat calon penumpang menjerit," ujar Polana seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (31/5/2019).
Polana mengatakan, di kala permintaan tiket pesawat melonjak seperti musim Lebaran tahun ini, munculnya harga yang tidak masuk akan membuat publik makin kebingungan dan menurunkan kepercayaan terhadap pelayanan dalam industri penerbangan.
Tiket yang dijual di aplikasi bukanlah tiket penerbangan langsung sesuai tujuan. Untuk rute Bandung-Medan misalnya, tiket yang ditawarkan adalah melalui transit Denpasar dan Jakarta, baru terbang ke Medan. Bagaimana dengan Jakarta-Makassar? Penerbangan yang ditawarkan harus transit melalui Jayapura, baru terbang lagi ke barat dari Jayapura ke Makassar.
Mengapa terjadi?
Aplikasi penjualan tiket menawarkan pilihan sesuai dengan rute dan tanggal yang sudah dipilih oleh calon penumpang. Setelah calon penumpang memilih rute dan tanggal, mesin aplikasi akan mencarikan semua jadwal penerbangan yang tersedia untuk rute tersebut pada tanggal yang telah dipilih.
Aplikasi kemudian akan memfilter jadwal yang masih tersedia, lalu menampilkannya di layar aplikasi pelanggan. Di layar, pelanggan bisa mengurutkan berdasarkan harga yang ditawarkan, termasuk memfilter jenis-jenis maskapai tertentu.
Karena berbasis mesin algoritma, maka aplikasi akan menyediakan semua pilihan yang tersedia, termasuk apabila rute penerbangannya harus transit melalui bandara-bandara tertentu. Pada musim ramai seperti mudik Lebaran, penerbangan langsung untuk tanggal-tanggal favorit biasanya sudah tidak tersedia.
Calon penumpang yang membeli di waktu yang mepet dengan tanggal keberangkatan, akan disodori pilihan penerbangan yang masih tersisa, termasuk apabila harus transit.
Pencarian rute yang dipilih calon konsumen tentu saja menggunakan mesin. Mesin akan memasukkan harga tiket sesuai dengan rute penerbangan yang masih tersedia, sehingga apabila diakumulasi harganya melonjak berkali-kali lipat dibandingkan dengan penerbangan langsung.
Dalam peraturan di industri penerbangan, penumpang akan dibebani biaya tambahan seperti pajak, iuran wajib asuransi, dan passenger service charge (PSC) untuk penerbangan ke setiap titik. Apabila rute yang dipilih konsumen harus transit di 2 bandara, maka ia akan dikenai tambahan biaya sebanyak tiga kali, yakni biaya di bandara keberangkatan dan dua bandara transit.
Lalu, bagaimana mungkin rute Jakarta-Makassar ditawarkan harus transit ke Jayapura terlebih dahulu? Atau untuk rute Bandung-Medan, calon penumpang harus terbang ke Denpasar terlebih dahulu?
Karena berdasarkan mesin dalam aplikasi penjualan tiket online, penerbangan untuk jadwal yang dipilih calon penumpang pada tanggal tersebut, tinggal itulah satu-satunya pilihan yang tersedia, sedangkan pilihan penerbangan yang langsung sudah diambil oleh penumpang lain jauh-jauh hari sebelumnya.
Dengan cara kerja mesin layanan seperti itu, maka aplikasi akan memunculkan semua kemungkinan yang masih tersedia untuk jadwal penerbangan yang diinginkan konsumen.
Alhasil, harganya menjadi tidak masuk akal, karena diakumulasi dari setiap penerbangan dari titik keberangkatan ke titik transit pertama, transit kedua, dan seterusnya, sampai dengan titik akhir penerbangan.
(hps) Next Article Harga Tiket Pesawat Meledak, Ini Rute yang Naik Gila-gilaan!
Tiket Bandung-Medan atau Jakarta-Makassar misalnya, di platform aplikasi penjualan tiket seperti Traveloka.com atau Tiket.com, bisa dijual 5-6 kali lipat dari harga normal.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B. Pramesti menegaskan, pihaknya telah meminta maskapai untuk mengingatkan dan menegur mitra penjual/agen untuk tidak menampilkan harga yang tidak masuk akal karena penerbangan harus melalui beberapa kali transit.
"Karena yang muncul di layar aplikasi konsumen, harga tiket jadi tidak masuk akal. Kalau maskapai tidak diingatkan untuk menegur mitra mereka, ini akan merugikan reputasi maskapai sendiri, sekaligus membuat calon penumpang menjerit," ujar Polana seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (31/5/2019).
Tiket yang dijual di aplikasi bukanlah tiket penerbangan langsung sesuai tujuan. Untuk rute Bandung-Medan misalnya, tiket yang ditawarkan adalah melalui transit Denpasar dan Jakarta, baru terbang ke Medan. Bagaimana dengan Jakarta-Makassar? Penerbangan yang ditawarkan harus transit melalui Jayapura, baru terbang lagi ke barat dari Jayapura ke Makassar.
Mengapa terjadi?
Aplikasi penjualan tiket menawarkan pilihan sesuai dengan rute dan tanggal yang sudah dipilih oleh calon penumpang. Setelah calon penumpang memilih rute dan tanggal, mesin aplikasi akan mencarikan semua jadwal penerbangan yang tersedia untuk rute tersebut pada tanggal yang telah dipilih.
Aplikasi kemudian akan memfilter jadwal yang masih tersedia, lalu menampilkannya di layar aplikasi pelanggan. Di layar, pelanggan bisa mengurutkan berdasarkan harga yang ditawarkan, termasuk memfilter jenis-jenis maskapai tertentu.
Karena berbasis mesin algoritma, maka aplikasi akan menyediakan semua pilihan yang tersedia, termasuk apabila rute penerbangannya harus transit melalui bandara-bandara tertentu. Pada musim ramai seperti mudik Lebaran, penerbangan langsung untuk tanggal-tanggal favorit biasanya sudah tidak tersedia.
Calon penumpang yang membeli di waktu yang mepet dengan tanggal keberangkatan, akan disodori pilihan penerbangan yang masih tersisa, termasuk apabila harus transit.
Pencarian rute yang dipilih calon konsumen tentu saja menggunakan mesin. Mesin akan memasukkan harga tiket sesuai dengan rute penerbangan yang masih tersedia, sehingga apabila diakumulasi harganya melonjak berkali-kali lipat dibandingkan dengan penerbangan langsung.
Dalam peraturan di industri penerbangan, penumpang akan dibebani biaya tambahan seperti pajak, iuran wajib asuransi, dan passenger service charge (PSC) untuk penerbangan ke setiap titik. Apabila rute yang dipilih konsumen harus transit di 2 bandara, maka ia akan dikenai tambahan biaya sebanyak tiga kali, yakni biaya di bandara keberangkatan dan dua bandara transit.
Lalu, bagaimana mungkin rute Jakarta-Makassar ditawarkan harus transit ke Jayapura terlebih dahulu? Atau untuk rute Bandung-Medan, calon penumpang harus terbang ke Denpasar terlebih dahulu?
Karena berdasarkan mesin dalam aplikasi penjualan tiket online, penerbangan untuk jadwal yang dipilih calon penumpang pada tanggal tersebut, tinggal itulah satu-satunya pilihan yang tersedia, sedangkan pilihan penerbangan yang langsung sudah diambil oleh penumpang lain jauh-jauh hari sebelumnya.
Dengan cara kerja mesin layanan seperti itu, maka aplikasi akan memunculkan semua kemungkinan yang masih tersedia untuk jadwal penerbangan yang diinginkan konsumen.
Alhasil, harganya menjadi tidak masuk akal, karena diakumulasi dari setiap penerbangan dari titik keberangkatan ke titik transit pertama, transit kedua, dan seterusnya, sampai dengan titik akhir penerbangan.
(hps) Next Article Harga Tiket Pesawat Meledak, Ini Rute yang Naik Gila-gilaan!
Most Popular