Politik Bergejolak Berminggu-minggu, PM Papua Nugini Mundur

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
29 May 2019 18:45
Perdana Menteri Papua Nugini (PNG) Peter O'Neill mengundurkan diri, Rabu (29/5/2019), setelah kehilangan kepercayaan parlemen di tengah kekacauan politik.
Foto: Perdana Menteri Papua Nugini saat itu Peter O'Neill (REUTERS/Tim Wimborne/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Papua Nugini (PNG) Peter O'Neill mengundurkan diri, Rabu (29/5/2019), setelah kehilangan kepercayaan parlemen di tengah kekacauan politik yang sudah terjadi selama berminggu-minggu di negara Pasifik Selatan itu. Namun begitu, pendukung pemerintah di parlemen berharap akan dapat mempertahankan kekuasaan.

O'Neill disambut dengan tepuk tangan ketika dia mengumumkan kepada parlemen di Port Moresby bahwa dia telah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Gubernur Jenderal Bob Dadae pada Rabu pagi. Pengunduran diri itu menghalangi mosi tidak percaya yang sepertinya akan mengalahkannya.


"Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk melayani negara ini dan memimpin negara ini hampir selama delapan tahun ... sayangnya politik di PNG bermain seperti ini," kata O'Neill kepada parlemen, dilansir dari Reuters.

"Untuk kepentingan stabilitas politik yang sedang berlangsung dan untuk memastikan bahwa kami menciptakan kepercayaan dalam komunitas bisnis dan ekonomi sehingga kami dapat terus memiliki kesatuan sosial di negara ini, penting agar saya mengosongkan kursi ini sehingga kita dapat maju."

Politik Bergejolak Berminggu-minggu, PM Papua Nugini MundurFoto: Perdana Menteri Papua Nugini saat itu Peter O'Neill (REUTERS/Tim Wimborne/File Photo)

O'Neill dipeluk oleh para pendukung dan berjabat tangan dengan anggota parlemen oposisi setelah berpidato di parlemen.

Majelis kemudian ditunda dan akan berkumpul kembali untuk memilih penggantinya pada hari Kamis. Hal itu mungkin akan memperpanjang periode kekacauan tetapi bisa juga mengarah ke kesepakatan.

Belum jelas apakah pemerintahan O'Neill dapat bertahan, namun anggota pemerintah di parlemen yakin masih dapat bertahan ketika jumlah pendukungnya berkurang.

"Akhirnya kini sangat terbuka," kata Paul Barker, direktur eksekutif Institut Urusan Nasional, sebuah think-tank yang berbasis di Port Moresby.

"Ini akan menjadi 20-atau-sekian jam yang menarik sampai kita melihat apa hasilnya," katanya, mengutip Reuters.


Analis mengatakan kekacauan itu dapat menunda proyek sumber daya yang melibatkan perusahaan energi besar di PNG, termasuk Total SA dan ExxonMobil Corp.

Ketidakstabilan politik biasa terjadi di negara yang dilanda kemiskinan tetapi kaya sumber daya itu. Keprihatinan yang meningkat atas tata kelola dan manfaat sumber daya yang tidak menjangkau kaum miskin mendorong upaya-upaya baru untuk menjatuhkan O'Neill.
Tawar-menawar Dimulai
Di bawah pengawasan O'Neill, produksi di proyek gas alam cair (LNG) yang besar telah mengubah ekonomi dan negara itu menjadi dikenal dunia ketika menjadi tuan rumah pertemuan puncak APEC pada bulan November.

Tetapi rasa frustrasi dari pemilik tanah dan pejabat tingkat lokal yang sebagian besar telah kehilangan manfaat dari pengembangan gas, dan tuduhan korupsi serta salah urus, telah banyak memengaruhi jabatannya.

Politik Bergejolak Berminggu-minggu, PM Papua Nugini MundurFoto: Mantan Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill (REUTERS/David Gray)

Reaksi atas pemborosan ketika PNG memesan 40 mobil Maserati untuk mengangkut para pemimpin dunia selama pertemuan APEC berlangsung cepat dan kuat.

Setelah O'Neill menyetujui kesepakatan gas dengan Total untuk perluasan produksi LNG, Menteri Keuangan James Marape mengundurkan diri. Ia memprotes kesepakatan itu terlalu murah hati untuk perusahaan minyak penting.

O'Neill telah berjanji untuk mengundurkan diri pada hari Minggu setelah serangkaian pembelotan membuat kepemimpinannya dipertanyakan dan membuatnya kehilangan mayoritas parlementernya.

"Anda telah mengambil keputusan yang saya pikir akan membuat negara Anda bangga," kata pemimpin oposisi Patrick Pruiatch kepada parlemen. "Saya pikir Anda telah merespons dan Anda telah menunjukkan kepemimpinan."

Pruiatch mungkin adalah kandidat pengganti O'Neill. Selain itu sejumlah pesaing juga bisa muncul.

"Tawar-menawar sedang berjalan," kata Jelta Wong, salah satu sembilan anggota parlemen yang akan meninggalkan posisi pemerintah pada hari Jumat.

Tetapi pada Rabu sore beberapa dari para pembelot itu telah kembali ke pihak pemerintah, menurut dua anggota parlemen yang berada di Crown Hotel di Port Moresby tempat para loyalis pemerintah bermarkas.

Ketidakpastian politik telah membuat saham Oil Search Ltd, mitra Australia dalam pengembangan gas alam cair besar di PNG, jatuh hampir 5%.


Para pemimpin perushaaan dan mitra pembangunan lainnya, Santos Ltd, menepis kekhawatiran terkait pergantian kekuasaan itu tetapi mengatakan pihaknya mencermati perkembangan yang terjadi.

"Dari sudut pandang bisnis, ini sangat normal," kata Robin Fleming, CEO bank terbesar di Papua Nugini, Bank South Pacific, melalui email.

"Perubahan akan ditentukan di parlemen besok, dilanjutkan bisnis mana yang akan diinformasikan lebih baik mengenai apakah pergantian perdana menteri akan disertai dengan perubahan kebijakan atau penyempurnaan kebijakan," kata Fleming.
(prm) Next Article Breaking News: Gempa Bumi Guncang Papua Nugini, Magnitudo 6,3

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular