
Gara-gara Brexit, London tak Lagi Jadi Pusat Keuangan Dunia
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 May 2019 13:22

London, CNBC Indonesia - Gagalnya Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) telah membantu New York menyalip London sebagai pusat keuangan utama dunia.
Pernyataan itu merupakan hasil sebuah survei yang dilakukan terhadap para eksekutif keuangan oleh Duff & Phelps, yang diumumkan Selasa (28/5/2019).
Para konsultan mengatakan untuk melalukan survei Global Regulatory Outlook tahunan itu, mereka menghubungi 180 eksekutif dari bidang manajemen aset, ekuitas swasta, dana lindung nilai (hedge funds), perbankan, dan broker.
Mereka kemudian ditanyai di mana menurut mereka pusat keuangan utama berada. Lebih dari 60% tanggapan itu berasal dari responden Inggris dan Amerika Serikat, sisanya dari Hong Kong, Irlandia, Singapura, dan Luksemburg.
Lebih dari setengah responden sekarang ini memilih New York sebagai pusat keuangan utama dunia. Jumlah itu naik 10% dari 2018. Sementara itu, hanya 36% yang memilih London sebagai pusat keuangan utama dunia, turun 17% dari tahun lalu.
"Tahun lalu, Brexit memberikan bayangan ketidakpastian atas ekonomi Inggris; sekarang telah meningkat menjadi krisis besar-besaran," kata Duff & Phelps, mengutip Reuters.
"Namun, ke depan, difusi pengaruh globalisasi mulai terlihat: 12% responden memperkirakan Hong Kong akan menjadi pusat keuangan terkemuka dunia dalam lima tahun dari sekarang," tambahnya.
Beberapa menteri pemerintahan Inggris, pekan lalu, mengatakan sektor keuangan Inggris akan mampu tumbuh lebih kuat setelah Brexit.
Duff & Phelps mengatakan Dublin, Frankfurt, dan Luksemburg juga bernasib lebih baik tahun ini ketika industri keuangan Uni Eropa (UE) mencari hub atau pusat keuangan baru.
Brexit telah ditunda dua kali, di mana tenggat waktu berikutnya telah ditetapkan pada 31 Oktober. Ketidakpastian hubungan perdagangan bilateral di masa depan juga telah mendorong bank, manajer aset, dan perusahaan asuransi untuk mendirikan operasi di blok euro tersebut untuk mempertahankan hubungan dengan nasabah mereka.
Saksikan video mundurnya Perdana Menteri Inggris Theresa May berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Stok Makanan di Inggris Terancam Kosong, Ini Biang Keroknya!
Pernyataan itu merupakan hasil sebuah survei yang dilakukan terhadap para eksekutif keuangan oleh Duff & Phelps, yang diumumkan Selasa (28/5/2019).
Para konsultan mengatakan untuk melalukan survei Global Regulatory Outlook tahunan itu, mereka menghubungi 180 eksekutif dari bidang manajemen aset, ekuitas swasta, dana lindung nilai (hedge funds), perbankan, dan broker.
Lebih dari setengah responden sekarang ini memilih New York sebagai pusat keuangan utama dunia. Jumlah itu naik 10% dari 2018. Sementara itu, hanya 36% yang memilih London sebagai pusat keuangan utama dunia, turun 17% dari tahun lalu.
"Tahun lalu, Brexit memberikan bayangan ketidakpastian atas ekonomi Inggris; sekarang telah meningkat menjadi krisis besar-besaran," kata Duff & Phelps, mengutip Reuters.
"Namun, ke depan, difusi pengaruh globalisasi mulai terlihat: 12% responden memperkirakan Hong Kong akan menjadi pusat keuangan terkemuka dunia dalam lima tahun dari sekarang," tambahnya.
![]() |
Beberapa menteri pemerintahan Inggris, pekan lalu, mengatakan sektor keuangan Inggris akan mampu tumbuh lebih kuat setelah Brexit.
Duff & Phelps mengatakan Dublin, Frankfurt, dan Luksemburg juga bernasib lebih baik tahun ini ketika industri keuangan Uni Eropa (UE) mencari hub atau pusat keuangan baru.
Brexit telah ditunda dua kali, di mana tenggat waktu berikutnya telah ditetapkan pada 31 Oktober. Ketidakpastian hubungan perdagangan bilateral di masa depan juga telah mendorong bank, manajer aset, dan perusahaan asuransi untuk mendirikan operasi di blok euro tersebut untuk mempertahankan hubungan dengan nasabah mereka.
Saksikan video mundurnya Perdana Menteri Inggris Theresa May berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Stok Makanan di Inggris Terancam Kosong, Ini Biang Keroknya!
Most Popular