Sri Mulyani dan 2 Menteri Ini Datangi Jokowi, Ada Urusan Apa?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
27 May 2019 17:27
Tiga Menteri Kabinet Kerja tiba-tiba menyambangi Istana Negara untuk menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (CNBC Indonesia/Lidya Julita S)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga Menteri Kabinet Kerja siang ini, Senin (27/5/2019) secara tiba-tiba menyambangi Istana Negara untuk menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ketiga menteri itu antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

Pertemuan antara tiga menteri Ekonomi itu bersama kepala negara berlangsung sejak pukul 14:30 WIB, dan berakhir sekitar pukul 16:15 WIB. Mereka pun keluar secara bersamaan.

Ketika dikonfirmasi perihal pertemuan dengan Jokowi, ketiga menteri pun sepakat bungkam. Tak ada pernyataan konkret atas pertemuan dengan Jokowi.



"[Pembahasan] soal ekonomi terkini. Tuh sama bapak tuh," kata Sri Mulyani yang melempar bola pertanyaan kepada Darmin yang berjalan disampingnya.

Pertemuan antara Jokowi dan ketiga menteri ekonomi Kabinet Kerja digelar satu hari setelah Jokowi kembali mengungkapkan kekecewaannya terhadap masalah defisit transaksi berjalan.

Saat menghadiri acara silaturahmi bersama HIPMI, Jokowi kembali mengungkap persoalan besar yang sudah berpuluh-puluh tahun diderita Indonesia dan tak kunjung terselesaikan.

"Problem besar yang kita hadapi dalam berpuluh-puluh tahun dan belum terpecahkan sejak lama adalah neraca transaksi berjalan yang selalu defisit," tegas Jokowi.



Jokowi secara tak langsung menyindir para 'pembantunya', karena hingga saat ini tak mampu mengatasi masalah defisit transaksi berjalan yang sudah mengakar. Padahal, ini bukan persoalan baru yang dihadapi ekonomi Indonesia.

"Neraca perdagangan kita yang selalu defisit. Ini problem yang sudah jelas kita paham, jelas masalahnya, namun ini tidak pernah selesai," jelasnya.

Transaksi berjalan merupakan gambaran arus uang yang keluar masuk melalui sektor-sektor riil. Sementara transaksi di sektor riil ini lebih bertahan lama, tidak mudah keluar dan masuk dengan cepat.

Pada kuartal I-2019, neraca transaksi berjalan tercatat defisit US$ 6,96 miliar atau setara dengan 2,6% PDB. Angka ini jauh lebih dalam dibandingkan kuartal I-2018 yakni US$ 5,19 miliar atau 2,01% PDB.



"Ini [CAD] juga jadi concern kita dengan Kadin Indonesia dan HIPMI serta Apindo dan asosiasi agar problem ini yang sudah berpuluh-puluh tahun bisa diselesaikan agar stabilitas ekonomi bisa dijaga," kata Kepala Negara.

Menurut Jokowi, kunci dari mengatasi masalah defisit transaksi berjalan adalah meningkatkan kinerja ekspor dan investasi. Tanpa hal itu, maka sulit membayangkan Indonesia menjadi negara lebih baik di masa depan.

"Inilah pekerjaan besar kita, sehingga saya ajak kepada seluruh rekan HIPMI agar dua hal kunci tadi bisa dikerjakan. Baru kita menapak pada tahapan keempat berikutnya," jelasnya.

"Entah pemimpinnya siapa, yakni era teknologi dan inovasi. Tanpa tiga hal tadi, jangan bermimpi kita memiliki Indonesia emas di 2045 yakni ekonomi ke 4 terbesar di dunia," tegasnya.




(dru) Next Article Jokowi Bentuk Panitia Seleksi Anggota DK OJK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular