Pemilu 2019
Kisah Eks Sopir Angkot yang Disebut Jokowi Cocok Jadi Menteri
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
27 May 2019 11:45

Masa lalu Bahlil berbeda dengan deretan pengusaha muda Indonesia yang berasal dari konglomerat. Dalam sebuah wawancara dengan Detik Finance seperti dikutip, Senin (27/5/2019), menceritakan masa kecil yang penuh dengan perjuangan ekstra keras.
"Kalau ditanya awal mula jadi pengusaha itu, mungkin saya itu dari kecil ya, dari kecil sejak SD saya itu memang sudah jualan kue ya. Itu terjadi bukan karena ingin, saya juga dulu nggak ingin jadi pengusaha. Tapi karena itu keterpaksaan," ujar Bahlil.
Walau terpaksa, dia menyebut berjualan membuatnya mampu membeli beragam kebutuhan sekolah. Semua itu berlanjut sampai dengan sekolah menengan pertama (SMP). Tidak hanya berjualan, Bahlil juga melakoni beragam profesi lain.
"Karena memang kondisi orang tua yang susah, akhirnya saya pernah jadi kondektur angkot. Jadi jualan ikan di pasar, itu pernah. Terus pernah jadi helper excavator dari kontraktor, itu pernah. Tinggal di hutan pada saat musim libur sekolah. Saya SMP kelas 3, saya di SMEA, itu jadi sopir angkot," kata Bahlil.
Singkat cerita, Bahlil pun kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay, Jayapura, Papua. Di sana, Bahlil ditempa dengan berbagai macam teori dan praktik seputar sektor keuangan. Sambil kuliah, dia pun pernah menjadi pegawai asuransi di salah satu perusahaan.
Begitu lulus uliah pada 2002, Bahlil membangun perusahaan konsultan keuangan bersama rekan-rekan dari Jakarta. Ia ditunjuk sebagai karyawan dan kepala cabang wilayah Papua.
"Gaji saya waktu itu Rp 35 juta. Karyawan saya hampir 70 orang, dan rata-rata karyawan saya itu adalah orang keuangan, ada yang tamatan UGM, ada yang tamatan yang di IT, juga tamatan Jerman, tapi karena peta lapangannya saya yang kuasai, jadi saya yang ditunjuk oleh teman-teman di Jakarta untuk menjadi pimpinan cabang di sana," ujar Bahlil.
Gaji yang besar tak serta merta membuat Bahlil puas. Bahkan di luar dugaan, dia malah mengundurkan diri dari jabatannya. Keputusan yang membuatnya dikatai sebagai orang gila. Namun, Bahlil bergeming. Keputusan itu tak berubah.
Ia lantas membuat perusahaan baru yang ternyata juga mampu meraih sukses. Kini, perusahaan-perusahaan Bahlil dari berbagai bidang sudah tersebar di berbagai wilayah di Jakarta hingga Papua. Namun, semua itu tetap tak membuatnya sombong.
"Begini, pelajaran yang paling Hikmah itu adalah jangan pernah menganggap remeh orang lain yang posisinya di bawah. Karena nasib orang itu nggak ada yang tahu, roda itu berputar," kata Bahlil. (miq/dru)
"Kalau ditanya awal mula jadi pengusaha itu, mungkin saya itu dari kecil ya, dari kecil sejak SD saya itu memang sudah jualan kue ya. Itu terjadi bukan karena ingin, saya juga dulu nggak ingin jadi pengusaha. Tapi karena itu keterpaksaan," ujar Bahlil.
Walau terpaksa, dia menyebut berjualan membuatnya mampu membeli beragam kebutuhan sekolah. Semua itu berlanjut sampai dengan sekolah menengan pertama (SMP). Tidak hanya berjualan, Bahlil juga melakoni beragam profesi lain.
Singkat cerita, Bahlil pun kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay, Jayapura, Papua. Di sana, Bahlil ditempa dengan berbagai macam teori dan praktik seputar sektor keuangan. Sambil kuliah, dia pun pernah menjadi pegawai asuransi di salah satu perusahaan.
Begitu lulus uliah pada 2002, Bahlil membangun perusahaan konsultan keuangan bersama rekan-rekan dari Jakarta. Ia ditunjuk sebagai karyawan dan kepala cabang wilayah Papua.
"Gaji saya waktu itu Rp 35 juta. Karyawan saya hampir 70 orang, dan rata-rata karyawan saya itu adalah orang keuangan, ada yang tamatan UGM, ada yang tamatan yang di IT, juga tamatan Jerman, tapi karena peta lapangannya saya yang kuasai, jadi saya yang ditunjuk oleh teman-teman di Jakarta untuk menjadi pimpinan cabang di sana," ujar Bahlil.
Gaji yang besar tak serta merta membuat Bahlil puas. Bahkan di luar dugaan, dia malah mengundurkan diri dari jabatannya. Keputusan yang membuatnya dikatai sebagai orang gila. Namun, Bahlil bergeming. Keputusan itu tak berubah.
Ia lantas membuat perusahaan baru yang ternyata juga mampu meraih sukses. Kini, perusahaan-perusahaan Bahlil dari berbagai bidang sudah tersebar di berbagai wilayah di Jakarta hingga Papua. Namun, semua itu tetap tak membuatnya sombong.
"Begini, pelajaran yang paling Hikmah itu adalah jangan pernah menganggap remeh orang lain yang posisinya di bawah. Karena nasib orang itu nggak ada yang tahu, roda itu berputar," kata Bahlil. (miq/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular