
PM Inggris Theresa May Mundur, Siapa Penggantinya?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 May 2019 20:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Theresa May pada Jumat (24/5/2019) mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Inggris pada 7 Juni.
Ini berarti ia akan meninggalkan banyak tantangan yang harus diselesaikan kepada penggantinya, termasuk menyatukan kembali negara dan elit politik yang terpecah belah setelah ia gagal membuat Inggris meninggalkan Uni Eropa atau Brexit. Padahal, batas waktu untuk Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) adalah pada 31 Oktober.
Hal ini pun menimbulkan spekulasi bahwa Brexit pada akhirnya akan lebih mungkin dilakukan tanpa kesepakatan atau no deal karena UE telah mengatakan tidak akan menegosiasikan kembali Perjanjian Brexit yang telah disepakati dengan Inggris pada bulan November lalu.
Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney juga mendukung sikap UE, mengatakan bahwa tidak akan ada kesepakatan Brexit yang lebih baik dari itu.
"Gagasan bahwa perdana menteri baru akan menjadi negosiator yang lebih keras dan akan mengajukannya ke UE dan mendapatkan kesepakatan yang jauh lebih baik untuk Inggris? Itu bukan cara kerja Uni Eropa," kata Coveney kepada stasiun radio Newstalk Irlandia, mengutip Reuters.
Mengutip CNBC International, saat ini proses pemilihan pengganti May sudah dimulai. Anggota parlemen Konservatif dan mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson telah banyak digembar-gemborkan sebagai calon penggantinya.
Saat ini jumlah dukungan untuknya sebagai pengganti May mencapai 40%. Sementara itu pesaing lainnya, Dominic Raab, seorang pendukung Brexit dan mantan sekretaris Brexit, hanya memiliki peluang menang 14%. Menteri Lingkungan Michael Gove, mantan pemimpin House of Commons Andrea Leadsom dan Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt masing-masing memiliki peluang 7%, menurut pasar taruhan (betting market).
Menteri Pertahanan Penny Mordaunt dan Menteri Pembangunan Internasional, Rory Stewart, masing-masing memiliki peluang 4% sebagai perdana menteri baru, sementara Menteri Dalam Negeri Sajid Javid memiliki peluang 3%.
Bagi banyak anggota parlemen Konservatif, waktu merupakan alasan utama untuk segera menemukan pemimpin baru agar dapat segera memecahkan kebuntuan Brexit.
Partai yang memerintah mengatakan akan bergerak cepat untuk mencoba mengakhiri pemilihan kepemimpinan sebelum parlemen mengambil reses untuk liburan musim panas, yang biasanya jatuh pada akhir Juli.
"Pertarungan untuk hati dan jiwa Partai Konservatif secara resmi dimulai sekarang," kata Andrew Bridgen, seorang anggota parlemen pro-Brexit. "Kami membutuhkan PM baru sesegera mungkin dan siapa yang akan memutuskan masa depan demokrasi kita, negara kita, dan Partai Konservatif."
Simak video tentang buntunya pembahasan proposal Brexit di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Tolak Langkah PM May, Menteri Junior Brexit Putuskan Resign!
Ini berarti ia akan meninggalkan banyak tantangan yang harus diselesaikan kepada penggantinya, termasuk menyatukan kembali negara dan elit politik yang terpecah belah setelah ia gagal membuat Inggris meninggalkan Uni Eropa atau Brexit. Padahal, batas waktu untuk Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) adalah pada 31 Oktober.
Hal ini pun menimbulkan spekulasi bahwa Brexit pada akhirnya akan lebih mungkin dilakukan tanpa kesepakatan atau no deal karena UE telah mengatakan tidak akan menegosiasikan kembali Perjanjian Brexit yang telah disepakati dengan Inggris pada bulan November lalu.
Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney juga mendukung sikap UE, mengatakan bahwa tidak akan ada kesepakatan Brexit yang lebih baik dari itu.
![]() |
"Gagasan bahwa perdana menteri baru akan menjadi negosiator yang lebih keras dan akan mengajukannya ke UE dan mendapatkan kesepakatan yang jauh lebih baik untuk Inggris? Itu bukan cara kerja Uni Eropa," kata Coveney kepada stasiun radio Newstalk Irlandia, mengutip Reuters.
Mengutip CNBC International, saat ini proses pemilihan pengganti May sudah dimulai. Anggota parlemen Konservatif dan mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson telah banyak digembar-gemborkan sebagai calon penggantinya.
Saat ini jumlah dukungan untuknya sebagai pengganti May mencapai 40%. Sementara itu pesaing lainnya, Dominic Raab, seorang pendukung Brexit dan mantan sekretaris Brexit, hanya memiliki peluang menang 14%. Menteri Lingkungan Michael Gove, mantan pemimpin House of Commons Andrea Leadsom dan Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt masing-masing memiliki peluang 7%, menurut pasar taruhan (betting market).
Menteri Pertahanan Penny Mordaunt dan Menteri Pembangunan Internasional, Rory Stewart, masing-masing memiliki peluang 4% sebagai perdana menteri baru, sementara Menteri Dalam Negeri Sajid Javid memiliki peluang 3%.
Bagi banyak anggota parlemen Konservatif, waktu merupakan alasan utama untuk segera menemukan pemimpin baru agar dapat segera memecahkan kebuntuan Brexit.
Partai yang memerintah mengatakan akan bergerak cepat untuk mencoba mengakhiri pemilihan kepemimpinan sebelum parlemen mengambil reses untuk liburan musim panas, yang biasanya jatuh pada akhir Juli.
"Pertarungan untuk hati dan jiwa Partai Konservatif secara resmi dimulai sekarang," kata Andrew Bridgen, seorang anggota parlemen pro-Brexit. "Kami membutuhkan PM baru sesegera mungkin dan siapa yang akan memutuskan masa depan demokrasi kita, negara kita, dan Partai Konservatif."
Simak video tentang buntunya pembahasan proposal Brexit di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article Tolak Langkah PM May, Menteri Junior Brexit Putuskan Resign!
Most Popular