Senjata Makan Tuan, Bea Masuk Trump Malah Bebani Importir AS
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
24 May 2019 11:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka bea impor Amerika Serikat (AS) terhadap produk-produk China justru menghantam pihak yang tidak ditargetkan sebelumnya.
Sebuah studi Dana Moneter Internasional (IMF) yang dirilis Kamis (23/5/2019) mengatakan pendapatan yang dikumpulkan dari pungutan bea impor untuk barang-barang China telah ditanggung hampir seluruhnya oleh importir AS.
China dan AS telah terlibat dalam perang dagang selama lebih dari setahun. Dalam periode itu, kedua negara menargetkan barang bernilai ratusan miliar dolar dengan bea impor tinggi.
Namun, "hampir tidak ada perubahan harga impor China di perbatasan dan ada lonjakan tajam harga impor pasca-bea masuk yang sesuai dengan besarnya tarif impor," kata studi tersebut, dilansir dari CNBC International.
Presiden Donald Trump mengklaim pada 8 Mei bahwa pungutan yang lebih tinggi terhadap barang-barang China telah mengisi pundi-pundi keuangan AS hingga US$100 miliar (Rp 1.446 triliun) per tahun. Tetapi IMF mengatakan defisit perdagangan bilateral antara China dan AS tetap "secara umum tidak berubah" bahkan setelah pengenaan tarif impor.
Trump juga telah membuka kemungkinan mengenakan bea masuk pada barang-barang China senilai US$300 miliar. Ini, menurut IMF, dapat merugikan konsumen karena perusahaan cenderung meneruskan ongkos tambahan itu kepada mereka.
"Konsumen di AS dan China benar-benar merugi akibat ketegangan perdagangan," kata laporan IMF. Studi itu menambahkan bahwa bea masuk yang lebih tinggi juga bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi.
"Sementara dampak pada pertumbuhan global relatif rendah saat ini, eskalasi terbaru dapat secara signifikan melemahkan sentimen bisnis dan pasar keuangan, mengganggu rantai pasokan global, dan menjadi risiko proyeksi pemulihan pertumbuhan global pada 2019."
Saksikan video mengenai perang dagang AS-China berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Duh, AS Akan Bahas Bea Impor Baru untuk China Bulan Depan
Sebuah studi Dana Moneter Internasional (IMF) yang dirilis Kamis (23/5/2019) mengatakan pendapatan yang dikumpulkan dari pungutan bea impor untuk barang-barang China telah ditanggung hampir seluruhnya oleh importir AS.
China dan AS telah terlibat dalam perang dagang selama lebih dari setahun. Dalam periode itu, kedua negara menargetkan barang bernilai ratusan miliar dolar dengan bea impor tinggi.
Presiden Donald Trump mengklaim pada 8 Mei bahwa pungutan yang lebih tinggi terhadap barang-barang China telah mengisi pundi-pundi keuangan AS hingga US$100 miliar (Rp 1.446 triliun) per tahun. Tetapi IMF mengatakan defisit perdagangan bilateral antara China dan AS tetap "secara umum tidak berubah" bahkan setelah pengenaan tarif impor.
![]() |
Trump juga telah membuka kemungkinan mengenakan bea masuk pada barang-barang China senilai US$300 miliar. Ini, menurut IMF, dapat merugikan konsumen karena perusahaan cenderung meneruskan ongkos tambahan itu kepada mereka.
"Konsumen di AS dan China benar-benar merugi akibat ketegangan perdagangan," kata laporan IMF. Studi itu menambahkan bahwa bea masuk yang lebih tinggi juga bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi.
"Sementara dampak pada pertumbuhan global relatif rendah saat ini, eskalasi terbaru dapat secara signifikan melemahkan sentimen bisnis dan pasar keuangan, mengganggu rantai pasokan global, dan menjadi risiko proyeksi pemulihan pertumbuhan global pada 2019."
Saksikan video mengenai perang dagang AS-China berikut ini.
[Gambas:Video CNBC]
(prm) Next Article Duh, AS Akan Bahas Bea Impor Baru untuk China Bulan Depan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular