Polri Ceritakan Kronologi Pecahnya Demo 22 Mei di Bawaslu

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
23 May 2019 15:14
Demikian disampaikan Kadiv Humas Polri dalam keterangan pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan.
Foto: Situasi di sekitar Bawaslu usai bentrokan, Kamis (23/5/2019) usai bentrokan semalam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memastikan situasi keamanan nasional, terutama di Jakarta, terkendali selepas kericuhan yang terjadi 21 Mei hingga 22 Mei 2019.

Demikian disampaikan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal (Polisi) M Iqbal dalam keterangan pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

"Situasi hari ini under control (di bawah kendali). TNI-Polri tetap lakukan tindakan preemptive, preventive, dan proses hukum terhadap perusuh yang sudah kami tangkap. Ada preventive strike juga," ujar Iqbal.

Usai Ricuh Demo 22 Mei, Polri Pastikan Situasi TerkendaliFoto: Situasi di sekitar Bawaslu usai bentrokan, Kamis (23/5/2019) usai bentrokan semalam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)


Dia lantas menceritakan peristiwa yang terjadi pada 21 Mei dan 22 Mei 2019. Menurut Iqbal, selalu ada dua segmen yang terpisah, yaitu massa damai dan massa perusuh.

Massa di depan Bawaslu, lanjut dia, sudah menyampaikan aspirasi dengan damai dan kooperatif hingga pukul 18.00 WIB. Secara SOP, ada koordinator lapangan dari berbagai kelompok yang sudah koordinasi dengan aparat.

Seharusnya, menurut UU yang berlaku, massa harus bubar pukul 18.00 WIB. Namun ada diskresi dari polisi untuk berbuka puasa hingga tarawih. Pukul 21.00 WIB, massa diimbau untuk kembali dan semua berjalan tertib.

Kemudian pada pukul 22.30 WIB, tiba-tiba muncul gelombang massa perusuh yang tanpa pemberitahuan langsung bertindak anarkis dan provokatif. Sasarannya mulai dari Sabang, Tanah Abang, Petamburan, dan Cideng. Meskipun banyak jatuh korban di kedua pihak, situasi bisa dikendalikan saat matahari terbit.

"Ada 257 orang yang ditangkap. Semalam Kabid Humas Polda Metro sudah merilis provokator-provokatornya untuk diketahui publik, diduga di-setting by design. Kami masih dalami untuk ungkap siapa yang menggerakkan," kata Iqbal.



Kemudian pada 22 Mei, dia mengatakan jumlah massa di depan Bawaslu lebih banyak dua kali lipat, sekitar 6.000 orang. Sejumlah tokoh terlibat dan menyampaikan aspirasi dengan baik. Seperti sehari sebelumnya, pada pukul 18.00 WIB, massa kembali meminta kelonggaran dan polisi kembali memberikan diskresi hingga tarawih.

"Tapi tiba-tiba dari kelompok massa 6.000 orang tersebut, ada 300-an yang bisa kita kategorikan perusuh yang tiba-tiba melempar molotov, batu, dan ada seperti roket. Yang memang sudah dipersiapkan oleh mereka. Bahkan petugas kami belum mempersiapkan alat-alat dalmasnya. Hampir 9 petugas terluka akibat perusuh tersebut," ujar Iqbal.

Usai Ricuh Demo 22 Mei, Polri Pastikan Situasi TerkendaliFoto: Kondisi Pertokoan Modern Sarinah Usai Aksi 22 Mei 2019 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)


Tidak sampai di situ, Iqbal menyebut para perusuh semakin brutal dan banyak ketika dihalau. Sesuai SOP, Polri lantas menghalau, membentuk barikade, dan mendesak perusuh ke Jalan Wahid Hasyim. Massa yang damai langsung berlari dan membubarkan diri. Tapi massa perusuh terus membabi buta menyerang dengan brutal dan bahkan tidak sedikit fasilitas umum yang dirusak.

"Menurut petugas kemarin, dari beberapa massa yang diamankan tadi malam, alat-alat tersebut sudah dipersiapkan. Artinya indikasi itu benar, bahwa massa ada dua segmen, massa spontan yang aspirasinya damai dan massa perusuh. Kita sedang dalami siapa di belakang massa perusuh tersebut. Tepat pukul 01.25 kami berhasil kendalikan situasi," kata Iqbal.

[Gambas:Video CNBC]



(miq/wed) Next Article Demo 22 Mei, Massa Bakar Bus Brimob di Slipi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular