
Fadli Zon Sebut Rezim Jokowi Gagal Kelola Ekonomi, Faktanya?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
19 May 2019 16:30

4. Nilai Nilai Tukar Rupiah
Berbicara tentang nilai tukar rupiah tentu saja merupakan suatu hal yang komprehensif. Mulai dari neraca perdagangan sampai defisit transaksi berjalan ikut berperan dalam pelemahan nilai tukar rupiah selama ini.
Neraca perdagangan barang memiliki hubungan yang erat dengan neraca transaksi berjalan (current account).
Transaksi berjalan sendiri merupakan gambaran arus uang yang keluar masuk melalui sektor-sektor riil. Sementara transaksi di sektor riil ini lebih bertahan lama, tidak mudah keluar dan masuk dengan cepat.
Artinya saat neraca perdagangan mengalami defisit yang sangat dalam, sudah tentu transaksi berjalan Indonesia akan semakin terbebani.
Sebagai informasi, pada tahun 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit tahunan yang paling dalam sepanjang sejara NKRI, yaitu sebesar US$ 8,7 miliar.
Pada tahun yang sama, transaksi berjalan mengalami defisit (current account deficit/CAD) sebesar US$ 31,05 miliar, atau setara 2,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu juga merupakan yang paling parah sejak tahun 2014.
Terbaru, CAD kuartal I-2019 sudah sebesar US$ 6,9 miliar atau setara 2,6% PDB, lebih dalam ketimbang kuartal I-2018 yang hanya 2,01% PDB.
Nah, bila melihat kinerja perdagangan Indonesia tahu 2019 yang boleh dikatakan tidak membaik dari tahun 2018, agaknya sulit membayangkan CAD bisa diperkecil.
Bahkan Bank Indonesia (BI) sendiri dalam Rapat Dewan Gubernur (RGD) pekan lalu telah menurunkan target CAD 2019 dari 2,5% PDB menjadi kisaran 2,5%-3% PDB.
Bahayanya, saat CAD makin lebar, maka nilai tukar rupiah juga akan semakin rentan melemah akibat tekanan mata uang negara lain.
Pasalnya kondisi CAD mencerminkan aliran dana sedang keluar dari Indonesia dan menyebabkan pasokan valas di dalam negeri makin menipis. Rupiah jadi kurang energi untuk dapat menguat
Terbukti sejak akhir tahun 2011, dimana CAD mulai muncul, rupiah selalu dalam tren pelemahan.
Pada awal 2011, kurs rupiah masih berada di sekitar Rp 9.000/US$, sedangkan pada akhir perdagangan hari Rabu (15/5/2019) sudah sebesar Rp 14.455. Artinya sudah melemah hingga 60,6%.
Untuk itu, untuk membenahi CAD pemerintah harus mendorong perbaikan perekonomian Indonesia secara fundamental. Jika terus bergantung pada komoditas, CAD hanya akan terombang-ambing mengikuti gejolak ekonomi global.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/dru)
Berbicara tentang nilai tukar rupiah tentu saja merupakan suatu hal yang komprehensif. Mulai dari neraca perdagangan sampai defisit transaksi berjalan ikut berperan dalam pelemahan nilai tukar rupiah selama ini.
Neraca perdagangan barang memiliki hubungan yang erat dengan neraca transaksi berjalan (current account).
Artinya saat neraca perdagangan mengalami defisit yang sangat dalam, sudah tentu transaksi berjalan Indonesia akan semakin terbebani.
Sebagai informasi, pada tahun 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit tahunan yang paling dalam sepanjang sejara NKRI, yaitu sebesar US$ 8,7 miliar.
Pada tahun yang sama, transaksi berjalan mengalami defisit (current account deficit/CAD) sebesar US$ 31,05 miliar, atau setara 2,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu juga merupakan yang paling parah sejak tahun 2014.
Terbaru, CAD kuartal I-2019 sudah sebesar US$ 6,9 miliar atau setara 2,6% PDB, lebih dalam ketimbang kuartal I-2018 yang hanya 2,01% PDB.
Nah, bila melihat kinerja perdagangan Indonesia tahu 2019 yang boleh dikatakan tidak membaik dari tahun 2018, agaknya sulit membayangkan CAD bisa diperkecil.
Bahkan Bank Indonesia (BI) sendiri dalam Rapat Dewan Gubernur (RGD) pekan lalu telah menurunkan target CAD 2019 dari 2,5% PDB menjadi kisaran 2,5%-3% PDB.
Bahayanya, saat CAD makin lebar, maka nilai tukar rupiah juga akan semakin rentan melemah akibat tekanan mata uang negara lain.
Pasalnya kondisi CAD mencerminkan aliran dana sedang keluar dari Indonesia dan menyebabkan pasokan valas di dalam negeri makin menipis. Rupiah jadi kurang energi untuk dapat menguat
Terbukti sejak akhir tahun 2011, dimana CAD mulai muncul, rupiah selalu dalam tren pelemahan.
Pada awal 2011, kurs rupiah masih berada di sekitar Rp 9.000/US$, sedangkan pada akhir perdagangan hari Rabu (15/5/2019) sudah sebesar Rp 14.455. Artinya sudah melemah hingga 60,6%.
Untuk itu, untuk membenahi CAD pemerintah harus mendorong perbaikan perekonomian Indonesia secara fundamental. Jika terus bergantung pada komoditas, CAD hanya akan terombang-ambing mengikuti gejolak ekonomi global.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular