Bagaimana Kesiapan Bandara di Calon Ibu Kota Baru RI?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
17 May 2019 13:22
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi kandidat kuat ibu kota baru RI. Direktur Utama PT Angkasa Pura II (AP II) (Persero), Muhammad Awaluddin, membeberkan kesiapan infrastruktur transportasi udara di daerah tersebut.
Sebagai ibu kota, aspek kebandarudaraan menjadi salah satu titik vital yang menjadi perhatian. Mengenai hal ini, Awaluddin menuturkan bahwa memang Kalteng paling siap, dibandingkan kandidat ibu kota di daerah lain.
"Kita sudah ada dua [bandara] di sana, Pontianak dan Palangkaraya. Dan ada beberapa bandara lain yang cukup besar di sana dan berpotensi dikerjasamakan," ungkapnya dalam sebuah acara bincang santai di Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Dikatakan bahwa saat ini AP II masih terikat kontrak sebagai operator Bandara Tjilik Riwut atau yang lebih dikenal dengan Bandara Palangkaraya. Awaluddin menyebut bahwa kontrak tersebut memakai skema kerja sama pemanfaatan (KSP) selama 30 tahun.
Bandara tersebut memiliki luas lahan sekitar 30 hektare dengan kapasitas 3 juta orang penumpang per tahun. Jumlah itu masih berpotensi untuk dikembangkan mengingat masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan.
"Sangat berpotensi terus dikembangkan, katakanlah jika Palangkaraya akan jadi bandara di ibu kota. Artinya 5-7 tahun ke depan masih oke. Tinggal kita kembangkan saja. Grand desain perluasan terminal sudah ada, sampai ultimate terminal," bebernya.
Nantinya, jika Bandara Palangkaraya berstatus sebagai bandara ibu kota, maka akan terjadi perubahan pola distribusi traffic. Sebab, selama ini traffic lalu lintas udara masih bersifat Jawa sentris.
"Soetta pasti tetap besar, karena pusat bisnis tetap di Jakarta. Kalau pusat pemerintahan bergeser, akan menambah pola distribusi traffic," urainya.
Sejauh ini, ia tak memungkiri bahwa rute destinasi yang tersedia di Bandara Palangkaraya masih terbatas. Menurut Awaluddin, saat ini bandara tersebut masih lebih banyak berperan sebagai pusat transit dari dan menuju destinasi di sekitarnya.
"Sekarang masih jadi hub internal traffic di Kalimantan. Dia feeder ke daerah lain, misal Palangkaraya ke Pangkalanbun, juga ke Muara Teweh dan sebagainya. Dengan kondisi Palangkaraya punya potensi, maka sama juga dengan Kalimantan yang lain," pungkasnya.
Simak video terkait pemindahan ibu kota di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Demi Ibu Kota Baru, Aset Negara Rp150 T di Jakarta 'Dijual'!
Sebagai ibu kota, aspek kebandarudaraan menjadi salah satu titik vital yang menjadi perhatian. Mengenai hal ini, Awaluddin menuturkan bahwa memang Kalteng paling siap, dibandingkan kandidat ibu kota di daerah lain.
"Kita sudah ada dua [bandara] di sana, Pontianak dan Palangkaraya. Dan ada beberapa bandara lain yang cukup besar di sana dan berpotensi dikerjasamakan," ungkapnya dalam sebuah acara bincang santai di Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (16/5/2019).
Dikatakan bahwa saat ini AP II masih terikat kontrak sebagai operator Bandara Tjilik Riwut atau yang lebih dikenal dengan Bandara Palangkaraya. Awaluddin menyebut bahwa kontrak tersebut memakai skema kerja sama pemanfaatan (KSP) selama 30 tahun.
Bandara tersebut memiliki luas lahan sekitar 30 hektare dengan kapasitas 3 juta orang penumpang per tahun. Jumlah itu masih berpotensi untuk dikembangkan mengingat masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan.
"Sangat berpotensi terus dikembangkan, katakanlah jika Palangkaraya akan jadi bandara di ibu kota. Artinya 5-7 tahun ke depan masih oke. Tinggal kita kembangkan saja. Grand desain perluasan terminal sudah ada, sampai ultimate terminal," bebernya.
Nantinya, jika Bandara Palangkaraya berstatus sebagai bandara ibu kota, maka akan terjadi perubahan pola distribusi traffic. Sebab, selama ini traffic lalu lintas udara masih bersifat Jawa sentris.
"Soetta pasti tetap besar, karena pusat bisnis tetap di Jakarta. Kalau pusat pemerintahan bergeser, akan menambah pola distribusi traffic," urainya.
Sejauh ini, ia tak memungkiri bahwa rute destinasi yang tersedia di Bandara Palangkaraya masih terbatas. Menurut Awaluddin, saat ini bandara tersebut masih lebih banyak berperan sebagai pusat transit dari dan menuju destinasi di sekitarnya.
"Sekarang masih jadi hub internal traffic di Kalimantan. Dia feeder ke daerah lain, misal Palangkaraya ke Pangkalanbun, juga ke Muara Teweh dan sebagainya. Dengan kondisi Palangkaraya punya potensi, maka sama juga dengan Kalimantan yang lain," pungkasnya.
Simak video terkait pemindahan ibu kota di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Demi Ibu Kota Baru, Aset Negara Rp150 T di Jakarta 'Dijual'!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular