Defisit Migas Rp 21 T, Sri Mulyani: Volume Tidak Bisa Turun

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
15 May 2019 16:57
Sri Mulyani sebut impor migas sulit turun karena pertumbuhan konsumsi tinggi
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara pada One Hour University (CNBC Indonesia/Yanurisa Ananta)
Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Keuangan Sri Mulyani angkat suara soal defisit migas RI yang kembali terjun bebas di April 2019.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit migas RI sendiri di April 2019 mencapai US$ 1,49 miliar atau setara Rp 21 triliun, defisit ini akibat impor mencapai US$ 2,24 miliar sementara ekspor hanya US$ 741,9 juta. Impor paling tinggi masih untuk hasil minyak atau bahan bakar minyak sebesar US$ 1,44 miliar. 



Terkait ini, Sri Mulyani mengatakan memang untuk migas dari sisi volume agak sulit untuk turun. "Kita tidak bisa meminta supaya volume turun, karena dengan pertumbuhan di atas 5% tidak akan mungkin permintaan terhadap energi turun, pasti akan meningkat," katanya saat dijumpai di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).



Sementara, ia melanjutkan, dari sisi produksi minyak dan gas produksi cukup stagnan bahkan agak berjuang karena masih meleset dari target APBN. "Sementara permintaan naik terus."

Sri Mulyani mengatakan akan menunggu penjelasan dari Kementerian ESDM terkait naiknya impor di April 2019. Namun yang pasti, upaya pemerintah untuk menekan impor migas di satu sisi juga terus berjalan seperti kebijakan pemberlakuan B20.

"Nanti kami akan lihat kemarin dari beberapa impor Pertamina menyampaikan sudah mulai melakukan."
(gus) Next Article Streaming: Defisit Perdagangan 2020 Masih Dibayangi Migas

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular