Defisit Neraca Dagang Terparah, Biang Keroknya Migas Lagi?
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
15 May 2019 12:30

Jakarta, CNBC Indonesia- Neraca dagang RI alami defisit terparah sepanjang sejarah, yakni mencapai US$ 2,5 miliar untuk April 2019 berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS).
Padahal, selama tiga bulan dari Januari ke Maret 2019 neraca dagang masih baik-baik saja. Tapi langsung anjlok ke level terparah, apa sebabnya?
Kepala BPS Suharyanto mengatakan penyebabnya tentu karena impor yang meningkat, terutama jelang lebaran. "Mendekati lebaran biasanya impor meningkat, tapi dibandingkan April 2018 sebenarnya turun karena ada beberapa komoditas yang dikendalikan impornya," ujarnya saat paparan di kantor BPS, Rabu (15/5/2019).
Lantas, kenaikan impor komoditas apa yang paling signifikan?
Lagi-lagi Suharyanto menyinggung sektor migas RI, "Kita bisa lihat (secara month to month) baik kenaikan impor migas 46,99% dan non migas 7,82%," ujarnya.
Rincinya adalah impor migas April 2019 mencapai US$ 2,24 miliar, meroket dibanding Maret lalu yang hanya US$ 1,52 miliar. Namun jika dibandingkan April 2018 di mana impor mencapai US$ 2,33 miliar atau turun 3,8%.
Untuk defisit migas sendiri di April 2019 mencapai US$ 1,49 miliar, defisit ini akibat impor mencapai US$ 2,24 miliar sementara ekspor hanya US$ 741,9 juta. Impor paling tinggi masih untuk hasil minyak atau bahan bakar minyak sebesar US$ 1,44 miliar.
Namun apa yang bikin impor migas begitu tinggi di April ini? Soal itu Suharyanto tak ada jawabannya. "Coba tanya ke ESDM ya kenapa impor lebih dalam, tapi kalau kita lihat ekspor impor karena lebaran berubah tidak terlalu tajam."

(gus) Next Article Defisit Migas Desember Turun 85% ke US$ 218 Juta, Kok Bisa?
Padahal, selama tiga bulan dari Januari ke Maret 2019 neraca dagang masih baik-baik saja. Tapi langsung anjlok ke level terparah, apa sebabnya?
Lantas, kenaikan impor komoditas apa yang paling signifikan?
Lagi-lagi Suharyanto menyinggung sektor migas RI, "Kita bisa lihat (secara month to month) baik kenaikan impor migas 46,99% dan non migas 7,82%," ujarnya.
Rincinya adalah impor migas April 2019 mencapai US$ 2,24 miliar, meroket dibanding Maret lalu yang hanya US$ 1,52 miliar. Namun jika dibandingkan April 2018 di mana impor mencapai US$ 2,33 miliar atau turun 3,8%.
Untuk defisit migas sendiri di April 2019 mencapai US$ 1,49 miliar, defisit ini akibat impor mencapai US$ 2,24 miliar sementara ekspor hanya US$ 741,9 juta. Impor paling tinggi masih untuk hasil minyak atau bahan bakar minyak sebesar US$ 1,44 miliar.
Namun apa yang bikin impor migas begitu tinggi di April ini? Soal itu Suharyanto tak ada jawabannya. "Coba tanya ke ESDM ya kenapa impor lebih dalam, tapi kalau kita lihat ekspor impor karena lebaran berubah tidak terlalu tajam."

(gus) Next Article Defisit Migas Desember Turun 85% ke US$ 218 Juta, Kok Bisa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular