
Sedih, Justru Lulusan SMK yang Paling Banyak Menganggur
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
06 May 2019 17:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat pengangguran di Indonesia sudah semakin surut. Bahkan berdasarkan rilis data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2019 tinggal sebesar 5,01% atau terendah setidaknya sejak 2005.
Sebagai informasi, TPT merupakan perbandingan antara jumlah pengangguran terhadap total jumlah angkatan kerja pada periode yang sama. Sedangkan angkatan kerja sendiri adalah penduduk berusia lebih dari 15 tahun yang bekerja, atau punya pekerjaan tapi tidak bekerja untuk sementara waktu.
Bila dicermati lebih dalam, ternyata profil penduduk bekerja di Indonesia masih didominasi penduduk dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar atau lebih rendah.
Per Februari 2019, dari total penduduk bekerja yang sejumlah 129,36 juta orang, 40,51% memiliki tingkat pendidikan SD. Porsi paling banyak kedua ditempati oleh penduduk yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 17,86%.
Sedangkan persentase paling rendah dipegang oleh penduduk bekerja yang memiliki tingkat pendidikan Diploma I/II/II, yang mana hanya 2,82% per Februari 2019. Lulusan Universitas pun hanya memiliki porsi 9,75% dari total penduduk bekerja di Indonesia.
Potret tenaga kerja Indonesia tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa tingkat pendidikan Indonesia masih perlu untuk didorong. Wajib belajar 12 tahun yang menjadi program pemerintah selayaknya digenjot agar menghasilkan kualitas manusia yang mumpuni.
Dari sisi pengangguran, ternyata TPT paling besar terjadi pada penduduk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yaitu mencapai 8,63%. Disusul oleh TPT di tingkat Diploma I/II/III dan SMA yang masing-masing sebesar 6,89% dan 6,78%. Adapun TPT tingkat Universitas juga cukup tinggi, yaitu mencapai 6,24%.
Perlu dicatat bahwa data tersebut membandingkan seluruh pengangguran pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah angkatan kerja di tingkat pendidikan yang sama. Dengan begitu dapat memperlihatkan serapan tenaga kerja pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Semakin tinggi TPT per jenjang pendidikan, artinya ketersediaan lapangan kerja tidak sesuai dengan tenaga kerja hasil cetakan kurikulumnya.
Bila dilihat lebih seksama, TPT pada jenjang pendidikan yang memiliki jurusan seluruhnya berada di atas 6%. Padahal pada jenjang tersebut sudah ada sistem jurusan yang dipersiapkan untuk lapangan kerja tertentu.
Ini artinya perlu ada penyesuaian kurikulum demi menghadapi tantangan persoalan tenaga kerja ke depannya. Apalagi saat ini, perkembangan teknologi membuat ekonomi tengah menyongsong revolusi industri 4.0 yang bisa berubah sangat cepat.
Bila tidak cepat beradaptasi, bukan tidak mungkin Indonesia tidak dapat menjawab kebutuhan tenaga kerja masa depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Buruh yang Bekerja Paruh Waktu Makin Berkurang
Sebagai informasi, TPT merupakan perbandingan antara jumlah pengangguran terhadap total jumlah angkatan kerja pada periode yang sama. Sedangkan angkatan kerja sendiri adalah penduduk berusia lebih dari 15 tahun yang bekerja, atau punya pekerjaan tapi tidak bekerja untuk sementara waktu.
Per Februari 2019, dari total penduduk bekerja yang sejumlah 129,36 juta orang, 40,51% memiliki tingkat pendidikan SD. Porsi paling banyak kedua ditempati oleh penduduk yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 17,86%.
Sedangkan persentase paling rendah dipegang oleh penduduk bekerja yang memiliki tingkat pendidikan Diploma I/II/II, yang mana hanya 2,82% per Februari 2019. Lulusan Universitas pun hanya memiliki porsi 9,75% dari total penduduk bekerja di Indonesia.
Potret tenaga kerja Indonesia tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa tingkat pendidikan Indonesia masih perlu untuk didorong. Wajib belajar 12 tahun yang menjadi program pemerintah selayaknya digenjot agar menghasilkan kualitas manusia yang mumpuni.
Dari sisi pengangguran, ternyata TPT paling besar terjadi pada penduduk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yaitu mencapai 8,63%. Disusul oleh TPT di tingkat Diploma I/II/III dan SMA yang masing-masing sebesar 6,89% dan 6,78%. Adapun TPT tingkat Universitas juga cukup tinggi, yaitu mencapai 6,24%.
Perlu dicatat bahwa data tersebut membandingkan seluruh pengangguran pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah angkatan kerja di tingkat pendidikan yang sama. Dengan begitu dapat memperlihatkan serapan tenaga kerja pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Semakin tinggi TPT per jenjang pendidikan, artinya ketersediaan lapangan kerja tidak sesuai dengan tenaga kerja hasil cetakan kurikulumnya.
Bila dilihat lebih seksama, TPT pada jenjang pendidikan yang memiliki jurusan seluruhnya berada di atas 6%. Padahal pada jenjang tersebut sudah ada sistem jurusan yang dipersiapkan untuk lapangan kerja tertentu.
Ini artinya perlu ada penyesuaian kurikulum demi menghadapi tantangan persoalan tenaga kerja ke depannya. Apalagi saat ini, perkembangan teknologi membuat ekonomi tengah menyongsong revolusi industri 4.0 yang bisa berubah sangat cepat.
Bila tidak cepat beradaptasi, bukan tidak mungkin Indonesia tidak dapat menjawab kebutuhan tenaga kerja masa depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Buruh yang Bekerja Paruh Waktu Makin Berkurang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular