Buruh Sepak Bola Eropa Sejahtera? Tidak Juga!

Hidayat Setiaji & Roy Franedya, CNBC Indonesia
01 May 2019 19:35
Bolton Jadi Korban PHP
Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/Sukree Sukplang)
Sejak terlempar dari Liga Primer pada 2012, Bolton terus mengalami langkah mundur. Prestasi klub semakin merosot, dan puncaknya adalah musim ini di mana mereka sudah dipastikan terdegradasi sebelum musim berakhir. 

Tidak cuma dari sisi prestasi di lapangan, keuangan klub pun semakin morat-marit. Pada akhir 2015, Bolton tercatat memiliki utang GBP 172,9 juta (Rp 3,34 triliun). 

Masalah semakin pelik karena klub yang bermarkas di Reebok Stadium ini menunggak pajak. Pada 2015, Her Majesty's Revenue and Customs menegaskan bahwa Bolton punya utang pajak mencapai GBP 2,2 juta (Rp 41,07 miliar). 


Ken Anderson, pemilik Bolton, akhirnya melambaikan tangan ke kamera. Menyerah. Klub pun diberi label for sale. Namun proses pengambilalihan ini tidak begitu lancar.

Beberapa waktu lalu sempat ada kabar ketertarikan dari Laurence Bassini, eks pemilik Watford. Bassini bukan nama yang enak didengar di dunia sepak bola Negeri John Bull. Kala menjual Watford ke Gino Pozzo (pemilik klub Udinese di Italia) pada 2012, Watford menuding Bassini masih berutang GBP 1,5 juta (Rp 27,99 miliar) yang sampai sekarang belum jelas nasibnya. 

Terhadap Bolton pun Bassini terlihat memberi harapan palsu. Sikapnya yang maju-mundur membuat keuangan Bolton tidak terselamatkan dan akhirnya gagal membayar gaji. 

Mengutip keterangan resmi klub, Inner Circle Investment Ltd (pemilik Bolton, yang dikuasai oleh Anderson) dan Bassini sebenarnya sudah menyepakati kesepakatan formal seputar penjualan klub. Bagian dari kesepakatan itu adalah mewajibkan Bassini melakukan aksi kongkret.

Tidak disebutkan apa maksud dari aksi kongkret itu, tetapi pastinya adalah uang panjar. Uang muka untuk menunjukkan keseriusan dan komitmen Bassini. 

Semestinya uang ini sudah masuk pada 24 April lalu, sehingga bisa dipakai untuk membayar gaji pemain. Namun apa yang dinanti tidak kunjung tiba. Dengan alasan uang nyangkut di Metro Bank, janji itu tak tertepati alias wanprestasi. 

"Kesepakatan Inner Circle Investment dengan Tuan Bassini telah menyebabkan kerugian di sisi Tuan Anderson. Sayangnya, Inner Circle dan Ken Anderson sebagai satu-satunya direktur perusahaan memutuskan tidak bisa melanjutkan proses ini. Pemberitahuan selanjutnya akan dibuat jika sudah ada kesepakatan final," sebut keterangan tertulis Bolton. 

Well, akibatnya nasib para buruh di Bolton semakin tidak jelas. Jangankan THR, kapan gaji mereka dibayar pun belum terlihat 'hilalnya'. 

Hari Buruh kali ini menjadi simbol nestapa pekerja sepak bola di Bolton...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular